"Cil, gimana hubungan lo sama Athar?" tanya Onit saat mereka sedang berkumpul di rumah Alana. Perkuliahan masih belum mulai. Mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk belajar memasak, dengan Alana dan Ifa sebagai mentor.
Cilla yang sedang memotong sayuran tidak menjawab. Tiba-tiba matanya memerah dan tak lama air matanya pun menetes. Yang lain memandangnya heran.
"Cil, jangan nangis dong. Gue kan cuma pengen tau. Soalnya elo kok nggak cerita apa-apa lagi tentang hubungan kalian." Onit terlihat panik dan berusaha membujuk Cilla
"Iya Cil, jangan nangis dong. Nggak elo banget deh," sambung Alana sambil memeluk bahu Cilla. Anehnya Cilla menolak dipeluk oleh Alana. Padahal biasanya Cilla paling suka bermanja-manja pada sahabatnya.
Meta dan Ifa menghentikan pekerjaan mereka untuk membujuk Cilla supaya berhenti menangis. Dengan kesal Cilla mendorong Meta untuk menjauh. Tentu saja yang lain merasa heran melihat sikap Cilla yang tidak biasa. Tadi tiba-tiba menangis, sekarang tiba-tiba marah. Jangan-jangan Cilla ketempelan jin penunggu pohon jengkol yang ada di seberang rumah Alana, pikir mereka.
Ifa segera membacakan ayat kursi di telinga Cilla. Dia bermaksud mengusir jin yang menempel di tubuh Cilla. Bukannya mereda, Cilla malah memandang teman-temannya dengan aneh. Waaah.... fix nih Cilla ketempelan. Akhirnya bersama-sama mereka membacakan ayat-ayat suci yang biasa digunakan untuk meruqyah. Bahkan Onit menyemburkan air yang sudah dia bacakan Al Fatihah ke muka Cilla. Tentu saja Cilla meradang.
"Kalian apa-apaan sih?!" bentak Cilla kesal. Mereka semakin takut melihat Cilla marah-marah. Sepertinya jin dalam tubuh Cilla ngamuk.
"Istighfar Cil... istighfar."
"Nyebut cil... nyebut... " mereka bersama-sama membujuk Cilla. Wajah mereka semuanya terlihat cemas. Tiba-tiba Cilla tertawa ngakak melihat sahabat-sahabatnya panik. Jin apalagi yang masuk ke tubuh Cilla? pikir mereka. Sepertinya harus panggil ahlinya.
"Kalian ini kenapa sih?" tanya Cilla sambil memotret teman-temannya yang ketakutan. "Oniiiiit.... kenapa elo sembur gue? Bau tauuuuu.... mana gue nggak bawa baju ganti. Jorok lo!!"
"Cil, elo sudah sadar? Elo beneran Cilla kan? Elo bukan jin penunggu pohon jengkol kan?" tanya Meta sambil menepuk-nepuk pipi Cilla.
"Lah iyalah gue Cilla. Emang menurut lo gue siapa kalau bukan Cilla yang cantik dan imut ini? Gue ini Pricilla calon istri bang Athar yang guantengnya sejagat raya." Cilla mencubit pipi Meta.
"Alhamdulillah....." seru yang lain lega. "Ternyata manjur juga tuh semburan si Onit."
"Al, gue pinjam baju lo. Gue mau mandi. Gue jadi basah dan bau nih gaa-gara disembur sama si Onit." omel Cilla.
Setelah Cilla berganti baju, mereka melanjutkan pelajaran memasak mereka. Setelah semuanya selesai, mereka lesehan di kamar Alana untuk menikmati hidangan yang mereka masak.
"Cil, tadi gimana rasanya pas elo ketempelan?" tanya Alana hati-hati. Khawatir jin dalam tubuh Cilla belum hilang.
"Apaan? Siapa yang ketempelan? Oh jadi sikap kalian aneh, bahkan gue sampai disembur, karena kalian pikir gue ketempelan? Astaghfirullah... kalian tuh sinting ya. Masa teman sendiri di bilang kesurupan."
"Terus kenapa tiba-tiba nangis dan bersikap aneh kayak tadi." tanya Onit heran.
Cilla tertawa ngakak. "Tadi itu mata gue kepedesan gara-gara bawang merah. Gue nggak mau dideketin sama Alana karena tadi lagi motongin sayuran. Ribet kalau pake acaran dipeluk-peluk. Lalu gue nggak mau dekat-dekat Meta karena dia kan yang kupas dan potong bawang merah. Kalau gue dekat-dekat dia, nanti air mata gue tambah deras."
"Dan gimana gue nggak marah kalau muka gue disembur sama Onit. Mana mulut tuh anak bau jengkol. Tadi pagi kayaknya dia sarapan pake semur jengkol."
"Hehehehe... tau aja lo Cil. Tadi pagi gue emang sarapan pake nasi uduk dan semur jengkol. Endess booo..." sahut Onit tanpa merasa bersalah.
"Baunya itu lho, Niiiit.... masih nempel. Makanya gue tadi mandi." jelas Cilla. Yang lain tertawa mendengar penjelasan Cilla.
"Oh iya, lalu gimana perkembangan hubungan lo sama Athar? Jadi dihalalin?"
Cilla mengangguk malu-malu. Senyum merekah di bibir mungilnya. Yang lain langsung bersorak mengetahui hal tersebut.
"Alhamdulillah. Beneran nih elo mau kawin sama Athar? Emang elo sudah dikenalin sama orang tuanya? Terus kapan rencananya kalian bakal kawin?" Cilla diberondong pertanyaan oleh para sahabatnya.
"Ya ampun Cil, gue jadi terharu. Akhirnya teman kita yang jomblo akut ini laku juga. Bahkan bakal nyalip Alana yang sudah tunangan sama bang Zayyan." seru Ifa heboh. "Selamat ya sayang. Impian lo sebentar lagi jadi kenyataan."
"Rencananya malam minggu besok Athar mau ajak gue ketemu sama orang tuanya. Athar sudah ngomong sama papi mami gue soal rencananya buat menikahi gue dari sejak awal. Sebelum nilai ujian keluar. Rupanya pas kita liburan ke Lombok, dia datang menemui mami papi."
"Gimana tanggapan papi mami? Mereka pasti senang banget ya akhirnya anak gadis satu-satunya laku."
"Banget. Mereka nggak nyangka ada cowok ganteng dan sholeh kayak Athar mau sama gue. Mereka pikir gue bakal jadi perawan tua."
"Elo sih koplak parah, manja dan rada bolot pula." ledek Onit. "Mana ada cowok yang mau sama cewek cantik tapi bolot."
"Idih, elo mah sirik aja sama gue yang cantik jelita dan imut ini. Kata siapa gue bolot. Itu mah pura-pura aja. Biasalah jagoan kan di awal pasti kalah dulu...."
"Iya habis itu mati." balas Onit.
"Iissh... sadiiiissss..." seru Cilla kesal. "Kalau gue bolot, nggak mungkinlah nilai Statistik gue A. Gue itu cuma pura-pura bolot tau. Biar bang Athar kasihan sama gue dan mau ngajarin. Jadi gue kan bisa sering ketemu sama dia."
"Dasar Cilla."
⭐⭐⭐⭐
Flashback on
Cilla masih belum bisa mempercayai matanya saat melihat layar komputer. Dengan gemetar telunjuknya menyusuri deretan huruf yang ada disitu. S..t..a..t..i..s..t..i...k..a.. - A.
"Aaaaah..." suara Cilla yang melengking terdengar ke seluruh ruangan. Mami dan papi Cilla tergopoh-gopoh mendatangi kamar anak gadisnya.
"......."
"Pah.. gue berhasil pah. Nilai statistik gue A. Gue jadi dihalalin sama babang Athar, Pah. Yeaaay....'
"......"
'Sudah ah, gue mau telpon babang Athar. Bye Ipah.. lanjutin deh mainnya.'
"Cilla sayang kamu kenapa?" tanya mami khawatir karena mendengar jeritan Cilla dan kini melihat Cilla lompat-lompat kegirangan. Cilla berhenti lompa-lompat dan memegang bahu mami.
"Mi, Cilla jadi dihalalin sama bang Athar!"
"Alhamdulillah!!" Mami papi Cilla ikut lompat-lompat kegirangan. "Akhirnya ada juga yang mau sama anak kita ya, pi. Mami pikir kamu bakal jadi perawan tua kayak tante kamu."
"Idih mami kok gitu. Cilla bukannya nggak laku mi, tapi Cilla yang jual mahal dan pilih-pilih pasangan." Cilla membela diri
"Iya aja deh Cil. Papi bahagia banget kamu sekarang sudah punya calon imam. Kapan keluarga Athar mau datang melamar kamu?"
"Memangnya boleh, pi? Cilla kan belum lulus, belum kerja."
"Bolehlah. Kalau memang sudah ada yang mau kenapa nggak. Walau sudah menikah bukan berarti kamu nggak bisa lanjut kuliah atau bekerja. Buktinya sahabat kamu si Ifa bisa. Papi yakin kamu juga bisa."
"Papi nggak keberatan Cilla nanti nikahnya cuma sama asisten dosen, bukan pengusaha kayak papi?" tanya Cilla ragu. Selama ini mami papi selalu bilang ingin Cilla menikah dengan pengusaha.
"Hmm... buat papi nggak masalah. Kemarin waktu kalian liburan ke Lombok, Athar datang kesini."
"Ngapain Pi?"
"Ya ngobrol-ngobrollah sama papi mami. Papi suka sama dia. Anaknya santun, agamanya bagus dan kelihatannya bertanggung jawab. Dia bilang kalau dia sayang dan cinta sama kamu. Dia juga minta izin papi mami untuk menikahi kamu dalam waktu dekat. Papi sempat menanyakan bagaimana dengan kuliah dia. Dia bilang sebentar lagi dia akan wisuda. Rupanya pacar kamu itu sudah lulus sidang sejak setahun yang lalu, tapi menunda wisuda karena sedang sibuk merintis kantor akuntan bersama beberapa temannya. Selain itu dia juga sedang mengumpulkan biaya buat menikahi kamu."
"Athar menolak waktu ditawarin kerja di perusahaan papi mu. Bahkan pada awalnya dia menolak saat papi mu bilang kalian nggak usah mikirin masalah biaya pernikahan. Dia mau membiayai pernikahan kalian tanpa harus merepotkan orang tua. Tapi papimu juga ngotot mau mengadakan pesta karena kamu anak gadis papi satu-satunya. Akhirnya setelah berdebat, mereka mencapai kesepakatan. Biaya akad nikah seluruhnya di tanggung oleh Athar sementara papi yang menanggung biaya resepsi. Itupun Athar bilang dia tetap akan berkontribusi."
"Aaah so sweet...."
Cilla terharu mendengar cerita papi mami. Nggak disangka bang Athar yang kalem itu ternyata sangat bertanggung jawab. Cilla tahu bahwa keluarga Athar adalah keluarga yang cukup berada. Namun gaya Athar selalu sederhana. Kemana-mana dia hanya naik motor matic yang usianya mungkin sudah lebih dari 5 tahun. Selama beberapa bulan Cilla jalan bareng dengannya, hanya satu dua kali Athar menjemputnya dengan mobil. Itu pun karena hujan. Athar pernah bilang bahwa yang kaya orang tuanya, bukan dia. Cilla semakin cinta sama Athar karena sikap rendah hatinya itu.
Flashback off
⭐⭐⭐⭐