Suara lenguhan Aksa yang menggeliat membuat Hana membuka matanya perlahan. Di sampingnya ia melihat Aksa sudah duduk bangun di tempat tidur sambil menguap. Hana diam-diam memperhatikannya tanpa disadari Aksa.
"Kak, kamu nguap persis kayak Lutung lho!" kata Hana membuat Aksa sedikit kaget ternyata Hana malah menciduknya sedang menguap.
"Tega amat kamu sama aku dimiripin Lutung, mentang-mentang Bang Gor ngasih julukan Lutung sama aku."
"Hehehee .... serius, aku pernah lihat kok." Hana kemudian bangun dan duduk sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos.
"Iya deh percaya, kalian itu memang ajaib bin aneh, ngasih julukan jenis-jenis primata, dan aku kok kepikiran ya, Shanum diberi julukan apa sama Papanya itu?" ucap Aksa bertanya-tanya.
"Linces."
"Apaan tuh, Singkatan?" tanya Aksa.
"Iya, singkatan dari Little Princess."
"Nah, kalau begitu aku seneng dengernya, kan bagus dan terkesan manusiawi Yang."
"Terus kamu enggak seneng dipanggil Bang Agung Lutung Kak?" tanya Hana.
"Bukan enggak seneng, aneh aja gitu."
"Setiap julukan Bang Agung pasti ada alasannya Kak."
"Iya aku tahu itu, bahkan aku juga tahu kenapa Bang Agung ngasih julukan Lutung."
"Benarkah, emang Bang Gor ngasih tahu gitu aja?" tanya Hana tak percaya.
"Hmmmm." Aksa membenarkan ucapan Hana, karena sebenarnya Bang Gor belum memberikan jawaban pasti itu.
"Pokoknya aku tahu Yang, bahkan gara-gara aku tahu alasan itu Bang Gor udah janji mau merestui hubungan kita lagi," kata Aksa sambil mencubit hidung Hana.
"Ah masa sih, kapan itu. Kok Bang Agung enggak cerita sama aku."
"Baru minggu kemarin kok, kenapa?kamu enggak tahu."
"Ya, aku sih enggak percaya Bang Gor merestui mu, soalnya Bang Gor itu orangnya over protective banget sama adiknya. Enggak begitu aja dan gampang merestui hubungan laki-laki sama adik kesayangannya," sahut Hana tidak percaya.
"Kamu enggak percaya telepon aja Bang Gor, dan o-ya kok kayaknya kamu yang enggak mau sama aku Yang?" tanya Aksa sedih.
Hana kemudian berdiri dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Mengambil pakaiannya yang tercecer sembarangan di lantai dan tidak menjawab pertanyaan Aksa.
"Hana, kamu enggak jawab."
Hana kemudian membawa pakaiannya menuju ke kamar mandi dan tidak menjawab pertanyaan Aksa. Terlihat wajah Aksa yang cemas melihat Hana yang berlalu tanpa menghiraukan pertanyaannya itu.
Tok tok tok
Terdengar suara pintu diketuk sangat keras. Hana dan Aksa saling pandang. Siapa yang pagi-pagi buta sudah mengetuk pintu kamar Aksa. Aksa kemudian mengambil sehelai handuk yang tercecer lalu memakai dan melilitkannya di pinggang. Dengan bertelanjang dada Aksa kemudian mencoba mengintip siapa yang datang. Tapi dari lubang transparan pintunya, dia tidak bisa melihat siapa yang datang.
Sementara Hana merasa waswas, jangan-jangan itu Intan. Hana kemudian berlari mencari ponselnya. Dan melihat ponselnya berada di bawah tempat tidur. Kemudian Hana memungutnya.
22 Panggilan tidak terjawab dari Intan.
Wajah Hana nampak pucat. Bagaimana dia harus menjelaskannya pada Intan kalau dia sudah bermalam dan tidur dengan Aksa. Hana belum tahu kalau Intan juga melakukan hal yang sama seperti dirinya. Bercinta semalaman.
Aksa kemudian membuka pintu kamarnya, lalu secara tiba-tiba seseorang menyeruak masuk membuat Aksa kaget setengah mati.
"Kenapa kau lama sekali membukakan pintunya?"
Mendengar suara perempuan yang hadir, Hana segera menoleh ke arah sumber suara itu. Seseorang yang menerobos masuk.
"Arabella, kenapa kau kemari?" teriak Aksa.
Telinga Hana langsung panas ketika mendengar kalau Arabella yang datang.
"Kenapa semalam kau menghindar, dan kenapa kau tak menghubungiku, padahal kau sedang ...." Arabella begitu emosional pada Aksa sampai dia tidak sadar kalau ada sosok Hana yang berdiri sedang menonton mereka.
"Si-siapa dia?" tanya Arabella ketika matanya menangkap ada sosok perempuan di kamar Aksa.
Dengan cueknya Hana membuka selimut tubuhnya yang polos, dan memakai lingerienya di depan Arabella. Aksinya itu hanya ingin memperlihatkan tubuh dan lekuk tubunya yang indah dengan banyak jejak ungu bekas perbuatan Aksa di seluruh tubuh Hana. Dan Arabella ketika melihat itu mulai marah.
"Aksa, siapa dia?" tanya Arabella dengan nada yang tinggi.
"Dia istri halalku, kenapa?" tanya Aksa puas melihat tingkah Hana.
Hana kemudian berjalan menghampiri keduanya.
"Kenapa kau pagi-pagi malah datang ke kamar seorang laki-laki beristri, hah, sungguh tidak bermoral," sahut Hana dengan sinis.
"Aksa ... siapa wanita jelek ini?" tanya Arabella menunjuk wajah Hana dengan telunjuknya,
"Kau lebih jelek Ara, kau pikir kamu cantik, kalau kamu merasa cantik, kenapa Aksa tidak mencarimu saat dia sedang membutuhkan belaian wanita, kenapa?" tanya Hana merasa panas di cap jelek.
"Sudahlah, kau cepat keluar dari kamarku!" kata Aksa mengusir Arabella tidak mau kalau sampai ada perkelahian antar wanita.
"Tidak usah, aku saja yang pergi, sampai ketemu lagi nanti siang sayang!" kata Hana kemudian mengecup bibir Aksa sebelum dia pergi dari kamarnya.
"Ya, nanti aku telepon kamu lagi!" ucap Aksa yang tidak memedulikan ekspresi kesal Arabella yang menyaksikan dua sejoli bertukar ciuman di depannya.
"Aksa, apa kau tidak apa akibatnya kalau kau berani berbuat begini padaku?" tanya Arabella dengan mata yang merah karena terlampau murka.
"Aku tahu dan aku sadar, tapi apa aku salah kalau aku menghabiskan malam dengan istriku sendiri, kan itu halal, daripada aku harus bersama denganmu yang bukan istriku!" tandas Aksa.
"Ingat ya Aksa, kau baru saja membuat Hotel Mahesa hancur!" kata Arabella kemudian segera pergi. Di luar pintu dia melihat Hana sedang menatap kaku Intan di depan pintu kamar Hana. Dengan wajah yang sinis Arabella pun meninggalkan kedua wanita itu.
"Kakak, sejak kapan ada di depan pintu kamarku?" tanya Hana gugup.
"Dari sejam yang lalu, apa kau semalaman bersama Aksa?" tanya Intan yang melihat banyak stempel merah keunguan di lehernya.
"Ng- eng, itu ...." Hana merasa kikuk menutup lehernya dengan tangannya.
"Kau dengar tadi, Arabella baru saja membunyikan genderang perang untuk kalian berdua!" ucap Intan dengan tatapan dinginnya.
"I-iya aku dengar itu."
"Siap-siap saja nanti Nenek Sihir itu kembali mengancammu Hana, apa kamu sudah siap?" tanya Intan ketus.
"Itu ...."
"Sudahlah, kalau kau tidak mau kalah, kau harus ikut arahanku. Jangan lagi menemui Aksa, kamu harus ingat tujuanmu dari awal Hana!" ucap Intan dengan sedikit nada yang marah dan kesal.
"Kemasi barangmu, siang ini kita harus segera pergi kembali ke LA!" ucap Intan kemudian pergi ke kamarnya dan meninggalkan Hana yang terpaku karena merasa serba salah. Di satu sisi dia ingin sekali bersama Aksa, tapi sisi lain dia belum siap untuk melawan Nenek Sarah dan Arabella. Bisa-bisa karir dia sebagai artis akan layu sebelum berkembang.
Dengan menguatkan hatinya Hana kemudian menuruti permintaan Intan. Dia segera mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk check out.
***
Setelah mengemasi barangnya, terdengar suara pintu di ketuk. Pasti itu Aksa yang akan mengajaknya bertemu dengan Gea. Dengan perasaan bersalah Hana kemudian membukakan pintunya, tampaklah wajah Aksa yang sudah rapi dan membawa buket bunga mawar merah untuknya.
"Bunga untukmu!" kata Aksa.
"Terimakasih Kak." kata Hana menerima bunga itu dengan perasaan riang.
Baru saja Aksa hendak melangkah masuk, Hana menahannya.
"Kenapa?" tanya Aksa heran.
"Aku dan Kak Intan harus kembali lagi ke LA."
"Apa, kok mendadak."
"Jadwalku padat Kak."
"Aku masih kangen sama kamu sayang," ucap Aksa sambil memeluk Hana.
"Aku juga, tapi aku belum bisa sama kamu Kak," ucap Hana sedih.
"Maksudmu?"
"Aku tadi dengar Arabella mengancam Hotel Mahesa, aku takut kamu kena masalah lagi, jadi untuk sementara kita jangan dulu bertemu lagi!" kata Hana.
"Aku enggak bisa Hana, lima tahun aku tunggu momen ini, kenapa tiba-tiba kamu mengatakan hal yang mengerikan itu?" tanya Aksa.
Hana kemudian mengecup bibir Aksa dengan lembut sampai membuat Aksa refleks menyentuh pinggul Hana. Setelah beberapa menit Hana melepaskan pautan bibirnya.
"Sampai aku selesai kontrak film ini, maukah Kakak sabar menungguku lagi Kak?" tanya Hana.
Mata Aksa nampak berkabut mendengar perkataan Hana. Bibirnya bergetar dan lidahnya kelu untuk menjawab perkataan Hana.
"Sampai saat itu, aku akan datang ke Kakak tanpa harus Kakak jemput, aku janji!" kata Hana mencoba mengikatkan sebuah janji.
"Ta-tapi aku belum bi ...."
"Kakak pasti bisa, bertahanlah Kak, sambil Kakak berusaha mempertahankan Hotel Mahesa dengan cara kakak, aku akan berjuang untuk mencapai tujuanku menjadi aktris terkenal."
"Kenapa kau ingin sekali menjadi aktris terkenal Hana?" tanya Aksa penuh kekecewaan. Dia tidak rela Hana menjadi seorang artis.
"Ada alasannya Kak, tapi aku tidak mau mengatakannya sekarang."
"Kenapa, katakan sekarang saja Yang!" kata Aksa tidak sabaran.
"Aku tak kan hilang kontak dengan Kakak, jadi nanti aku kabari lagi ya!" kata Hana sambil mengusap pipi Aksa dan mengecupnya.
Aksa hanya memandang sedih kepergian Hana membawa kopernya.
"Baiklah kalau kau memang ingin begitu sayang, aku akan mendukungmu!" ucap Aksa pelan dan tersenyum melihat Hana menyeret kopernya sementara tangan satunya lagi terus menerus mencium bunga mawar yang diberi Aksa.
Dengan langkah yang tenang dan anggun Hana kemudian berjalan menuju pintu lift. Sementara Intan sudah menunggu di dalam mobil, dari sejam yang lalu dia sudah berada di mobil. Dia takut akan bertemu seseorang lagi kalau dia berlama-lama di sana. Dia takut bertemu dengan Daniel. Dia merasa malu dan merasa seperti wanita murahan di depan Daniel.
**Bersambung ....
=== Catatan Author ===
Ke Tanah Abang beli jarik (Cakeeeeeeepp)
Jangan lupa beli es dan juga ramen ( Cakeeeep)
Adek Abang para pembaca yang baik ( Cakeeeep)
Jangan lupa PS dan komen ( Eeeaa Eeeaaa)