Chereads / Misteri Pernikahan Sira Maisyah / Chapter 3 - 2. Ayah Dimas Murka

Chapter 3 - 2. Ayah Dimas Murka

Pak dedy meminta untuk menelpon ayah dimas, dimas tidak ingin melakukannya tapi masalah tidak akan selesai jika dia tidak menelpon ayahnya. saat dimas meminta ayahnya datang ke alamat yang di minta ayah dimas bertanya untuk apa, dimas hanya meminta untuk datang segera tanpa penjelasan darinya.

saat ayah dimas sampai di tujuan, pak dady mempersilahkan duduk, terlihat ayah dimas sedikit bingung, pak dady kemudian menjelaskan dengan sopan dan mengatakan apa yg sudah terjadi.

"apa" ayah dimas kaget, melihat tajam kearah dimas. ayah dimas seorang pemilik perusahaan yang ternama dan dimas lah menghandle perusahaan tersebut. bagi ayah dimas atau pak Salim Hamid Abraham reputasi perusahaan dan nama besar Abraham sangat berpengaruh terhadap perbuatan jelek dimas.

"ikut papa" pak Salim beranjak keluar dari ruangan menuju samping halaman rumah pak dady.

"par" tamparan mendarat di wajah dimas.

"kenapa papa menampar dimas"? memegang wajahnya kesakitan, " ini tidak seperti papa dengar, apa saya pernah melakukan kesalahan di depan papa, dimas hidup 27 tahun dengan papa, kemudian percaya dengan omongan orang yang tidak benar kepastiannya pa" jelas dimas geram menatap papanya dengan tajam, pak Salim terdiam gelisah emosi yang naik turun. "kesalahan kamu di belakang papa, membuatku marah dimas, mungkin bukan ini saja" tegas papanya dengan suara tertekan. mereka dari ruang tamu hanya diam mendengar pembicaraan dimas dan ayahnya, Sira berada dalam pikirannya mata yang basah.

"nikahi dia" suara pak Salim sedikit berat dan solusi bagi pak salim hanya itu demi kebaikan.

Nena yang mendengar itu shok dari dalam langsung berdiri meneteskan air mata, nena begitu mencintai dimas mereka berpacaran 2 tahun lebih, disisi itu sira semakin tercekam, pak dedy dan istrinya hanya tertunduk diam itu menurut pak dedy benar.

"pa, ini konyol, bagaimana bisa papa memutuskan ini, dimas punya nena pa", nena keluar menghampiri dimas dan pak salim.

"ini tidak adil pa, papa tidak memikirkan saya hanya memikirkan keegoisan papa". jelas dimas emosi.

"kesalahan ini kamu yang buat, bukan papa".

dimas dengan geram menarik tangan nena lalu pergi mengendari mobil meninggalkan pak salim.

semua pembicaraan dimas dan pak salim bernada tinggi tertekan mereka juga mengondisikan tempat. pak Salim kembali masuk meminta maaf atas kejadian ini, pak salim mohon diri, saat pak salim melangkah tepat di mulut pintu, Sira menghentikannya.

"pak". pak salim berbalik, sira menghampirinya kemudian mereka keluar.

"pak ini memang salah paham pak, mohon jangan lakukan itu kepada anak bapak dan saya". pak salim tersenyum manis mengelus kepala sira.

"saya juga tidak ingin menikah dengan orang yang bukan saya cintai" jelas sira sopan menunduk mencubit-cubit kuku ibu jarinya.

pak salim hanya tersenyum lagi dan pergi, sira menatap pak salim sampai mobil pak salim tidak terlihat lagi.

pukul satu malam dimas belum juga kembali ke rumah, mama dimas mondar-mandir menunggu kepulangannya.

"pa kita susul dimas" menghampiri suaminya yang lagi duduk.

"ma, dimas sudah dewasa"

"tapi pa, handphonenya juga gk aktif, nena juga".

"duduk" pak salim menarik tangan istrinya.

"gak bisa pa, mama gak bisa tenang".

malam pun semakin larut dimas juga belum pulang, akhirnya pak salim dan istrinya ke kamar untuk tidur dengan berat hati.

Dimas kembali ke rumah jam 10 pagi, mama dimas masih cemas menunggu kedatangan dimas. suara mobil dimas didengar oleh mamanya dan langsung beranjak keluar di ruang tamu mereka berpapasan, mama dimas langsung memeluknya memegang tangan kanan dimas. "darimana kamu nak"

dimas hanya tersenyum

"kenapa handphone kamu mati"

"udah ma, dimas gak knapa-kenapa sekarang"

dimas langsung pergi menuju tangga, mama dimas bingung kenapa sifatnya dingin.

"dimas sopan berbicara kepada mama mu" pak salim berdiri dari meja makan, langkah dimas kemudian terhenti sebelum menginjakkan tangga. dimas berbalik "ya, papa memang selalu benar dan saya tidak" merentangkan kedua tangannya dahi berkerut.

Helvita mama dimas bingung atas jawaban dimas.

"Dimas" suara lirih bu helvita, menghampiri dimas dan memegang tangan kanannya, "ada apa ini nak".

"ma, papa ingin aku menikahi wanita lain bukan nena ma, dan papa lebih percaya orang lain daripada dimas, dimas di fitnah ma". tegas dimas dengan nada emosi tertekan. Dimas naik kelantai dua, bu helvita meminta kejelasan dari pak salim, pak salim menjelaskan apa yang terjadi, bu helvita menjelaskan bahwa keputusan suaminya memang salah, pak salim hanya tidak ingin perbuatan dimas yang disengaja itu ataupun tidak tersebar luas karna media sosial saat ini begitu canggih untuk menjatuhkan reputasi perusahaannya ataupun nama baik Abraham.