"Apakah itu, yang membuat Ayah tak pernah mau menikah lagi?" Dewa berusaha menyimpulkan sesuatu, dari yang telah diceritakan ayahnya.
Mendengar kalimat kesimpulan dari anaknya, Dwika Purana, terdiam. Karna nyatanya, sekarang, ia makin menjadi seorang ayah, dan lelaki yang sangat jahat.
"Tuhan, apa yang harus aku katakan, di depan anak ku, ini?" jerit hati dwika Purana.
"Ayah? kok diem?" Dewa bertanya kembali.
"Oh, maaf. Ayah jadi bernostalgia tentang Bunda kamu," ucap ayah Dewa berbohong.
"Nostalgia tentang Bunda, atau wanita itu?" goda Dewa.
Kali ini, Dewa tidak berhak untuk marah. Karna kenyataannya, ayahnya juga menderita. Sedangkan bundanya, dan wanita yang dicintai ayahnya, sudah tenang dan memiliki tempat yang jauh lebih indah dari ini. Jadi, untuk apa ia harus menyimpan denda dan marahnya, tentang apa yang terjadi dengan ayah dan bundanya.
"Kamu ini, ya? Jadi gimana? kamu mau terus mengejar Ara?" tanya sang ayah, mencoba mengalihkan pembicaraan.