Aku lemah! aku tidak konsisten! aku yang menginginkan kejelasan tapi aku juga yang hancur saat mendapat kenyataan.
****
Malam yang senyap kembali datang untuk menemani Acha. Malam ini gelap tetapi ada lampu yang memberikan penerangan, lampu yang selalu berada di tempat yang sama tanpa pernah berpindah. Selalu ada saat di butuhkan, tapi suatu saat lampu bisa mati dan tak akan menyinari ruangan gelap ini lagi. Tak ada yang tahu kapan dia berhenti.
Acha dan Nathan duduk santai sambil menonton televisi, sudah lumayan lama Acha tidak menonton televisi setelah masuk SMA.
Setelah masuk SMA Acha merasa aktivitas semakin padat.
Lagi pula sekarang di televisi tidak banyak hal menarik. Acha sengaja menonton televisi kerna malas membuka hp nya, Karna pasti ia akan di serbu banyak pertanyaan oleh Lala dan Diana, tentang mengapa dia kabur dari sekolah tadi.
Acha memang orang yang terbuka pada sahabatnya, tapi kali ini ia memilih merahasiakan masalahnya dari kedua sahabatnya, ia tidak mau kedua sahabatnya itu memperbesar masalah ini.
Saat sedang asik menonton tiba tiba Nathan membuka pembicaraan. Awalnya ruangan ini sangat sunyi hanya ada suara dari televisi.
"Cha lo berantem sama si Niko?"
"Ga" jawab Acha singkat tanpa menatap lawan bicaranya
"Terus kenapa lo gak pulang bareng sama dia? dan kenapa lo nitipin tas ke dia? filing gue pasti kalian udah pacaran, terus kalian berantem dan lo melarikan diri. iya kan?" ucap Nathan mendekat ke arah Acha
Tadi Acha sampai duluan di rumah sebelum Nathan pulang. Maka Acha sempat menganti bajunya yang basah. Dan kebetulan saat Acha sampai di rumah, mama dan papa nya sedang pergi ke rumah saudara dan akan menginap di sana, jadi gak ada anggota keluarga yang tahu bahwa Acha bolos sekolah dan pulang dengan keadaan basah.
"Apa an sih, Abang sok tau!" ucap Acha sambil melihat Nathan sebentar dan kembali memandang televisi yang ada di depannya.
"Atau jangan jangan Niko selingkuh ya?" tanya Nathan lagi.
"Acha sama Niko kan gak pacaran!" tegas Acha
"Tamara Camelia alias Acha. Eh btw lu aneh ya nama panggilannya jauh beda sama nama asli, manah semua orang taunya nama lo Acha lagi," ucap nathan sambil terkekeh kecil.
"Ok jangan mikirin nama, kita fokus lagi. Sampe di mana tadi? "
"Lo bisa bohong sama mama dan papa tapi enggak sama gue. Gue juga masih muda kali Cha, gue bisa bedain mana yang pacaran diem diem sama yang emang bukan pacaran."
Pernyataan Nathan langsung membuat Acha menatap kearahnya.
"emangnya Acha sama Niko kelihatan kaya orang pacaran?" tanya Acha dengan nada yang penasaran.
"Lo masih mau nipu gue,
gini yah mana ada sejarahnya orang yang gak pacaran dateng ke rumah si cewek minta izin sama keluarganya untuk anter jemput ke sekolah, terus ngajarin les matematika, dan satu lagi mana ada orang kalo gak pacaran, selau siap sedia saat lo ajak makan sate." jelas Nathan
"Gaya pacaran gue aja kalah sama kalian. Gue jarang anter jemput cewek gue, bahkan gue belum pernah ketemu sama orang tua nya, dan yang pasti gue sering nolak ajakan dia kalo tiba tiba ngajak makan" tambah Nathan
"Emangnya abang punya pacar?" tanya Acha yang meragukan abangnya
"Lo kira cowok se ganteng gue gini gak banyak yang naksir?" Nathan mulai kesal dengan pertanyaan Acha
Acha hanya tertawa melihat Nathan yang sangat membanggakan diri nya sediri, lalu Acha masuk ke kamar tanpa menghiraukan ucapan lelaki itu lagi.
Setelah di dalam kamar Acha merenungi ucap Nathan tadi tentang kedekatannya dan Niko yang memeng sudah melewati batas pertemanan biasa.
"Perlakukan Niko ke gue emang kaya lebih dari temen sih, tapi mungkin Niko emang begitu orangnya, pokoknya gue gak boleh baper!" ucap Acha pada dirinya sendiri sekakan memperkuat benteng pertahanan hatinya.
Karena tidak tahu ingin melakukan aktifitas apa, akhirnya Acha membuka laptop untuk menonton film, tapi baru saja Acha ingin memilih film untuk di tonton, tiba tiba Nathan teriak dengan sangat keras dari ruang tamu.
"ACHAAAAA" panggil Nathan keras
Dengan malas Acha melangkahkan kali nya. Karena ia atau apa yang akan terjadi bila tidak menemui Sember suara, Nathan tidak akan berhenti berteriak.
"Apa sih bang, gak usah teriak teriak bisa gak. kamar gue juga cuman berapa meter dari sini, lo manggil gue pelan juga gue denger." Acha mulai protes setelah sampai di depan Nathan
"Sorry! bukain pintu kayanya ada tamu." suruh Nathan dengan kondisi rebahan di atas sofa
"Astaga. jarak lo ke pintu depan lebih deket dari pada gue yang dari kamar, kenapa gak buka sendiri sih." ucap Acha mulai kesal dengan tingkat manusia ini
"Gunanya adik itu kan untuk di suruh, udah buruan bukain pintunya, keburu jamuran itu tamu" ucap bang Nathan dengan santai.
****
Acha membuka pintu dengan terpaksa, ternyata yang datang adalah Niko, lebih tepatnya Niko Wijaya.
"Ngapain?" tanya Acha datar
Niko tidak menjawab pertanyaan Acha, ia hanya memandangi wajah Acha selama beberapa detik. Acha terlihat semakin imut jika bersikap seperti ini.
"Kalo gak ada apa apa yaudah, pintu nya gue tutup!" Acha sambil ingin menutup pintu.
"Jutek banget sih lo Cha, Pms ya?"
"Oooo gue tau pasti tadi lo cabut dari sekolah gara gara PMS kan?"
Pernyataan Niko barusan sangat membantu Acha untuk mengelak. Maka ia tidak perlu lagi mengarang alasan mengapa ia cabut dari sekolah tadi.
Jadi dengan mudah Acha hanya menjawab. "iyaa"
"Yaudah pas banget, gue kesini mau ngajak lo jalan, hitung hitung refreshing lah."
"Ga mau!" jawab Acha singkat.
"Harus mau, gue maksa!" ucap Niko sambil masuk ke dalam rumah Acha
Setelah Niko mendapatkan izin untuk mengantar jemput Acha ke sekolah, Niko memang lumayan dekat dengan keluarga Acha, termakud Nathan.
Niko masuk kerumah Acha tanpa izin, dan ia langsung menemui Nathan yang sedang nonton televisi dengan santai
"Bang, mau nitip makan apa? gue sama Acha mau keluar." ucap Niko pada Nathan
"Apa an sih orang gue gak lapar" ucap Acha dan duduk di sofa samping Nathan
"Gue nawarin bang Nathan Cha, bukan lo"
"Ya kan lo mau ngajak gue" jawab Acha
"Pengen banget ya gue ajak" ledek Niko
"Ga jelas banget sih lo"
"Ya kalo lo gak lapar kan gak harus makan," ucap Niko
"Em gue mau martabak telor deh, enak tuh kayanya, kebetulan nanti ada pertandingan bola, biar ada cemilan." ucap Nathan
"Siapa juga yang mau pergi!" ucap Acha
"Cha lo gimana sih, jangan buat anak dalam kandungan gue ngences dong, udah pengen martabak telor ni" ucap Nathan sambil mengusap usap perutnya seperti orang hamil beneran.
"ih apaan sih bang Nathan" ucap Acha geli.
"Ayo lah Cha, di depan katanya ada pameran, terus katanya ada beberapa band yang dateng gitu, lo kan suka banget sama musik." kali ini Niko sedikit memohon
"Sejak kapan gue suka musik?" Acha heran.
"OOO bukan ya, yaudah kita liat liat pameran nya aja"
"Buruan lah Cha" paksa Nathan
"Kalian maksa banget sih"
"Emang" jawab Niko dan Nathan kompak
"Yaudah bentar gue ambil jaket" ucap Acha yang akhirnya menuruti keinginan kedua Cowok ini.
Setelah Acha keluar dari kamar, mereka langsung berpamitan pada Nathan dan langsung meluncur ke tempat tujuan.
Mereka sampai, tempat itu cukup ramai pengunjung dan juga sangat berisik.
"Lo gak papa kan Cha? gak ke ganggu kan kalo rame gini?" tanya Niko
"Ya enggak lah, malah mendingan rame dari pada lo ajak gue ke tempat sepi, gue jitak Kepala lo" ancam Acha
Setelah beberapa menit melihat lihat isi pameran, mereka berhenti di penjualan gelang
"Ini lucu gak?" tanya Acha sambil menunjuk gelang berwarna pink pada Niko.
Bukannya Niko yang menjawab, malah mas-mas penjual gelang yang menjawab.
"lucu kok, sama lucunya kaya kamu"
Niko melirik ke arah mas mas penjual gelang itu sebentar. "ini gelang nya gigit gak mas?" tanya Niko
"Ya enggak lah" Jawabnya
"Berarti beda sama dia, kalo dia gigit." ucap Niko sambil menunjuk Acha
"Iiiihhh apaan sih Niko"
"ini harga nya berapa?" tanya Niko
"20 ribu"
Niko langsung memberikan selembar uang 20 ribu pada penjual itu dan menarik tangan Acha untuk segera pergi dari tempat itu.
"Kayanya udah gak ada yang menarik. kita balik yah, bang Nathan juga pasti udah nunggu martabaknya." ucap Niko
Tujuan Niko mengajak Acha ketempat ini sebenarnya juga bukan untuk melihat isi pameran,tetapi hanya untuk memastikan gadis itu tidak marah padanya.
*****
Mereka sampai di tempat tukang martabak. Niko langsung memesan martabak pesanan Nathan dan kembali duduk di meja yang sedang di duduki Acha.
"Nik, kok lo tadi ngomong gitu sih sama mas mas yang tadi" tanya Acha
"Biarin aja genit sih dia, biar sekalian ilfil sama lo" jawab Niko enteng
"Lo sengaja bikin dia ilfil sama gue? Kenapa lo cemburu?"
"Dikit" ucap Niko santai
Jawban Niko mamanglah singkat tapi jawab an itu berhasil membuat denyut jantung Acha berdebar tak karuan. Tetapi Acha mencoba untuk tidak baper dulu.
"Kenapa cemburu? kita kan cuma temenan!" Acha sengaja memancing Niko untuk memperjelas hubungan mereka
" Tapi gue gak ngagep lo hanya sekedar temen!"
Jawab Niko kali ini membuat udara di tempat itu seakan tidak mau di hidup oleh Acha, Acha merasa kan pipinya yang mulai memerah. Untung saja hari sudah malam jadi Niko tidak akan melihat wajah merah Acha dengan jelas.
Tapi beberapa detik kemudian Niko menyambungkan Kalimat nya.
"Gue udah nggagep lo sahabat Cha!"
Kalimat itu membuat detak jantung Acha yang awalnya berdebar hebat, seakan berhenti sejenak.
Beberapa detik kemudian, Niko di panggil penjualan martabak karena pesanannya sudah siap.
Tubuh Acha mematung beberapa saat, lalu kembali berfungsi saat Niko memanggil namanya.
....
Mereka sampai di depan rumah Gadis itu turun dari motor Niko dan tak lupa mengucapkan terimakasih.
Entah terima kasih untuk martabak dan gelang, atau terima kasih untuk kenyataan pahit yang baru saja di terima Acha.
Tanpa merasa bersalah Niko langsung melajukan motornya nya, meninggalkan rumah Acha.
Acha mengetok pintu rumahnya dengan lemas, tetapi tetap berusaha untuk terlihat biasa saja, karna Acha malas menjelaskan apa yang terjadi pada Nathan.
Setelah pintu di buka , Acha langsung memberikan martabak pada Nathan dengan wajah yang menutupi kesedihan
"Udah malem, Acha langsung tidur ya" ucap Acha dan langsung masuk ke kamar nya
Acha masuk ke dalam kamar dengan keadaan yang benar benar hancur setelah mendengar pernyataan Niko tadi.
Seakan Niko telah menerbangkannya beberapa detik dan langsung menjatuh kan nya tanpa aba aba
Satu demi satu air mata Acha menetes dan tak dapat di cegah. Ternyata friendzone memang sesakit ini.