Chereads / Tunawicara Itu Kekasih Ku / Chapter 49 - Pertengkaran (Part 4)

Chapter 49 - Pertengkaran (Part 4)

Ervan masih tak bergeming berada ditempatnya, keadaan yang sangat diluar dugaan Ervan.

"ada apa sih, kenapa malah diam seperti ini"

Maura bingung dengan orang-orang didekatnya yang hanya diam saja.

"baiklah, kalau gitu, aku harus cepat ke kantor soalnya udah telat juga, jadi permisi ya"

Revan berlalu begitu saja, Revan tak ingin ikut campur dengan semuanya.

Urusan Ervan biarlah menjadi urusan Ervan, Revan tak ingin dibuat pusing lagi dengan semuanya, selama Ervan tak berulah dengan hidupnya, Revan tak akan ikut campur sedikit pun.

"Riana, ini .... ini Maura, seperti yang dibilang Revan, kalau Maura ini kembarannya Laura"

"apa itu benar"

Riana menatap Maura, fikiran Riana pun berkata itu benar karena memang sosok dihadapannya ini mampu berbicara.

"ya .... ya iya .... iya ini Maura bukan Laura, emang kenapa sih, ada masalah"

"Oh .... Riana kamu ada apa kesini"

Ervan mendahului kalimat Riana yang belum sempat terucap.

"aku kesini cari kamu, kemana kamu beberapa hari ini, gak ada kabar, susah dihubungi, sekarang tahu-tahu jalan sama dia, sedekat itu Ervan"

Maura mengernyit mendengar kalimat Riana, mendengar nada bicara Riana yang tampak sedih dengan apa yang diucapkannya.

"tunggu .... ini sebenarnya .... emm apa ya, maksudnya itu .... kamu siapa"

"aku siapa"

"iya .... ya maksudnya, aku kan gak tahu dan emang gak ngerti, jadi ya tanya aja gitu, gak salah kan"

"kenapa kamu gak tanya sama lelaki disamping kamu itu"

Maura mengangkat satu alisnya dan menoleh kearah Ervan, Ervan tampak diam tak berniat memberi jawaban padanya.

"aduh udah deh, kalian pacaran gitu .... iya"

Riana tak lagi menjawab pertanya Maura, Riana ingin Ervan yang menjawabnya agar Riana juga tahu Ervan masih menganggapnya atau tidak.

"gak ada yang bisa jawab, salah banget aku disini sekarang, gini ya .... siapa .... Riana, aku kesini diajak Ervan dan aku gak tahu tujuannya apa, tapi kalau emang jadi masalah ya kamu marah aja sama Ervan"

Riana tersenyum sekilas mendengar kalimat Maura, melihat Ervan yang hanya diam, mungkin apa yang ada difikirannya saat ini memang benar.

"iya, aku pacarnya Ervan, aku kesini cari Ervan yang menghilang beberapa hari belakangan, gak ngasih kabar bahkan sangat sulit dihubungi"

Maura terdiam menatap Ervan, Maura ingat cerita Laura tentang gadis yang menjadi rebutan Ervan dan Revan.

"berarti gak ada masalah sama aku kan"

"jelas ada"

"lah .... masalahnya apa"

"karena kamu berani sedekat itu dengan Ervan, hanya diam dirangkul Ervan, padahal hubungan kalian apa"

"apaan sih, jangan nuduh yang enggak ada bukti jelasnya ya"

Riana kembali tersenyum mendengar kalimat Maura, begitu juga dengan Maura yang mulai kesal dengan kalimat Riana.

"ok, gak masalah, aku pergi .... permisi"

Maura berlalu meninggalkan keduanya, masalahnya dengan Gilang pun belum selesai dan sekarang harus ditambah lagi.

"Maura .... Maura tunggu"

"mau kemana kamu"

Riana menahan Ervan yang hendak pergi dari hadapannya.

"aku ada urusan sama dia, Riana"

"urusan apa, sepribadi itu sampai aku gak dikasih tahu"

Ervan menghembuskan nafasnya, ini bukan tujuannya.

"aku akan jelaskan nanti, ok"

Ervan berlalu meninggalkan Riana begitu saja demi bisa mengejar Maura, tujuannya datang kerumah adalah karena Maura dan itu berarti Maura harus ada bersamanya.

"Maura .... Maura, arrgghh"

Ervan mengacak rambutnya asal, lalu berlari keluar gerbang untuk mencari Maura.

Beruntung Maura berjalan kaki, sehingga tak susah untuk mengejarnya.

"Maura .... Maura tunggu, kamu gak bisa pergi"

Ervan menarik tangan Maura untuk menghentikan langkahnya, Maura berbalik menghadap Ervan dan terdiam menatapnya.

"aku minta maaf, ini cuma salah paham dan kamu gak perlu pergi"

"lalu aku harus apa, menjawab setiap debatan Riana, gitu"

"bukan ...."

"kalau iya, kenapa .... kamu takut"

Kalimat Ervan terhenti, karena Riana ternyata menyusul keduanya dan menyela kalimat Ervan.

"apa kembaran kamu gak cerita tentang Ervan, tentang aku"

"urusannya apa sampai harus cerita tentang kalian .... gak ada kan"

"kamu senang bisa dekat sama pacar orang"

Maura menggaruk alisnya yang tak gatal, pertanya Riana sangat tak pantas diucapkan.

"Riana udahlah, aku bilang aku akan jelasin semuanya nanti"

"kapan, sampai kamu berhasil nembak dia, baru kamu balik ke aku untuk ninggalin aku"

"gak seperti itu Riana"

"Ervan kita pernah melakukan kesalahan, dan sekarang kamu mau mengulangnya lagi"

"Riana ...."

"dan kamu, aku yakin kalian baru kenal kan, tapi kenapa semudah itu kamu dekat sama Ervan"

"maksudnya apa nih"

"kamu suka sama Ervan"

Maura tertawa, Riana sangatlah konyol baginya, apa Ervan segitu tidak bisa dipercaya, sehingga Riana sampak berfikir seperti itu.

"suka sama Ervan .... suka sama .... Ervan, emmm .... mungkin iya"

kedua orang dihadapan Maura mengernyit mendengar jawabannya, Riana mengangguk dan berbalik menatap Ervan.

"lalu jawaban kamu apa"

"maksud Maura itu, suka ...."

"apa, suka apa .... jatuh hati .... jatuh cinta"

"serendah itu fikiran kamu sama pacar kamu sendiri Riana, kamu cuma lihat aku sama Ervan sekilas saja, udah menyimpulkan kalau kita ada hubungan"

Riana menoleh dan menampar Maura begitu saja, Ervan yang tak terfikir kesitu langsung mendekati Maura.

"apaan-apaan ini"

Riana tersenyum dan menggeleng, melihat reaksi Ervan.

"Riana, kamu gak harus seperti itu"

"lalu harusnya gimana, apa seperti ini"

Riana mengulang tamparannya kepada Ervan, keduanya kaget dengan perlakuan Riana.

"kamu ingat Ervan, saat aku bersama orang lain di cafe waktu dulu, kamu tuduh aku selingkuh sampai kamu marah dan berbuat semua yang kamu mau sama aku, apa kamu ingat"

Ervan diam, tak ada jawaban yang terlontar dari mulutnya.

"sekarang aku juga lihat hal yang sama, bahkan lebih jelas, dan lebih jelas lagi karena dia bilang suka sama kamu, kamu fikir apa"

"diamlah Riana"

"diam kamu bilang, berhari-hari aku cari kamu Ervan, aku khawatir sama kamu, takut jika hal buruk terjadi sama kamu, tapi apa yang aku dapat .... tontonan memuakan"

Riana berlalu begitu saja, Riana tak bisa menerima semuanya, penghianatan yang dilakukannya dulu bersama Ervan dibelakang Revan, membuat Riana ketakutan sendiri jika hal yang sama akan terjadi pada dirinya.

"Maura, aku minta maaf"

"kejar dia, jangan buat aku semakin buruk difikirannya"

"aku akan temui dia setelah mengantar kamu pulang"

"aku bisa pulang sendiri, sekarang kejar dia, atau lebih baik kita gak usah ketemu lagi"

Ervan menggeleng, Maura tak boleh pergi darinya untuk sekarang karena Ervan masih membutuhkannya.

"aku gak serendah itu Ervan, yang harus merebut pacar orang seperti apa yang Riana fikirkan, aku gak seperti itu"

Ervan terdiam dan membiarkan Maura pergi dari hadapannya, mungkin benar jika Ervan harus lebih dulu menemui Riana.