Chereads / The Remarriage / Chapter 24 - Malam Yang Panas Dingin

Chapter 24 - Malam Yang Panas Dingin

Ada yang berdiri tegak di sini, tapi bukan keadilan.

Hana melihat Aksa yang menatapnya dengan sorot mata yang penuh gairah. Dia tidak mau melihat sesuatu yang bergerak di bawah Aksa.

"Pakai lagi bajumu. Kenapa kamu tiba-tiba masuk dengan pikiran kotor."

"Hana, aku dijebak Arabella minum obat perangsang. Aku dan Intan minum dan sekarang kita jadi begini."

"Kalau aku tidak ditolong Intan mungkin saat ini aku sedang melakukan sesuatu dengannya. Kalau itu terjadi, aku harus menikahinya." Aksa saling mengusap-usap kedua tanganya. Entahlah apa yang dipikirkannya.

"Arabella. Apa dia juga di sini."

"Tolong aku. Kalau kamu mengusirku. Mungkin aku akan menemui Arabella karena aku tidak bisa membuat ini kembali tertidur." Tanpa malu Aksa menunjuk pedang panjangnya. Dan seakan melambai-lambai mengucapkan "Hai, sudah lama tida bertemu" pada Hana.

Hana sedikit melotot, meskipun tidak dipungkiri dia sempat menelan salivanya.

"Kenapa kau datang kemari, bukan datang ke Arabella. Bukankah dia itu tunanganmu?" kata Hana sambil membalikkan badannya membelakangi Aksa yang tubuhnya polos. Dia tidak mau terpedaya Aksa

"Apa kau mau aku menggauli perempuan yang bukan istriku?"

"Aku bukan lagi is ...."

"Kamu masih istriku. Aku belum menceraikanmu. Dan aku juga masih mencintaimu."

Deg.

Hati Hana terasa bergetar mendengar pengakuan Aksa. Hampir lima tahun berlalu, dan Aksa belum menceraikannya. Entah harus senang atau sedih mendengarnya. Hana diam tak bergeming.

"Hana, aku sudah tidak tahan lagi. Aku tak bisa mengendalikan diri lagi."

Aksa kemudian menarik bajunya dan akan memakainya lagi. Mendengar Aksa sedang memakai kembali pakaiannya. Hana pun berbalik dan mendapati Aksa memakai kembali celananya. Badan bagian atasnya masih terbuka dan menyisakan perut yang berpola roti sobek yang sebenarnya sangat dia rindukan itu.

"K-kau mau pergi menemuinya?" tanya Hana penasaran. Dia takut kalau Aksa nekat mencari pelampiasan hasratnya itu dengan mencari wanita lain.

"Aku tidak akan menemuinya. Aku akan ke bar dan mencari wanita kesepian. Daripada aku harus menanggung dan tersiksa semalaman." Aksa terlihat putus asa.

"Kau ... sungguh akan melakukannya?" tanya Hana merasa kecewa dan sedih.

"Kau percaya kalau aku bisa melakukan itu?" tanya Aksa menyayangkan.

Hana menggelengkan kepalanya.

"Lima tahun saja aku bisa menahan kesepianku. Tentu saja malam ini aku harus bisa menahannya meski aku harus berendam di air dingin semalaman." Aksa kemudian pergi meninggalkan Hana yang penuh keraguan.

Hana kemudian mengantar Aksa ke luar pintu. Menyaksikan Aksa yang berulang kali menarik celananya karena terasa sesak bagian depannya. Dan Aksa membuka pintu kamarnya dan segera masuk ke kamarnya dengan penuh kekesalan dan kekecewaan.

Hana melihatnya dengan penuh iba. Pasti sangat berat bagi Aksa yang akan menahan hawa nafsunya semalaman.

.

.

.

.

Sementara Daniel tak kuasa menahan gejolak gairahnya karena Intan. Perlahan Intan melepas kancing baju Daniel satu per satu. Seketika Daniel merasakan hawa panas dingin menjalar di seluruh tubuhnya.

Daniel merasakan hal yang luar biasa tak bisa dia ungkapkan. Sebuah hal yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya. Dan setan mesum mana yang merasukinya dia melakukan dosa dengan wanita yang belum dia kenal sebelumnya.

"Tu-tunggu dulu!" cegah Daniel menghentikan Intan yang akan melepas penghalang pusaka berharganya.

Intan menatap wajah Daniel dengan sorot mata memohon. Gairah Intan terpancar di sorot matanya yang begitu tajam.

"Kau yakin akan melakukannya denganku. Kau tak tahu siapa aku. Kenapa kau ...."

Intan kembali lagi membungkam mulut Daniel yang banyak bicara dengan kecupannya. Intan tidak peduli karena saat ini reaksi tubuhnya lebih cepat dari akal pikiran dan logikanya.

Mendapat perlakuan cuek dan tak acuh Intan, Daniel segera mengambil alih kuasa Intan dengan kembali mengangkat tubuh Intan. Mengaitkan dua kaki Intan ke pinggangnya. Lalu berjalan perlahan sambil terus saling mengecup.

Perlahan Daniel menurunkan Intan di ranjang. Mengangkat kembali dagu Intan dan mengecup bibir Intan dengan lembut.

Dengan tangan sedikit gemetaran Daniel perlahan menurunkan tangannya untuk mencari tahu di balik gaun malam Intan. Selama ini Daniel belum pernah melakukan hal di luar batas hanya sekedar ciuman. Akan tetapi, malam ini jiwa laki-lakinya tertantang hanya karena seorang gadis yang bergairah karena pengaruh obat perangsang.

Daniel begitu heran dengan ukuran dua bentuk lingkaran itu, kenapa Intan begitu berani memakai gaun tanpa memakai penghalang. Karena kedua bentuk lingkaran itu begitu memabukkan Daniel saat ini.

Tanpa harus diberi tahu rumus tentang luas dan keliling dua lingkaran itu, Daniel cukup tahu dan menguasainya. Membuat Intan semakin tak bisa mengendalikan dirinya untuk terus dan terus membuat dirinya dan Daniel menikmati nuansa surga duniawi yang sama-sama mereka pertama kali mereka rasakan.

Intan, gadis itu seakan tidak takut menghadapi Daniel. Daniel yang baru dikenalnya tapi sudah mencuri hati Intan dengan memberikannya mahkota kesuciannya malam ini.

Daniel kaget karena dia merasat terhormat karena dialah pemilik pertama kesucian Intan. Sebelum dia terlelap Daniel menyempatkan diri untuk memandang wajah gadis yang sudah dia gauli. Perasaan bersalahnya muncul karena dia merasa menjadi lelaki yang paling jahat dan tega sedunia karena sudah menerkam Intan yang sedang dalam pengaruh obat.

Dikecupnya kening gadis yang sudah memberinya surga dunia untuk pertama kalinya.Lalu dia pun menghempaskan tubuh lelahnya di samping Intan yang sudah tidur duluan.

***

Hana terlihat cemas dan gelisah di kamarnya. Dia memikirkan keadaan Aksa yang mungkin sekarang sangat tersiksa menahan hasrat karena obat perangsang yang diberikan Arabella padanya.

"Hana kenapa kamu membiarkan Aksa tersiksa?" gumam Hana dalam hatinya.

Hana kemudian lari ke balkon dan melihat dinding sekat antara balkonnya dengan balkon Aksa. Dia kemudian mengintip dari celah yang rupanya sempat dipakai Aksa untuk mengintipnya kemarin malam.

Hana tak jelas melihat balkon Aksa dan pintu balkonnya pun tertutup. Hana semakin cemas. Kemudian dia akhirnya memutuskan sesuatu.

Hana membuka lemari ganti, dan mencari lingerie yang sempat dia gunakan kemarin dan Aksa melihatnya. Segera dia memakai lingerie seksi itu. Lalu dia menutupnya dengan kimono hotel. Mengambil ponsel dan kunci kamarnya.

Dia keluar kamarnya dan mengetuk pintu kamar Aksa dengan keras.

"Aksa buka!"

Tok tok tok.

Hana terus mengetuk pintu kamar Aksa, dan setelah menunggu begitu lama dan terus mengetuk. Akhirnya Aksa membuka pintu kamarnya. Tubuhnya berbalut handuk sepinggang dan terlihat basah dari ujung rambutnya sampai kakinya yang panjang. Sepertinya benar dia berendam air dingin.

Dengan tubuh yang menggigil Aksa terlihat terkejut melihat kedatangan Hana. Dan Hana langsung masuk ke dalam kamar Aksa. Dia terlihat bingung tapi hatinya terasa bahagia menyambut Hana.

Aksa kemudian menutup pintunya. Tanpa bersuara Aksa membiarkan Hana terlihat gelisah di dalam kamarnya. Ingin rasanya Aksa langsung memeluk wanita pujaannya itu. Tapi Aksa takut penolakan darinya.

Haciiiiihh.

Aksa bersin-bersin. Tubuhnya menggigil karena guyuran air dingin dan belum lagi memang suhu udara di Berlin sedang beralih ke musim dingin.

Hana mendekat karena Aksa sepertinya kedinginan.

"K-Kakak baik- baik aja kan?" tanya Hana khawatir.

Aksa yang baru mendengar kembali Hana memanggilnya dengan Kakak sedikit tergelitik dan merasa senang.

"Lumayan sudah baik-baik saja kok. Sekarang dia sudah tidak berdiri tegak lagi."

Hana tersenyum lega, tapi ada segurat kecewa tergaris dari sudut bibirnya.

"Kamu kemari apa khawatir padaku?" tanya Aksa.

"Aku ... aku ...." Hana kehilangan kata-katanya. Dia merasa malu pada Aksa. Apalagi dia malah memakai lingerie untuk melewati malam ini dengan Aksa.

Aksa berjalan maju menuju Hana yang mulai sedikit gugup bertolak belakang dari sebelumnya yang terlihat angkuh padanya.

Hana menatap wajah Aksa yang rambutnya basah dan membuat Aksa sedikit menggodanya. Dan dadanya yang bidang, Hana ingin tidur bermanja ria dengan dada Aksa sebagai bantalnya.

Melihat Aksa yang perlahan mendekati, tangan Hana refleks melepaskan ikatan kimononya dan melepaskannya. Sehingga Aksa bisa melihatnya memakai lingerie cantik yang membuat Aksa menjadi hareudang atau panas.

"Hana sayang, apa kau sekarang sedang mempermainkanku?" tanya Aksa kembali lagi mabuk gairah.

Hana menggelengkan kepalanya lalu perlahan mendekati tubuh Aksa dan berdiri tepat di hadapan Aksa. Tubuh Aksa yang tinggi membuat wajah Hana hanya bisa bertepatan dengan dada Aksa, sementara puncak kepalanya menghadap leher kekar Aksa.

"Kalau begitu apa?" tanya Aksa merasa di atas angin.

Hana kemudian menengadahkan wajahnya ke atas dan melihat wajah Aksa di atasnya dengan mata yang menatapnya dengan sorotan mencuil hatinya.

Bersambung ...