Chereads / Why I'm Here? / Chapter 1 - CHAPTER I

Why I'm Here?

Kakak_Arin
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 8.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - CHAPTER I

Aku sedang menguncir rambutku, untuk bersiap-siap mengerjakan pekerjaanku hari ini.

"Delis! Cepatlah, kita sudah terlambat" Kata Rose panik, lalu pergi.

Aku mempercepat menggulung rambut hitamku lalu keluar dari kamar menuju dapur.

Suara aktifitas dapur mulai terdengar dan semua orang tampak terburu-buru menyiapkan sarapan untuk keluarga kerajaan.

"DELIS! Kupas kentang itu!! cepat!" Teriak Kepala Koki George padaku. Aku pun segera mengambil pisau dan mengupas kentang secepat yang aku bisa.

Sebenarnya di istana ini, sudah banyak pekerja. Sudah hampir 5 tahun lebih aku bekerja disini.

Aku yang tidak punya bakat apa-apa ini selalu berkutat di dapur, wilayah pelayan, taman, dan kandang kuda. Mengerjakan pekerjaan, yang pelayan lain tidak mau mengerjakannya. Sehingga jarang sekali aku menginjakkan kaki di gedung utama. Dimana keluarga kerajaan tinggal.

Karena kehidupanku sebelumnya aku selalu dimanja, jadinya aku sedikit kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah seperti ini.

Ditambah dengan teknologi belum semaju dulu. Dimana pastinya, ada alat-alat serbaguna yang menghemat waktu dan tenaga.

Di dunia ini aku dibesarkan di panti asuhan, tampa tau siapa orang tauku. Kata ibu panti, aku ditemukan di depan pintu.

Lalu saat berumur 10 tahun aku dijual di kerajaan ini sebagai pelayan.

Ternyata banyak seumuranku yang bernasip sama denganku, tapi hidup mereka cukup beruntung. Rata-rata mereka memiliki bakat, keberuntungan atau kelebihan bidang tertentu sehingga mereka naik pangkat, dan ditugaskan di gedung utama.

Lalu Mr. George menambahkan pekerjaanku lagi, mengupas bawang.

Tak lama, selesai sudah para koki, asisten koki dan pelayan menyiapkan makanan. Mereka tampak beristirahat, meminum susu dan makan kudapan kecil, bercanda ria dan bergosip. Sedangkan aku masih berkutat di bawang.

Aku sesekali mengelap mataku yang berair dicelemek putih yang ku pakai.

Tiba-tiba pelayan senior datang, terlihat dari caranya ia bersikap.

"Siapa yang sering bertugas di kandang kuda?" Tanya wanita itu, meninggikan suaranya agar terdengar.

Semua menatap kearahku, aku yang sadar pun langsung berdiri dan menunduk pada wanita itu.

"Ikut aku" Katanya.

Aku segera menaruh pisau di meja. Lalu mengelap tanganku dicelemek yang ku pakai. Berjalan dengan secepat yang ku bisa menyusul wanita itu. Langkah wanita itu sangat cepat, membuatku susah mengimbanginya.

"Pangeran ke 3 akan menunggang nanti jadi sebelum itu, bersihkan kandang kuda sebelum siang tiba" Katanya.

"Ba..baik.." Kataku terbata sambil mengatur nafasku.

Lalu setelah dia memberikan instruksi apa saja yang harus aku bersihkan. Dia pun pergi. Aku pun segera membersihkan gedung besar ini, gedung yang khusus untuk kuda-kuda pangeran ke 3. Tak lupa setelah membersihkan, aku juga mengganti jerami yang lama dengan yang baru.

Siang hampir tiba, tapi tinggal 1 slot kandang kuda yang belum ku bersihkan. Yaitu kandang yang paling ujung.

Tapi tiba-tiba pangeran ke 3 datang lebih cepat. Aku segera masuk ke kandang tersebut. Tampa sempat melihat sosok pangeran ke 3. Mencoba membersihkan tampa suara.

Pelayan pria yang selalu bertugas disini, Russel memegang tali kuda, menghampiri pangeran tersebut. Menyapa bersama kuda yang ku bersihkan kandangnya.

Setelah selesai membersihkan, aku ingin keluar untuk mengganti jerami, tapi aku masih mendengar suara-suara para pria sedang berbicara, sepertinya pangeran ke 3 masih memilih kuda apa yang akan ia tunggangi.

Apa tak masalah ya? Kalau aku keluar? Apa aku akan dihukum kalau ketahuan aku masih belum menyelesaikan tugasku?

Karena takut, aku pun duduk di atas jerami. Merenggangkan otot-ototku dan juga sambil menunggu pangeran ke 3 pergi.

Setelah mereka ngobrol cukup lama, akhirnya pangeran pergi dengan kuda yang Russel pilihkan. Aku pun keluar dan segera mengganti jerami lama dengan yang baru. Lalu kembali ke dapur untuk makan siang.

*****

Saat sore aku menyapu taman di bagian timur. Taman yang terdapat air mancur, pagar rumput hijau mengelilingi taman ini, dan ada gazebo mini. Tapi jarang sekali keluarga kerajaan kemari, karena letaknya yang begitu jauh dari gedung utama.

"Delia" Suara pria yang familiar memanggilku. Aku segera menoleh, Kak Rod menghampiriku dengan baju pengawalnya. Menandakan dia masih bertugas.

"Kak Rod, kenapa bisa kesini?" Tanyaku kaget dan takut jika ketahuan yang lain.

Kak Rod adalah orang yang satu panti asuhan denganku, umur kami beda 3 tahun. Kak Rod juga di jual pada umur hampir 11 tahun.

Aku dan Kak Rod baru bertemu kembali, setelah aku bekerja 2 tahun disini. Aku sudah menganggap dia, sebagai kakak kandungku sendiri. Meski dikehidupan sebelumnya aku tidak punya saudara.

"Aku datang ingin menemuimu"

Aku segera memegang lengannya, menariknya menuju tempat yang agak ujung. Menoleh kanan dan kiriku. Memastikan tidak ada yang melihat kami.

Lalu Kak Rod memegang tanganku yang kuletakkan dilengannya, seketika aku refleks melepaskan tanganku darinya.

"Tenang saja, mereka tau aku sedang bertemu denganmu"

Aku pun menghelang nafas legah, memegang dadaku yang akhirnya mereda.

"Kakak kenapa ingin bertemu denganku?" Tanyaku, sambil duduk di kuris taman. Kak Rod pun ikut duduk di sampingku.

"Aku ingin memberikanmu ini, pesananmu" Katanya memberikanku dua gulungan benang berwarna hitam dan putih.

Seketika aku segera menggambilnya.

"Waaah... Makasih kak!!" Teriakku kegirangan.

Akhirnya aku bisa menjahit pakaian-pakaianku yang sobek.

"Iya sama-sama" Kata Kak Rod, sambil mengelus kepalaku. Segera aku menepis tangannya. Membuat dia kaget.

"Maaf ka, tapi aku bukan anak kecil lagi" Kataku lalu menjulurkan lidahku, mengejekknya.

Aku sebenarnya berbohong.

Aku hanya tidak ingin rumor yang sudah mereda mulai memanas lagi.

"Tapi kamu adikku, tentu aku ingin menggelus kepalamu, apa tidak boleh?" Tanyanya dengan mata abu-abu yang teduh itu. Membuatku hampir terpikat, mengijinkan dia mengelus kepalaku lagi.

Di dunia ini orang-orang lahir dengan warna rambut dan warna mata yang tidak lazim. Awalnya aku pikir mereka mewarnai rambut atau memakai softlens. Tapi ternyata itu warna asli mereka.

Aku juga kaget, pertama kali melihat diriku dicermin dengan mata berwarna pink.

Bentuk tubuh, wajah, warna rambut bahkan letak tahi lalat ku sama dengan kehidupanku sebelumnya. Satu-satunya berubah hanya warna mataku, yang coklat menjadi pink.

"Oh ya, apa kakak akan menikah tahun ini?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Tidak"

"Kenapa? Aku dengar sebentar lagi rumah yang kakak bangun akan jadi"

"Iya memang benar, tapi saat ini aku belum ada niatan untuk itu"

Mendengar itu, aku menjadi bingung. Kenapa? Bukannya dia membangun rumah untuk berumah tangga? Apa aku salah menebak? Ah! Aku tau...

"Apa karena Karen menolak kakak?" Tanyaku tampa disaring.

Wajah Kak Rod benar-benar terkejut.

"Ap.. apa maksudmu? Bukannya aku sudah bilang padamu kalau aku tidak punya hubungan dengannya?!"

"Jadi Kakak tidak suka dengan Karen?"

"Tidak, kenapa kamu berpikir begitu?"

Berarti rumor itu salah? Padahal mereka begitu dekat,

"Lalu... Kenapa kakak membangun rumah, kalau kakak tidak ada niatan menikah?" Tanyaku heran.

Para pekerja pria di kerajaan ini, jika ingin berkeluarga, mereka akan membangun rumah.

"Aku ingin kita bisa tinggal bersama seperti dulu, saat di panti..." Kata Kak Rod tersenyum padaku.

Aku pun langsung senang tidak percaya Kak Rod memikirkan itu.

Kenangan kami bermain waktu kecil muncul dipikiranku. Aku ingin kembali ke masa-masa dimana kita masih bebas bermain.

Tapi dengan sekejap pula aku menjadi terdiam.

Sekarang aku sudah umur berapa ya? Di dunia ini perempuan menikah umur 15 tahun kan? Apa dia ingin menikah denganku? Ahaha! Tidak mungkin....

Liat tubuhku sekarang. Meski wajahku sama seperti kehidupanku sebelumnya tapi sekarang kulitku menjadi kecoklatan karena setiap hari terkena sinar matahari, wajahku berjerawat karena tidak ada waktu perawatan. Yang bagus hanya warna mataku yang berwarna pink.

Menandakan bahwa ini kehidupan keduaku.

Kak Rod yang begitu tampan dengan warna rambut biru tua dan mata abu-abunya bisa membuat wanita manapun jatuh hati padanya. Mustahil, jika Kak Rod mengajakku menikah... Hahaha..

"Kenapa?" Tanyanya, melihatku tampa sadar tersenyum.

"Ah, itu kak,... Sepertinya aku menolak" Kataku masih dengan senyuman.

Wajah Kak Rod tampak sedih, membuatku merasa bersalah dan panik.

"It.. itu a!, begini.. aku nanti akan tinggal di rumah suamiku kelak, kakak kan juga nanti akan menikah, m.. maka dari itu... rasanya akan aneh jika kita.., kakak mengertikan apa yang ku maksud?!" Kataku berusaha menjelaskan alasannya.

"Apa kamu takut rumor seperti dulu akan tersebar lagi?" Tanyanya.

"Hah?!.. haha.. te.. tentu saja tidak! Rumor itu sudah basi, semua orang tidak akan percaya lagi dengan rumor itu" Kataku mengelak.

"Lalu kenapa?"

Aku pun menghelang nafas, karena aku harus menjelaskan alasannya lagi.

Aku pun menatap serius mata abu-abunya itu.

"Aku ingin tinggal dan menikah, dengan pria yang aku cintai.."

Kak Rod tampak terdiam lalu segera mengelus kepalaku dengan kasar.

"Au! Sakit!" Kataku, lalu aku berusaha menghentikan tangannya yang besar itu, untuk berhenti menghancurkan rambutku.

"Hahahahaha" Tawanya menahan perut, melihat rambutku berantakkan.

Aku pun mengelus-elus rambutku. Berusaha merapikannya, tapi rambutku makin berantakkan. Aku pun melepas ikatannya, dengan cepat mengikat dan menggulung rambutku lagi.

Aku pun melirik Kak Rod yang terdiam melihatku.

"Kenapa?" Tanyaku heran, lalu aku berdiri dan menggambil sapu yang ada disampingku tadi. Ingin melanjutkan tugasku.

Kakak pun tersenyum lalu berdiri.

"Bukan apa-apa, kalau begitu aku pamit"

"Baiklah, berhati-hatilah saat bertugas" Kataku.

Karena dia ditugaskan sebagai pengawal pangeran ke 5, tugasnya akan sangat berbahaya yang bisa mengancam nyawanya.

Aku pun melanjutkan menyapu.

"Del.." Panggil Kak Rod menghampiriku lagi, aku pun berbalik. Dia tampak ragu-ragu untuk berbicara.

Aku hanya diam tersenyum padanya.

"Aku lupa untuk memberikanmu ini" Katanya, menyerahkan sebuah kotak kecil seukuran telapak tangan. Aku pun mengambilnya, menatap wajahnya yang tampak canggung.

"Bolehkah ku buka sekarang?" Tanyaku, Kak Rod pun mengangguk.

Saat ku buka betapa terkejutnya aku, melihat batu kecil warna-warni bersinar dengan megahnya.

"Itu, .. untuk menghiasi pakaianmu,.. karena, aku mampir ditoko penjahit, mereka menawarkan aku pernak-pernik itu, jadi.. aku beli saja"

Yang jelas ini bukan pernah-pernik biasa... Apa ini kristal asli?

Aku pun menatapnya, memastikan bahwa dia tidak berbohong padaku. Aku akan sangat marah jika dia memberiku barang mahal. Karena aku tidak bisa menyimpanya. Jika hilang aku akan merasa bersalah dan frustrasi. Dan itu sangat menyebalkan.

"Aku tidak bisa menerimanya" Kataku, mengembalikan kotak kecil tersebut. Tapi Kak Rod tidak menerimanya.

"Aku mendapatkannya dengan potongan harga, karena aku membeli 2 benang yang kamu pesan, beneran!" Katanya.

"Baiklah, kalau gitu berapa pernak-perniknya? Biar aku ganti"

"Tidak usah! Itu hadiah untukmu" Katanya panik.

Aku pun menaikkan satu alisku, hadiah? memangnya aku mengerjakan apa, sampai mendapat hadiah?

"Hmm, begini, bagaimana kalau kamu memberikanku sesuatu juga?"

Dan wajahku berubah menjadi datar. Bukannya Kak Rod tau, aku tidak punya apa-apa, bahkan keluar istana pun juga tidak bisa.

Kak Rod pun tambah panik,

"Buat sesuatu, misal.. saputangan! Iya saputangan, aku ingin kamu membuatkanku saputangan, dari kain bekas milikmu juga tidak apa-apa, aku sangat membutuhkannya! Well kamu tau kan, saat aku latihan atau saat sedang tugas, tub-" Lanjutnya, yang terus berbicara.

Aku tetap menaruh curiga, lalu aku menatap kotak kecil ditanganku.

Apa karena dia ingin memberikanku ini, makanya dia mencari-cari alasan seperti ini?. Aku pun menjadi kasihan padanya.

"Maka dari it-"

"Baiklah, aku terima hadiahnya, aku juga akan membuatkan kakak saputangan"

Kali ini aku akan menerimanya.. batinku.

Karena dia selalu mengunjungiku beberapa bulan sekali. Dan sudah 2 bulan lebih juga, kita tidak bertemu.

Kak Rod pun tersenyum padaku, legah sepertinya.

"Kalau begitu apa kamu ingin memesan sesuatu lagi?"

Aku pun berpikir apa yang ku butuhkan. Kemarin-kemarin sepertinya aku ingin sesuatu, tapi aku lupa apa. Mungkin tidak terlalu penting.

"Sepertinya tidak ada" Kataku, yang masih berpikir keras.

"Ayolah tak usah malu-malu, aku bisa membelikannya,... Walau barang itu semahal apapun!" Katanya sedikit sombong.

Karena gajinya lumayan besar, mungkin 10x lipat dibanding gajiku. Apalagi rumah yang dia bangun sebentar lagi selesai, sehingga uangnya tidak akan tau mau diapakan.

Hmm apa ya?, Ah, aku ingat tapi.... Haruskan aku tanya? Aku ingin beli sendiri sih, tapi aku tidak bisa ijin untuk saat ini jika keluar istana walau sebentar.

"Hmmm, begini kak," Kataku ragu, tidak menatap wajahnya.

"Iya?" Tanyanya antusias dan penasaran.

"Aku ingin beli buku"

"Buku? Oke.. hmmm, karena kamu selalu di istana pasti kamu bosan, dan ingin membaca buku, lalu buku apa yang kamu inginkan? Apa kamu ingin novel yang lagi populer akhir-akhir ini?"

"Bukan!... Aku... Ingin buku,.. kecantikan"

Kak Rod pun terdiam menegang, dia tampak menahan curiga padaku.

Kak Rod akan sangat marah jika aku dekat-dekat dengan yang berbau kosmetik, make up, parfum, atau barang-barang untuk mempercantik tubuh, tapi tidak termasuk perhiasan.

Dia berpikir, kalau aku akan berubah menjadi wanita penghibur.

"Atau.... buku kesehatan,... untuk jerawat.." Lanjutku.

"Bukannya kamu tidak masalah dengan itu?"

"Memang benar,... tapi akhir-akhir ini wajahku menjadi gatal, aku takut tampa sadar akan menggaruknya dan wajahku bisa terluka,... Kakak tidak mau kan, wajah adikmu ini terluka" Kataku memelas.

"I.. i..iya sih... hmmm.. Baiklah! Aku akan mencarikan buku untuk menyembuhkan wajahmu! Serahkan saja pada kakakmu ini" Katanya sambil mengepalkan tangannya dan menaruh didadanya.

Aku pun tersenyum...

Manisnya, batinku.