Chereads / The Spirit of Xyor / Chapter 8 - VIII. Alisa dan Rencong Naga Api

Chapter 8 - VIII. Alisa dan Rencong Naga Api

"TARIAN API..."

Setelah gadis yang bernama Raissa itu.... Eh, kok kayaknya bukan deh namanya. Siapa tadi ya? Raissa, bukan. Aisyah, bukan. Malika, bukan. Neneng Wulandari, bukan.

Et dah, Jok... Yang bener aja. Jauh amat sih nyimpangnya...

Oh iya.... Alisa.

Setelah membisikkan kata itu, gadis bernama Alisa itu menerjang ke depan. Tubuhnya meliuk-liuk indah. Seolah-olah sedang menari. Gerakannya sebetulnya sangat cepat. Namun di mataku, gerakan itu nampak pelan, dan sangat indah.

Tubuhnya bergerak gemulai. Perpaduan antara warna merah dan putih, sungguh kontras sekali dengan latar belakang birunya langit. Sinar matahari yang mulai condong ke barat menerangi kulit putihnya, hingga seolah-olah mengeluarkan cahaya keemasan.

Rambutnya yang diikat ekor kuda, mengayun-ayun indah. Seolah, tiap helainya saling berlomba dan berkejaran antara satu dengan yang lainnya.

Sepasang mata yang bening dan indah, berpadu sempurna dengan senyum di bibir tipis yang berwarna merah merona.

Apakah dia bidadari yang turun dari nirwana?

Wake up, bro! Wake up...!

Oh iya ya... Ini kan lagi di medan pertempuran. Aku kok, kayak semacam terbius dalam suatu mimpi indah di siang bolong ya???

Gerakan tubuh si gadis bernama Alisa itu, yang di mataku itu bagaikan sebuah tarian indah, tidak demikian bagi musuh-musuhnya. Gerakannya sungguh-sungguh sangat mematikan.

Bahkan, dalam sekali gebrak saja, empat ekor tikus mutant terlempar dan mati. Dan, tidak memerlukan waktu yang lama baginya untuk mengalahkan semua tikus mutant itu.

Namun, saat kedua serigala mutant itu ikut menyerang. Ceritanya berubah. Nampak betul, jika kedua serigala mutant itu levelnya jauh di atas tikus mutant. Bahkan, menurutku meskipun tidak menggunakan serangan jarak jauh, level kedua serigala ini pun masih di atas level ayam mutant yang pernah kulawan dulu. Koordinasi serangan kedua serigala mutant itu, sangat bagus. Tidak ada serangan yang sia-sia dan membuang tenaga. Dan, sebagai akibatnya, pertarungan berlangsung seimbang.

Tidak berapa lama kemudian.... Di kejauhan terlihat debu-debu tebal menggumpal.

Seolah-olah ada banyak makhluk besar berlarian ke arah kami. Hmmmmm.... Aku punya firasat buruk nih...

Dan, benar saja... Sekawanan serigala mutant sedang berlari menuju kami. Nampaknya, terpanggil oleh lolongan kedua serigala mutant yang sedang bertarung dengan Alisa.

Ada sekitar 6 ekor serigala mutant yang datang. Salah satunya memiliki badan yang lebih besar dibandingkan serigala yang lain. Dan ekornya... Hei.... Itu bukan ekor serigala biasa. Melainkan, ekor kalajengking. Ohmaigad.... Kayaknya ini adalah si serigala Alpha, yang menjadi boss dari kawanan serigala mutant ini.

Melihat kondisi yang tidak menguntungkan itu, Alisa melompat mundur. Kemudian, tangannya bergerak mencabut sesuatu yang tersimpan rapi dibalik ikat pinggangnya.

Selarik cahaya merah berkelebat. Sebuah rencong yang mengeluarkan cahaya merah sudah tergenggam di tangan kanannya.

Nampaknya, rencong itulah yang menjadi sumber energi kuat yang menarik perhatianku dari tadi. Kalau melihat dari warna yang keluar dari rencong itu, merah. Aku yakin, jika rencong itu memiliki elemen api.

Setelah mencabut rencong itu, Alisa kembali melompat ke depan. Menyerang kedua serigala mutant yang menjadi musuhnya sejak awal. Kali ini, pertempuran berubah

drastis. Dengan cepat kedua serigala itu terdesak hebat. Meskipun jurus yang dilancarkan Alisa masih seperti tarian tadi, namun dengan adanya rencong merah itu,

kekuatan dan kecepatan serangannya meningkat dengan pesat. Dan tentu saja, jauh lebih mematikan. Hmmmmm.... Kupikir jurus Keris Nirwanaku pun akan demikian pula,

jika sedang menggunakan Keris Naga Langit.

Sayangnya, kondisi yang menguntungkan Alisa ini tidak berlangsung lama. Sebab, saat melihat kedua kawannya terdesak hebat, 5 ekor serigala mutant menghambur memasuki arena pertempuran. Tinggal, si Serigala Alpha saja yang masih mengawasi dari luar arena pertempuran yang mulai mencapai keseimbangan lagi.

Hebat betul si gadis ini. 7 ekor serigala mutant menjadi lawannya, tak sejengkal pun ia mundur, apalagi lari dari pertempuran. Calon istri idaman nih.... Eh, kok....????

Yeeeee, kok jadi ngelantur gini ya???

Betul-betul hebat serangan ketujuh serigala mutant itu. Terkoordinir rapi. Serangan dan pertahanannya, dilakukan bergantian. Jika tadi hanya 2 ekor serigala yang bertarung dimana seekor menyerang, dan seekor lagi bertahan. Maka, dengan adanya 7 serigala ini, saat 3 ekor meyerang, 3 ekor lainnya akan bertahan. Sedangkan yang seekor lagi akan berjalan mengelilingi arena sambil mengawasi seluruh area, baik di dalam area yang menjadi wilayah pertarungan maupun di luar wilayah pertarungan. Pokoknya, efektif dan efisien.

Aku betul-betul ragu untuk ikut bertarung. Sebab, menurutku, meskipun terlihat seimbang pada dasarnya Alisa masih di atas angin. Ia masih bisa bertahan, dan sekali-sekali masih dapat menyudutkan salah satu serigala yang menyerngnya. Di samping itu, jika ia memang seorang pemuda terpilih seperti aku, ia tentunya masih memiliki satu lagi kartu As yang belum dikeluarkannya. Dan, nampaknya tak beberapa lama lagi akan dikeluarkannya.

Dan benar saja... Saat berusaha menghindari serangan 3 ekor monster serigala mutant, tubuhnya melayang ke atas. Sebenarnya, ini adalah gerakan berbahaya. Sebab, pertahanannya akan sangat terbatas. Hal ini dibaca oleh serigala-serigala yang sedang silih berganti melakukan serangan. Salah seekor serigala melompat mengejarnya. Namun, Alisa tersenyum.

Tangan kirinya terkepal dengan kedua jemari digenggam. Lalu disorong ke depan untuk menyambut si serigala tersebut.

"KILAT JINGGA" desis Alisa.

Seberkas sinar merah, keluar dari kedua jemari mungilnya. Sinar itu menghantam dengan kecepatan tidak sampai sekejapan mata ke arah kepala si serigala yang sedang melompat itu.

DESSSSS...

Si serigala langsung terjatuh. Terhempas dan diam. Asap hijau segera membungkus tubuh, atau lebih tepatnya lagi, jasad si serigala.

GRROOOOWWWLLLL..... AAAUUUUUUUUU.....

Si Serigala Alpha nampaknya marah, bro. Karena, salah satu kawannya telah berpulang menghadap Yang Kuasa, dengan cara yang (kalau boleh pinjam istilah dari Jawa Timur) njancuki banget. Setelah meraung dengan keras, ia pun melompat dengan garangnya untuk memasuki arena pertempuran. Ealaaaah.... Ternyata, ikutan ngeroyok juga rupanya.

Tidak salah nampaknya, jika si serigala Alpha ini menjadi boss kawanan serigala mutant itu. Serangannya betul-betul ganas. Dikombinasikan dengan tusukan ekor kalajengkingnya mampu membuat Alisa terdesak. Nampaknya, inilah saatnya aku untuk ikut berpartisisapi... Berpartipisasi, berpartipipasi, berparsititapi, ber..... Ahhh, ribet deh.

Baiklah, ini nampaknya waktuku untuk membantu si gadis cantik itu. Ehhmm... Modus nih ye.

"Aku akan membantumu, Neng Alisa....!!!!" teriakku, sambil menerjang maju ke arah kawanan serigala yang sedang dalam posisi mengawasi pertarungan. Maksudku adalah mengacaukan formasi serangan mereka.

"KERIS NIRWANA" bisikku.

Alisa nampak terkejut sesaat. Namun, berhubung sedang melayani begitu gencarnya serangan serigala mutant beserta si boss, ia tidak mempedulikan diriku dan melanjutkan fokusnya terhadap kawanan serigala yang sedang dihadapinya.

Karena tidak menyadari akan adanya bala bantuan, seekor serigala yang sedang mengawasi jalannya pertarungan tidak siap akan adanya serangan dari luar arena. Sementara itu, serigala yang sedang berkeliling dan mengawasi keadaan pun berada pada posisi yang agak jauh. Tak ayal, ujung jariku menembus kepalanya. Dan, tanpa sempat mengeluarkan suara lagi, ia roboh. Tewas.

Terkejut, kedua serigala dan si pengawas, segera menyerangku. Kali ini, formasi serangan mereka berantakan. Koordinasi dengan serigala yang sedang menyerang Alisa dan si boss, terputus. Dan ini tentu saja menguntungkan bagi Alisa. Sekarang, ia hanya harus melawan 2 ekor serigala mutant dan si boss. Sementara di sisi lain, aku berhadapan dengan 3 ekor serigala mutant yang tersisa.

Uhhhh.... Alot juga ya, serigala mutant ini. Monster-monster yang jauh lebih tangguh jika dibandingkan sama monster ayam mutant. Baiklah, untuk mempercepat kemenangan, nampaknya aku harus mengeluarkan Keris Naga Langit.

Sambil menghindari serangan seekor serigala, tanganku mencabut Keris Naga Langit dan dengan kecepatan luar biasa menghunjam perutnya. Seranganku yang menjadi jauh lebih cepat ini, tidak berhasil dihindarinya. Dan, tidak berhenti sampai di situ. Badanku berputar dan menyongsong terjangan seekor serigala lainnya.

SRET.... SRET.... SRET...

Tiga kali tebasan Keris Naga Langit, menyelesaikan pertarunganku dengannya. Ia menyusul temannya. Terjerembab. Dan, hilang dari peredaran.

FIUHHHH....

Tinggal satu lagi yang harus kulawan. Eh, dia kemana ya? Perasaan tadi serigalanya ada 3 ekor. Kok cuman 2? Mana ya? Apa dia melarikan diri? Ah, gak mungkin lah itu....

Mereka kan monster. Tidak kenal namanya rasa takut.

Kutolehkan pandanganku untuk melihat pertempuran Alisa dengan 4 monster serigala mutant itu. 4? Oooh, dia ikut gabung nyerang Alisa ya? Ah, bener-bener monster yang tidak bertanggung jawab deh. Masak, pertempuran kita ditinggal... Piye tho, mas???

Ya udah... Ikutan gabung ah....

"Neng Alisa.... Aku ikutan.....!!!!" teriakku dan langsung menerjang serigala yang berada paling dekat denganku.

SRET.... SRET..... SRET.....

Tiga kali cahaya putih berkelebat. Keris Naga Langit pun kembali memakan korban jiwa.

Akhirnya, berdua dengan Alisa, aku menghadapi ketiga serigala mutant ini. Pertarungan yang semula seimbang, kini menjadi Advantage Point buat kami berdua. Eeeeh, bentar... Bentar... Ini bukan bulutangkis lho ya.... Kali aja, lupa.

Segera saja, cahaya putih dan merah berkelabatan kesana kemari. Dan, dengan cepat pula dua ekor serigala tumbang. Sedangkan si boss? Sepertinya nasibnya tidak lebih beruntung. Setelah harus merelakan ekor kalajengkingnya terputus oleh Keris Naga Langitku, ia pun harus merelakan nyawanya pergi saat kelebatan sinar merah menghunjam kepalanya. The End, ceritanya...

Maksudnya, ceritanya si boss serigala lho ya....

"Terima kasih, ya. Sudah menolongku" terdengar suara lembut gadis itu.

"Sama-sama, Neng...." sahutku.

"Apaan, sih! Nang neng nong, nang neng nong...." sungutnya.

"Maaf, maaf, Neng... Eh, salah. Maaf... Aku gak tahu harus manggil apa..." sahutku lagi.

"Panggil aja Alisa. Kamu siapa?" ia bertanya masih dengan bibir cemberut.

Eh, cewek cakep kalo lagi cemberut gitu, kok berasa ada manis-manisnya gitu...

"Aku, Joko"

"Kamu, pemilik Keris Naga Langit ya? Aku, pemilik Rencong Naga Api"

Buset dah.... Nembak langsung ini cewek...

--- end of Bab VII ---