Chereads / Tunawicara Itu Kekasih Ku / Chapter 59 - Pertengkaran (Part 5)

Chapter 59 - Pertengkaran (Part 5)

Riana bergegas menuju lokasi yang akan jadi tempat usaha Ervan, Riana sempat datang ke rumah Ervan tapi Riska bilang kalau mereka sedang pergi kesana.

Mendengar si kembar itu pergi bersama, Riana merasa sangat kesal, dan memutuskan untu menyusul mereka.

Riana melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, kekesalan dalam dirinya membuat Riana tak peduli dengan keselamatannya sendiri.

Riana telah sampai dilokasi, dan melihat mobil Revan juga Ervan disana.

Dengan cepat Riana memasuki bangunan itu, melihat sekitar mencari 4 sosok yang dituju.

"kamu belum sarapan, ayo makan dulu"

Riana mendengar suara Revan, itu pasti berbicara pada Laura, tapi dimana mereka.

"ayo makan, makan doang susah banget"

"iya, ayo makan dulu"

Riana mengangguk, 2 suara itu adalah Revan dan juga Ervan, apakah Riana akan mendengar suara lainnya.

Riana terus melangkahkan kakinya mencari sumber suara itu, tapi tiba-tiba Revan berjalan keluar bersama Laura.

"Revan"

Keduanya menoleh dan sama-sama kaget dengan kedatangan Riana yang tiba-tiba itu, Laura menoleh belakang, melihat Ervan dan Maura disana.

Kepanikan mulai terlihat diwajah Laura, dan Riana melihatnya, tanpa berkata apa pun lagi, Riana cepat melangkahkan kakinya memasuki ruangan dimana Revan dan Laura keluar.

Laura harus kembali merasa ngilu pada lukanya karena Riana yang menabraknya dengan kasar, Revan yang hendak menahan Riana pun gagal, karena melihat Laura.

"sakit lagi kan"

Laura menggeleng dan memejamkan matanya sesaat, menarik dalam nafasnya dan menghembuskannya perlahan.

Laura menoleh dan tersenyum pada Revan, Laura akan selalu berusaha menunjukan keadaan baik.

"yakin"

Laura mengangguk dan menarik Revan untuk segera menyusul Riana, langkah keduanya terhenti saat melihat Riana berdiri mematung memperhatikan Ervan dan Maura.

"apa kamu selalu seperti ini terhadap semua perempuan"

"gimana caranya, ke semua perempuan, satu aja Maura"

"apa aku yang pertama"

"lalu siapa lagi"

"kalau kamu terus seperti ini, aku takut Ervan"

"hidup itu dijalani, bukan untuk ditakuti, kesempatan kebersamaan ini dan segala keadaan yang terjadi itu adalah perjalanan"

"tapi apa harus selalu menyakitkan"

"gak selalu Maura, semua ada masa sendiri, jika dulu kamu bahagia dan kemarin kamu terluka, maka sekarang .... itulah perjalanan"

Ervan dan Maura tengah memasak, keduanya tak sadar jika dibelakang mereka ada yang sedang memperhatikan.

Ervan dengan santainya memakaikan celemek pada Maura, dan tanpa peduli apa pun lagi, Ervan meraih tubuh Maura dari belakang.

menggenggam satu tangan Maura dan menaruhnya diperut Maura, jelas Ervan memeluk tubuh dihadapannya.

Dan satu tangan lainnya meraih tangan yang sedang mengaduk masakan, Ervan terlihat sangat manis dengan segala perlakuannya pada Maura.

Revan memejamkan matanya sesaat, meredam kekecewaannya pada Ervan setelah apa yang dilihat dan didengarnya.

Laura melihat tangan kanan Riana yang mengepal kuat, dan juga melihat tangan Revan yang melepaskan genggaman dari tangannya begitu saja dan turut mengepalkannya.

Jantung Laura mulai berdegup kencang, ini kesalahan, masalah akan datang saat ini.

Apa yang ada dalam fikiran Ervan dan Maura disana, kenapa bisa mereka seperti itu.

Laura bermaksud untuk meraih pundak Riana, tapi gagal karena Riana lebih dulu melangkah menghampiri 2 orang disana.

Laura mengepalkan tangannya dan menurunkannya kembali, mengatur nafasnya agar tetap tenang setelah menyadari Revan juga terlihat mulai emosi.

"bisnis apa seperti ini"

Ucapan Riana berhasil membuar Ervan dan Maura kaget, keduanya saling menjauh begitu saja.

"bisnis hati .... iya"

"kamu ngapain disini"

"aku ngapain disini, kalian ngapain disini, pelukan .... rayu-rayuan .... apa"

Suara Riana terdengar tingga dan bergetar, Ervan dan Maura terdiam tanpa menjawab atau pergerakan apa pun.

"kamu mau rebut Maura dari siapa .... setelah Revan sekarang siapa lagi .... lelaki mana lagi yang kamu cemburui Ervan"

Laura menatap Revan, kalimat Riana membuat Laura yakin kalau apa yang dilihatnya tadi adalah sama dengan apa yang dialami Revan dulu, sebelum kehilangan Riana.

"siapa hah .... siapa Ervan, siapa lagi"

Riana mulai terisak, ingatannya memutar memori saat Ervan menuduhnya selingkuh, dan Ervan sampai berbuat kasar padanya.

Tapi apa yang dilihatnya sekarang, apa itu bukan perselingkuhan, atau Riana hanya ketakutan saja dengan perselingkuhan.

"Riana, aku ...."

"apa .... bisnis apa seperti ini"

"Riana ini cuma salah paham, aku sama Ervan gak ada niat ...."

"buat sekingkuh"

Riana memotong kalimat Maura, semua terlalu nyata dalam penglihatannya dan Riana merasa tak bisa dibodohi.

"kamu tahu Maura, apa yang dilakukan Ervan tadi sama kamu, itu adalah hal yang sama. yang dia lakukan dulu terhadap ku"

Maura mengernyit dan menatap Ervan sesaat, Maura mulai mencari tahu arah ucapan Riana.

"maksud kamu apa"

"dia memperlakukan ku seperti itu dulu, setiap saat dia selalu manis pada ku, sampai akhirnya aku tersentuh dan aku memilih meninggalkan kekasih ku hanya demi dia"

Riana tak bisa lagi menahan amarahnya, jauh disana, Laura semakin dalam menatap Revan.

Mata Revan yang mulai memerah dan kini kedua tangannya telah mengepal, 2 tahun.

Laura menjalin hubungan dengan Revan, apa mungkin jika perasaannya untuk Riana belum sepenuhnya hilang.

Fokus Laura pecah saat mendengar suara tamparan, Laura kaget karena ternyata Riana menampar kembarannya.

Apa yang mereka bicarakan .... kenapa Laura tidak bisa mendengarnya .... kenapa Laura malah sibuk menerka apa yang mungkin ada dalam fikiran Revan.

"kamu memang bodoh"

Bentak Riana yang mengangkat tangannya bersiap untuk kembali menampar Maura, Laura tak bisa diam saja, entah seperti apa masalah sebenarnya tapi Riana gak berhak menyakiti Maura.

Denga cepat Laura melangkah dan menahan tangan Riana, mendorongnya untuk menjauh dari Maura.

Dorongan Laura membuat Riana limbung dan malang bagi Laura, karena bukan Ervan yang sigap menolong Riana, melainkan Revan.

Revan berlari dari posisinya demi bisa membantu Riana.

Ada apa ini .... Laura berusaha menjernihkan fikirannya agar bisa tetap positif, tapi gagal karena Revan dengan begitu saja memukul Ervan berkali-kali.

"kamu mengulanginya lagi .... kamu menyakiti Riana lagi .... kamu hancurkan kebahagiaannya lagi, kenapa Ervan .... kenapa"

Bentak Revan, patah sudah pertahanan Laura.

Revan tak terima dengan tangisan Riana, amarah Revan bukan kepedulian untuk Maura, melainkan untuk Riana.

"cukup Revan, udah cukup berhenti"

Riana menarik Revan menjauh dari Ervan, tak ada perlawanan dari Ervan dan entah apa alasannya, Ervan hanya diam menerima setiap pukulan dari Revan.

"Revan"

Revan menoleh dan menatap Riana, semua masih sama, Riana tak boleh disakiti.

"kamu gak perlu seperti ini lagi, Revan"

Tanpa peduli hal lain, Revan membawa Riana pergi meninggalkan semuanya.

Laura tersenyum melihat kepergian Revan dan Riana, senyuman kekecewaan dengan apa yang dilakukan Revan.

"Laura"

Laura mengangkat tangannya, agar tak ada yang berbicara padanya saat ini.