Chereads / Tunawicara Itu Kekasih Ku / Chapter 55 - Kecewanya Riana

Chapter 55 - Kecewanya Riana

Hari demi hari terus berganti, Laura mulai terbiasa dengan kesehariannya di rumah Revan.

Revan juga sudah bisa tenang menjalani kegiatannya di kantor, dan Angga juga sekarang mulai terbiasa dengan sosok Laura dan kedekatannya dengan Revan.

Berbeda dengan ketenangan di rumah Revan, Riana justru merasa gelisah.

Semakin hari Riana merasa jika Ervan semakin menghindarinya, sikapnya menjadi dingin terhadapnya.

Riana tak ingin jika hal buruk terjadi pada hubungannya dengan Ervan, setelah apa yang dilewati bersama Ervan, Riana merasa tak ingin kehilangan Ervan.

Riana selalu berusaha menghubungi Ervan, tapi seringnya tak bisa tersambung.

Berkali-kali juga Riana mencoba menemui Ervan, tapi susah sekali bahkan keberadaannya pun Riana tak tahu untuk saat ini.

"aku harus cari kamu kemana Ervan, apa mungkin kamu bersama gadis itu sekarang"

Riana benar-benar ingin menemui Ervan, Riana tak bisa tenang dengan keadaannya saat ini.

"atau aku tanya langsung sama Revan, atau mungkin Laura sekalian"

Riana mengangguk, selama ini Riana selalu menahan diri untuk tak melibatkan siapa pun dalam hubungannya dengan Ervan.

Tapi saat ini, keyakinan Riana tentang Ervan yang sedang bersama Maura adalah yang paling benar.

Dan satu-satunya cara untuk membuktikan itu adalah dengan berbicara langsung pada Laura atau pun Revan.

----

Ditengah kegelisahan Riana, Ervan justru tengah tertawa lepas bersama Maura.

Keduanya terlihat semakin dekat, entah apa alasannya yang jelas mereka merasa nyaman satu sama lain.

Ervan merasa mendapat kenyamanan baru setelah sekian lama mendapat kenyamanan dari Riana, dan begitu juga dengan Maura.

Setelah kecewa dengan hubungannya bersama Gilang, kini Maura merasa tenang bersama Ervan.

Hari ini mereka sedang berada di rumah Maura, mereka asyik bercandaan berdua.

Memainkan beberapa permainan yang mampu menyenangkan hati keduanya.

Ervan tak ingat akan Riana, dan Maura tak lagi sedih karena Gilang.

"kamu mau makan"

"nanti ajalah, baru juga jam 11"

"tapi aku laper"

"makan mulu"

Ucap Ervan sambil menjitak pelan kepala Maura, Maura terkikik karena memang sejak tadi Maura tak henti ngemil tapi tetap saja merasa lapar.

"beli aja ya"

"beli apa"

"apa ajalah, yang penting enak dan kenyang"

Ervan memainkan ponselnya, memesan beberapa makanan yang akan menjadi hidangan makan siang keduanya.

Maura tersenyum, sekarang Maura tak khawatir lagi dengan Ervan, karena Ervan tahu jika selama ini Maura bergantung hidup pada Gilang.

Dan selama usaha direncakan Ervan belum berjalan, Ervan yang menanggung kebutuhan Maura.

"pesan apa sih"

"makanlah"

"jangan banyak-banyak, nanti aku berat bayarnya"

"berisik, emang dari kemarin dimintain bayar"

"enggak sih"

"ya udah makanya, lagian ya .... ini cuma sementara, nanti kan kamu kerja sama aku, kaya Laura sama Revan"

Maura mengangguk-angguk, itu benar .... sebentar lagi Maura akan memiliki kesibukan selain dari pada kesibukan di rumah.

----

Riana dan Laura, kini tengah pergi menuju rumah Maura.

Keadaan Laura yang memang sudah membai itu sangat membantu Riana, karena dengan begitu Laura bisa pergi jauh dari rumah.

"maaf ya Laura, aku bawa kamu pergi"

Laura tersenyum dan mengangguk, sebenarnya Laura juga sudah jauh hari ingij bertemu dengan Maura, dan setelah mendengar cerita Riana.

Laura yakin, ada yang tidak beres antara mereka semua, terutama Maura dan juga Gilang.

"sekarang kemana nih"

Laura menunjuk arah jalan belok ke kanan, sedikit lagi, keduanya akan sampai di rumah Maura dan akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"ini rumahnya"

Laura mengangguk dan segera keluar dari mobil, disusul Riana, untuk beberapa saat Riana terdiam memperhatikan mobil yang juga ada dihalaman itu.

"benar ini mobil Ervan, kamu tahu kan Laura"

Laura mengangguk, Laura merasa takut dengan apa yang akana terjadi nanti.

Keduanya melangkah menuju pintu.

Laura mengetuknya dan sama-sama menunggu, sampai akhirnya pintu terbuka dan tampak sosok Maura disana.

"Laura"

Maura tersenyum dan langsung memeluk Laura, merasa senang karena Laura sudah bisa berpergian lagi.

"Ervan disini"

Pertanyaan Riana, membuat Maura seketika meliriknya dan terdiam menatapnya.

"Ervan disini kan, mana dia"

Sekilas pandangannya teralih pada Laura, belum sempat Maura menjawab, Ervan lebih dulu datang menghampiri ketiganya.

Ervan kaget dengan kedatangan Riana, tak perlu ditanyakan lagi dari mana Riana tahu rumah Maura.

"kamu disini"

"kenapa, kamu kaget"

"Iyalah, kenapa gak telpon aku dulu"

Riana tersenyum sekilas, pertanyaan macam. apa itu, lalu siapa yang selama ini dihubungi Riana.

"kamu gak ke kantor"

"kamu fikir aja, kalau aku ke kantor gimana bisa aku disini"

Ervan melirik Maura yang ternyata juga melirik kearahnya, Maura memberikan isyarat agar Ervan membawa Riana pergi.

"ya udah, kita ngobrol diluar aja ya"

"ini juga diluar, mau luar mana lagi"

Ervan dan Maura kembali saling lirik, Laura yang merasa akan ada keributan pun, meminta mereka semua untuk masuk.

Menurut Laura, bicara didalam rumah akan lebih baik dan mungkin bisa lebih tenang lagi.

"dduduk dulu"

Riana melihat sekitar ruangan, begitu berantakan dan disana juga ada hidangan makanan.

Riana yakin, sejak awal ketidak jelasan Ervan, ternyata Ervan berada disini bersama Maura.

"Riana, duduk"

"gak perlu, aku kesini cuma mau tahu aja keadaan kamu"

"aku baik-baik aja"

"dan kamu gak peduli lagi sama aku"

"makanya, ayo duduk dulu"

Denga malas Riana pun duduk, mereka sama-sama dusuk, Laura dan Maura hanya diam, menunggu waktu untuk keduanya bisa berinterasi.

"betah tinggal disini, sampe gak pernah datang lagi ke rumah aku"

"bukan gitu, aku cuma ...."

"handphone kamu mana, apa gak ada pesan atau panggilan dari aku"

"aku simpan, tadi ...."

"sibuk apa kamu disini, gak bisa kamu balas satu aja pesan dari aku"

"Riana, Ervan disini buat siapin rencana usahanya kok"

Riana berbalik menatap Maura, Maura tak ingin ada keributan di rumahnya saat ini.

"Ervan disini, bukan cuma-cuma"

"kamu tahu aku"

"bukannya kita pernah bertemu, di rumah Revan"

"dan kamu tahu siapa aku"

"iya, pacarnya Ervan kan"

Riana kembali tersenyum, senyuman yang memiliki arti kekecewaan.

"bagaimana bisa seperti ini"

"Riana, Maura ...."

"apa .... kamu mau bilang kalau aku jangan salah paham, iya"

Riana menggeleng, dengan apa yang terjadi siapa pun pasti akan salah paham.

"aku gak ngerti ya sama kamu, aku tahu ujung-ujungnya juga kamu suka pasti sama dia"

"kamu ngomong apa sih"

"kamu dengar apa"

"gak mungkin, Riana"

"kenapa gak mungkin, bukannya gak susah buat kamu pindah dari satu hati ke hati lain"

Laura memejamkan matanya sesaat, Laura ingat dengan kisah Revan 2 orang yang berbincang dihadapannya itu.

Apa mungkin Ervan akan kembali melalukan kesalahan, kali ini terhadap Riana.