- hari buruk yang tak pernah berakhir -
ㅤ
Pagi ini, Alana bangun dengan semangat ekstra.
ㅤ
Ia sudah menunggu-nunggu hari ini sejak 3 hari yang lalu.
ㅤ
Ya, benar. Hari ini adalah Jumat. Hari dimana Gavin akan membantunya mengerjakan tesis yang terlalu rumit bagi Alana.
ㅤ
ALANA'S POV
Aku bangun dengan ceria. Jauh lebih ceria dari yang kemarin-kemarin.
ㅤ
Gavin hari ini akan membantuku mengerjakan tesis, karena itulah aku sangat bersemangat.
ㅤ
Eh? Bukan deh bukan! Aku ga mungkin kan jadi semangat kayak gini cuma gara-gara Gavin?
ㅤ
"Ayolah Alana! Buang jauh-jauh pikiran anehmu. Hushhh hushhh!" ucapku pada diriku sendiri.
ㅤ
Sesegera mungkin aku melaju ke kamar mandi, bersenandung ceria dan menari-nari sembari mempersiapkan diri.
ㅤ
Suasana hatiku sangat baik pagi ini. Semoga saja akan ada hal-hal baik yang menantiku hari ini.
POV END
ㅤ
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 14.55,
Gavin sudah berada di dalam ruangan musik sejak 1 jam yang lalu, Namun Alana bahkan belum menampakkan batang hidungnya.
ㅤ
Kemana gadis itu? Dia yang meminta Gavin membantunya, dia juga yang menghilang.
ㅤ
Setidaknya, kabari Gavin jika memang ia mendadak tidak bisa. Sekarang, Gavin harus membuang-buang 60 menit waktunya secara sia-sia.
ㅤ
Wajar saja, Gavin sangat kesal setengah mati. Ia bahkan telah mengorbankan waktunya untuk membantu Alana. Suasana hatinya benar-benar hancur karena gadis itu. Ia jadi harus terjebak dalam ruang musik, tak bisa pulang karena di luar hujan deras.
ㅤ
GAVIN'S POV
Sungguh, aku paling benci orang yang tak menghargai waktu. Rasanya seluruh kesan baik yang ia berikan padaku musnah seketika.
ㅤ
Namun dengan bodohnya, aku masih menunggunya hingga tak bisa pulang karena hujan deras.
ㅤ
Sudah kuputuskan! 5 menit lagi ia tak menampakkan dirinya, aku akan pulang bahkan meski harus menerjang hujan.
ㅤ
Ayolah, ada hal lain yang juga harus ku kerjakan bukan? Dia benar-benar sudah membuang waktuku dengan sia-sia.
ㅤ
4 menit berlalu, ku hitung sisa waktu 10 detik dengan seksama.
ㅤ
10
9
8
7
6
5
4
3
2
sa-
POV END
ㅤ
BRUKK!!
Suara pintu ruang musik terbuka dengan kasar. Menampilkan siluet seorang gadis yang dipenuhi luka-luka yang terbuka dengan sekujur tubuhnya yang basah kuyup.
ㅤ
Itu Alana. Dengan napasnya yang tersengal dan wajahnya yang pucat pasi menahan sakit, ia tersenyum tipis menggunakan tenaganya yang tersisa sebelum akhirnya ambruk ke lantai.
ㅤ
<< flashback 2 jam yang lalu
ㅤ
ALANA'S POV
Aku terlalu bersemangat hari ini. Tak sabar menunggu 1 jam lagi untuk bertatap muka dengan Gavin. Namun, sepertinya tidak dengan langit. Ia sedang menunjukkan wajah murungnya, mendung...
ㅤ
Jam makan siang hampir habis, aku segera menuju kelas. Ini adalah kelas terakhirku sebelum bertemu Gavin.
ㅤ
Ku gunakan earphone ku sembari menuju kelas. Suasana mendung seperti ini memang paling cocok untuk mendengarkan lagu. Tak lupa aku pastikan melihat kiri kanan saat menyebrang. Aman...
ㅤ
Namun naasnya, ada sepeda motor yang melaju kencang keluar dari parkiran ketika aku sedang menyebrang. Sial... sebelumnya aku tak dapat mendengar suara mesin motor itu karena aku sedang fokus mendengarkan lagu.
ㅤ
Aku tak sempat menghindar. Tanpa sadar, tubuhku sudah terhempas ke pinggir setelah ditabrak oleh motor yang kemudian melaju begitu saja.
ㅤ
Pandanganku kabur, seluruh tubuhku tak bisa digerakkan. Samar-samar, aku mendengarkan suara orang-orang yang mengerumuniku.
ㅤ
Sungguh, kenapa sulit sekali menikmati hari yang sudah ku tunggu-tunggu?
ㅤ
Kesadaranku melemah. Tidak, aku tidak boleh kehilangan kesadaran! Aku masih harus menemui Ga--
POV END
ㅤ
Pandangan Alana menggelap sepenuhnya.
Sunyi...
Ia tak mendengar suara apapun lagi.
ㅤ
Begitu terbangun, ia sudah berada di unit kesehatan kampusnya.
ㅤ
Memang, unit kesehatan disini tergolong sangat bagus. Peralatannya lengkap, mulai dari infus, suntikan, obat-obatan, dll.
ㅤ
Tidak, ini bukan waktunya Alana membicarakan tentang unit kesehatan kampusnya. Ia harus cepat-cepat menemui Gavin.
ㅤ
Sesaat setelah ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 14.54, ia mencabut jarum infusnya seketika.
ㅤ
Alana berlari sekuat tenaga menahan rasa sakit yang ada di sekujur tubuhnya. Ia menerpa hujan deras dengan kaki yang terpincang-pincang.
ㅤ
Alana panik. Ia sudah membuat Gavin menunggu. Dalam hati ia berharap, semoga Gavin masih ada di sana.
ㅤ
Tepat pukul 15.00, Alana membuka pintu ruang musik dengan kasar. Menampilkan dirinya yang tak karuan pada Gavin.
ㅤ
Untuk terakhir kalinya dan dengan sisa tenaga yang Alana punya, ia tersenyum tipis sebelum akhirnya kehilangan seluruh keseimbangannya.
ㅤ
Sesaat, ia merasa bersyukur karena Gavin masih menunggunya. Namun, ia juga merasa sangat bersalah karena rencana mereka jadi hancur berantakan karena Alana
ㅤ
( flashback off )
ㅤ
Gavin benar-benar terkejut melihat perawakan Alana yang jauh dari kata baik-baik saja. Ia terlihat sangat tersiksa dengan wajah pucat dan luka-lukanya yg terbuka.
Apa yang dialami Alana hingga mendapatkan luka-luka yang cukup berat itu? Belum juga 1 minggu Alana tertabrak sepedanya.
ㅤ
Lalu, sekarang apa?
ㅤ
Gavin benar-benar tak tahu harus bagaimana. Ia masih shock melihat apa yang terjadi di depan matanya.
ㅤ
Sesegera mungkin Gavin menenangkan dirinya. Hal terpenting sekarang adalah ia harus membawa Alana ke rumah sakit.
ㅤ
Gavin tahu bahwa luka Alana tak bisa dibiarkan begitu saja. Alana benar-benar terlihat sakit dan kacau. Tak seharusnya ia memaksakan diri untuk tetap datang dengan segala lukanya.
ㅤ
Untung saja, Gavin tadi belum meninggalkan ruang musik. Ia tak tahu akan bagaimana jadinya jika dirinya sudah tak ada. Alana akan terbaring pingsan dengan keadaan basah kuyup tanpa ada seorangpun melihatnya.
ㅤ
Ambulans tiba, Gavin dengan cepat membaringkan Alana ke tandu. Mau tak mau, dan suka tak suka, ia harus ikut menuju rumah sakit.
ㅤ
Gavin tak mengenal seorangpun keluarga, kerabat, ataupun teman Alana. Ia tak bisa menghubungi mereka. Maka, harus Gavin lah yang menjadi wali sementaranya untuk mengisi semua dokumen di rumah sakit.
ㅤ
Setelah mengurus semua hal, Gavin masuk perlahan ke ruang rawat Alana. Ia tak ingin mengganggu Alana yang masih lelap. Gavin sadar Alana sudah mengalami banyak hal berat hari ini.
ㅤ
Gavin duduk perlahan di samping Alana. Memikirkan betapa sulitnya hari yang sudah dijalani Alana. Ia mengingat kata-kata di buku harian Alana.
ㅤ
Tentang bagaimana orang-orang meninggalkan dan menyakitinya...
ㅤ
Pasti sangat sulit melaluinya sendirian,
Tapi ia tetap mampu bersikap ceria seolah tak ada apa-apa
ㅤ
Gavin larut dalam pikirannya sendiri akan Alana hingga tanpa sadar tertidur di sampingnya.
ㅤ
Dalam hati, ia sudah sedikit menyimpan simpati terhadap Alana. Semua kekesalannya terhadap Alana tadi, seakan menguap seketika. Menurutnya, Alana adalah gadis yang cukup kuat. Ia telah mengalami banyak hal buruk di hidupnya, namun tetap mampu memberikan kehangatan pada orang lain.
ㅤ
Tanpa sadar, hati Gavin juga mulai menghangat setelah kehadiran Alana.
ㅤ
Mungkin, hari-hari kelam mereka akan mulai terisi dengan sesuatu yang lebih berwarna...
ㅤ