45 menit kemudian mereka telah sampai di rumah Ana.
"Akhirnya sampai juga," batin Ana dengan wajah gembira.
"Terima kasih sudah mengantarku pulang A-lex," ucapan terima kasih Ana dengan gugup kepada Alex sebelum ia turun dari mobil.
"Hem.." jawab Alex singkat dan begitu dingin.
Ara yang melihat sikap kakaknya yang aneh dan tiba-tiba berubah. Segera ia memukul lengan kakaknya agak keras.
"Gimana sih kak Alex ini? gak asik banget tau gak. Kekasihnya pamit pulang cuma jawab gitu doang," ucap Ara dengan sewotnya kepada Alex.
"Seharusnya kakak itu cium dahinya atau cium bibirnya," lanjut tutur Ara sambil menunjuk dahi dan bibirnya.
Ana dan Alex yang mendengar perkataan Ara yang di akhir. Wajah mereka berubah menjadi merah seperti tomat.
"Apa-apaan kamu Ara? kamu masih kecil sudah berpikir seperti itu," jawab Alex dengan jantung yang berdetak kencang.
Ana yang mendengar tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya diam dan mendengarkan setiap perkataan yang ia dengar.
"Saya permisi pamit pulang bye, Ara," pamit Ana kepada Ara.
Ana merasa canggung untuk berpamitan kepada tuannya itu. Ia hanya melihatnya sekilas lalu turun dari mobil.
"Besok kau tidak usah masuk kerja. Aku beri satu hari untuk kau libur," ucap Alex kepada Ana sembari menurunkan kaca mobil pengemudi.
Ana yang mendengar penjelas tuannya itu hatinya merasa senang. Alex yang melihat pancaran rasa senang dari mata Ana. Ia hanya bisa tersenyum smirk.
"Terima kasih tu- eh A-alex," ucap Ana yang hampir salah.
"Hem.." balas Alex dengan singkat sambil menutup kaca mobilnya.
Lalu Alex menjalankan mobil menjauh dari rumah Ana. Ana yang melihat mobil Alex yang semakin menjauh dari depan rumahnya. Ia segera kembali melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumahnya.
"Ah capeknya hari ini," ucap Ana yang sambil merebahkan badannya di atas ranjang kamar tidurnya.
"Ye.. senangnya aku dapat cuti walaupun hanya satu hari," lanjut Ana merasa senang dengan penjelasan tuanya tadi.
Saat Ana sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Ia mendengar suara pintu kamarnya di ketuk dari luar.
"Kak ini Bryan! apa kakak sudah ada di dalam?," tanya Bryan dari luar kamar kakaknya.
Lalu Ana bangun dari rebahnya dan menuju kearah pintu kamarnya untuk membuka pintu tersebut.
Ceklek
"Iya, kakak barusan pulang. Kakak pikir kamu sudah tidur jadinya langsung saja masuk ke kamar," jelas Ana.
"Oh.. ya sudah kalau gitu mending kakak istirahat. Pasti capek kan habis pulang kerja dengan bos kakak itu," tutur Bryan sambil memegang pundak Ana.
"Barusan saja kakak mau niat bersihin diri. Eh taunya ada adik kakak yang ketok pintu," ucap Ana sambil tertawa kecil.
"Iya maaf-maaf kak. Bryan gak tau kalau kakak sudah pulang. Jadi Bryan cek deh ke kamar kakak," jelas Bryan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Gak papa kok bry. Kakak tadi bercanda jangan dibuat serius," Balas Ana sambil memukul pelan lengan adiknya.
" Ya sudah kakak mau bersih-bersih badan dulu sama mau istirahat juga," lanjut Ana.
"Iya, kak. Bryan juga mau balik lagi ke kamar," pamit Bryan sambil melangkahkan kakinya ke arah kamarnya sendiri.
Ana yang melihat adiknya sudah masuk ke dalam kamar. Ia juga menutup kembali pintu kamarnya guna untuk bersiap untuk beristirahat.
7 menit kemudian Ana sudah selesai membersihkan badannya secepat kilat. Ia hanya memakai kaos rumahan dan celana pendek di batas paha. Dan juga Ana tidak peduli lagi dengan rambutnya yang sedikit berantakan itu. Karena ia sudah sangat merasa lelah dan kantuk.
"Hoam.. waktunya istirahat Ana. Mari kita sambut besok dengan gembira," ucap Ana sambil memejamkan matanya dengan senyum terukir di wajahnya.
Di satu sisi Alex yang sudah sampai di rumahnya bersama Ara. Ia segera melangkahkan kakinya bersama dengan adiknya masuk ke dalam rumah.
"Lex, sudah kau hantarkan Ana pulang kerumahnya?" tanya Mama Rita yang di tengah anak tangga rumahnya.
"Sudah Ma." jawab Alex.
"Mama mau kemana?" lanjut tanya Alex.
"Mama mau ke dapur ambil air minum," jawab Mama Rita sambil menunjukkan teko air.
"Ya sudah kamu segeralah beristirahat dan jangan lupa bersihkan terlebih dulu badanmu Lex," lanjut Mama Rita mengingatkan Alex.
"Baik Ma. Alex pamit ke kamar dulu ya," pamit Alex sambil mencium pipi Mamanya.
Lalu Alex melangkahkan kakinya kearah anak tangga untuk menuju kearah kamar tidurnya.
"Kamu juga Ara! Segeralah beristirahat dan jangan lupa juga bersihkan badanmu terlebih dahulu," ucap Mama Rita mengingatkan putrinya itu.
"Baik Ma. Ara pamit ke kamar dulu ya," pamit Ara juga sambil mencium pipi Mama Rita.
Di lanjut Ara melangkahkan kakinya menuju kearah kamar tidurnya juga.
Mama Rita yang melihat tingkah putri nya itu. Hanya bisa menggelengkan pelan sambil tersenyum.
*
**
**
Keesokan harinya di pagi hari lebih tepatnya di rumah Ana. Terdengar suara alarm jam beker berbunyi dengan keras. Ana yang merasa terganggu segera ia mematikannya.
"Hoam.. jam berapa sekarang?" tanya Ana pada dirinya sendiri dengan mata yang masih sayup-sayup.
Ana yang masih nyaman berada di bawah selimutnya. Seketika ia langsung terbangun. Ia terkejut melihat jam yang menandakan pukul 07.32.
"Astaga..! aku terlambat bangun, gimana Bryan apakah dia sudah sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah?" Lanjut Ana sambil bangun dari tidurnya dengan wajah panik.
Segera Ana melangkahkan kakinya menuju kearah kamar mandi untuk mencuci mukanya. Selesai mencuci mukanya Ana mengikat rambutnya dengan asal-asalan.
"Dasar bodoh kau Ana! pasti di jam segini adikmu itu sudah berangkat," umpat Ana dengan kesal kepada dirinya.
Saat sampai di dapur, Ana melihat catatan kecil yang berada di atas meja makan.
Selamat pagi kakakku tersayang.
Bryan sudah siapkan sarapan pagi penuh kasih sayang untuk kakak.
Maaf kalau Bryan cuma siapin susu sama roti.
Bryan pamit berangkat sekolah dulu ya kakak.
Begitulah pesan yang di tulis oleh Bryan untuk kakaknya. Ana yang membaca tersenyum geli. Lalu Ana melihat sarapan yang dibuat oleh Bryan untuknya segera ia makan.
"Kebetulan sekali hari ini aku libur bekerja. Kalau tidak, bisa kena marah aku jika terlambat bekerja," batin Ana bergidik ngeri.
*
**
**
Di lain tempat lebih tepatnya di perusahaan Grand Company. Alex yang sedang memeriksa dokumen menjadi tidak fokus.
"Ada apa dengan diriku ini? Aneh sekali!" gumam Alex lirih sambil memijat pangkal hidungnya.
Alex melihat meja kerja yang ada di dalam ruangannya. Ia melihat meja tersebut dengan pandangan mata yang sulit di tebak. Pemilik meja tersebut siapa lagi kalau bukan Ana.
"Huft... apa yang sedang kau pikirkan, Lex," lanjut gumam Alex sambil menyandarkan badannya di kursi kerjanya.
Terdengar suara pintu ruangan Alex di ketuk dari luar. Dan masuklah sekertaris Dita.
"Masuk!" ucap Alex sedikit teriak dari dalam ruangannya.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya sekertaris Dita sambil membungkukkan badannya.
"Ini! kerjakan pekerjaan Ana untuk hari ini saja," perintah Alex dengan nada dinginnya sambil memberikan berkas kepada sekertaris Dita.
Lalu sekertaris Dita menerima berkas tersebut dari tangan tuannya. Dengan badan yang agak gemetar, sekertaris Dita memberanikan diri bertanya kepada tuannya itu.