Chereads / ELIKYA Number Zero : The Unknown Brave Hero / Chapter 8 - Arc 1 - Chapter 7 (Perjalanan kembali kerumah)

Chapter 8 - Arc 1 - Chapter 7 (Perjalanan kembali kerumah)

Tenza melangkahkan kakinya berjalan keluar melewati gerbang depan sekolah, ia berjalan kembali pulang ke rumah barunya, dengan melewati stasiun kereta terdekat dari sekolahnya.

Tenza berjalan, selangkah demi selangkah melewati suasana perkotaan di siang hari yang damai. Tenza berjalan dengan isi kepalanya yang mencoba untuk menelusuri apa saja yang sudah terjadi hari ini. Pertama tama adalah saat dimana dia bertemu dengan Reina tepat ketika dia mencoba untuk membuka gembok pagarnya.

Lalu berangkat ke sekolah bersama di iringi dengan perbincangan ringan. Ketika Telah sampai di sekolah, Tenza tidak tahu bahwa sebenarnya jam pelajaran akan di mulai saat pukul 07.30, sehingga dia harus menunggu 1 jam disana tanpa harus melakukan apa apa.

Tidak terasa 30 menit telah terlewati, hanya tersisa setengah jam lagi Tenza harus menunggu. Tiba tiba seseorang datang, menghancurkan keheningan begitu saja. Seorang laki laki berdarah ingris, bernama Alex. Dia datang kekelasnya dengan mengatakan...

"Bonjour?" Tenza berbisik pelan kepada dirinya sendiri, melihat pemandangan langit biru dengan tangannya terangkat menghalau silauan dari sinar matahari.

Tenza merasa pernah mendengar kata kata itu. Tenza menundukan wajahnya dan memegangi dagunya. 'kalau tidak salah, itu adalah bahasa prancis?' walaupun tebakannya benar, dia tidak tahu bahwa kata yang diucapkan Alex tadi memang berasal dari prancis.

Setelah bertemu dengan Alex kemudian disusul dengan teman teman sekelas lainnya. Tenza mengingat jumlah anggota kelas yang ada dikelasnya, yaitu ada sepuluh anak yang tentunya Tenza sendiri ada didalamnya. Tenza sekali lagi mengingat ngingat nama mereka agar besok ketika bertemu dengan mereka lagi, situasi tidak akan mencanggungkan Tenza.

Yang perempuannya ada Reina, Elena, ning, michiko dan youra. Diantara mereka berlima hanya Reinalah yang paling akrab dengan Tenza.

Dan yang laki laki ada Alex, nicholas, niklas dan...

"Chad..."

Tenza mengingat seorang dengan kulit gelap itu membuatnya menghela nafas, Tenza masih tidak mengerti ada apa dengan chad. Maksudnya apa yang ada dipikirannya mengapa dia bersikap seperti itu kepada semua orang termasuk Tenza.

"Apa itu namanya dendam pribadi?" Pemikiran tersebut darang ke kepala Tenza.

Tenza yang baru mengenalnya menilai Chad sebagai orang yang tidak mudah didekati bukan karena memang sifatnya yang seperti itu tetapi karena ada sesuatu yang membuat Tenza sulit mendekatinya.

Bukan hanya Tenza, tetapi semuanya orang juga seperti itu, Alex, Nick, Niklas, para perempuan dan pak guru leone juga tidak bisa mendekati dirinya. Tenza juga melihat Teman temannya yang lain juga menghiraukan dia. Sepertinya mereka telah mencoba untuk menyapanya dan hanya mendapatkan penolakan darinya.

Lagi pula sudah satu minggu mereka belajar dengan kelas yang sama dengan Chad, dengan waktu yang selonggar itu sudah pasti mereka semua sudah mencoba dan menyerah kepada Chad.

Tenza ingat selama jam istirahat dia tidak terlihat bergabung dengan salah satu seseorang dari kelasnya, dia hanya terdiam dan tertidur dan terbangun kembali ketika beberapa menit sebelum Pak Leone masuk ke dalam kelas.

Tanpa sadar Tenza sudah berada di stasiun kereta. Dibekali dengan pengetahuan yang di dapatnya dari Reina tentang cara mendapatkan tiket dan lain lain, Tenza akhirnnya dapat duduk dengan lega bersama orang orang yang tidak dikenalinya menunggu kereta datang.

terlihat ada beberapa anak anak dari sekolahnya dengan model seragam yang berbeda tetapi dengan warna yang sama. Ada laki laki dan perempuan, mereka semua berpasangan. anak anak itu terlihat lebih muda dari Tenza jika ditanya tentang umur, mungkin anak itu berumur sekitar 10 tahun. yang artinya mereka adalah adik kelasnya.

Tenza mencoba untuk tidak menghiraukan hal itu dan sekali lagi kembali mengingat apa saja yang terjadi hari ini.

Di awal pelajaran dimulai, Chad sudah datang terlambat. Ketika ditanyai alasannya Chad mengatakan kalau kakinya terluka dan diobati dahulu. Tetapi Tenza mengetahui sedikit kebenarannya.

"Dia berbohong."

Tenza tahu dia berbohong. Luka di kaki kiri Chad adalah luka terjatuh di lantai satu itu adalah suatu kebohongan yang dia buat, karena tidak mungkin terjatuh di lantai yang datar dan tidak kasar menyebabkan luka sobekan pada kulitnya seperti itu.

tidak mungkin hanya terjatuh seperti itu membuat cara berjalan Chad menjadi sedikit pincang walaupun saat berlari tidak akan membuat luka semakin parah.

Dan luka yang seperti itu hanya perlu dibersihkan dan diberi obat merah, tidak perlu berlama lama di uks.

Tenza yakin pak Leone mengetahui bahwa Chad sedang berbohong saat itu dan Tenza juga yakin sebenarnya pak Leone mengetahui kalau ada sesuatu yang terjadi dengan Chad tetapi dia hanya diam dan tidak melakukan apa apa.

Apa yang dipikirkan dengan pak leone? kenapa dia hanya diam saja?

Kereta datang dengan sangat cepat dari kejauhan dan berhenti secara perlahan tepat di depan Tenza. Tenza dan yang lainnya berdiri dan melangkahkan kakinya memasuki kereta tersebut.

Tenza mencari tempat duduk yang belum ditempati seseorang dan tidak cukup lama dia menemukan tempat duduk yang masih kosong dan mendudukinya. Dia mendapatkan tempat duduk yang paling ujung dekat dengan jendela. cukup bagus untuk melihat pemandangan kota yang pertama kali Tenza pergi kesana.

Tidak terlalu ramai dan tidak terlihat orang tua atau ibu hamil didalam kereta ini, jadi Tenza tidak perlu memberikan tempat duduknya kepada orang orang prioritas.

Tenza menyandarkan kepalanya ke jendela dan sesekali menghela nafasnya dengan lembut dikarenakan kelelahan yang membuat dia mengantuk, tetapi Tenza menahannya agar dia tidak melewati stasiun berikutnya dan berakhir konyol dengan dibangunkan seorang petugas yang mengatakan kalau ini sudah malam dan ini merupakan pemberentian terakhir.

Tenza sekali lagi mengingat apa yang sudah terjadi hari ini. Tentang kelas yang diberi pagar hingga ke langit lorong.

"Oh iya!!"

Tenza menegakkan kepalanya dari jendela dan mengambil smartphone yang ada di saku celananya. Pergi kehalaman pencarian di internet dan mengetik kata kunci yang sudah diberi tahu Alex.

Menekan yang paling atas, artikel yang sebelumnya pernah Tenza baca tetapi dia lupa dengan isinya. akhirnya Tenza bisa membaca artikel tersebut tanpa perlu terburu buru karena kecepatan kereta yang dia naiki tidak sangat cepat.

TRAGEDI TAHUN 2100 ELIKYA

Sejak selesai dibangunnya pulau baru Elikya pada tahun 2090, banyak orang orang penting dari seluruh belahan dunia berpindah tempat dan tinggal disana. Bulan demi bulan tahun demi tahun sudah berlalu. Pada tahun 2100 Elikya membuka jalan bagi siapa saja yang ingin menempati Elikya tetapi dengan syarat memiliki kemampuan kemampuan yang berpotensi untuk mengubah dunia menjadi lebih baik.

"Uhhh.."

Mata Tenza berdenyut mengingat apa yang kemarin Ova katakan tentang 'mengubah dunia menjadi lebih baik.' Walaupun Tenza masih tidak ingin yang namanya berhadapan dengan beban itu, itu adalah tantangan bagi seorang pemuda yang dengan satu hari hidupnya berubah sangat drastis.

Tenza mengabaikan keluhannya dan kembali membaca.

Sekolah sma Elikya yang pertamalah yang menyediakan fasilitas anak anak khusus dari luar Elikya untuk belajar disana. Bersamaan dengan dibukanya jalan tersebut dari kelas reguler kelas 1-5 terdapat sesuatu yang cukup unik, yaitu seisi kelas adalah anak anak yang berjumlah sepuluh orang dengan satu wali. artikel ini hanyalah sesuatu yang saya cari tahu dari orang orang yang terlibat, saya pernah mendengar bahwa sang wali mengatakan kepada pihak sekolah yaitu kepala sekolah, guru dan para staf untuk tidak ada yang diperbolehkan berkomunikasi dengan cara apapun kesepuluh anak tersebut atau hal yang tidak diinginkan terjadi.

Tidak diketahui hal yang tidak diinginkan terjadi yang dimaksud kan oleh sang wali, membuat pihak sekolah tidak mengacuhkan apa yang dikatakan sang wali. Sekali lagi saya beritahu kepada pembaca artikel ini saya buat dari cerita orang orang yang terlibat sehingga saya tidak tahu kebenarannya. Dan keesokan harinya 53 murid dan 5 guru tidak diketahui keberadaannya dan menghilang tanpa jejak hingga sekarang orang orang yang menghilang tersebut tidak pernah ditemukan.

"Menghilang?!"

Tenza terkejut dengan tetap menahan suaranya supaya tidak mengganggu orang orang yang ada di kereta ini. Ada 53 murid dan 5 guru menghilang dan tidak diketahui kabarnya hingga sekarang? totalnya ada 58 orang itu adalah jumlah yang terlalu banyak.

Tentunya pihak sekolah dan para kerabat kerabat korban melaporkan kasus tersebut. Polisi menyelidiki rumah sang wali dari kesepuluh anak dan tidak menemukan hal hal yang mencurigakan dan keesokan harinya polisi polisi yang menyelidiki kasus tersebut ditemukan mmenghilang tanpa jejak sama seperti ke 58 orang tersebut. Sebelum insiden kedua terjadi sang wali mengatakan untuk membuat pagar yang membatasi kesepuluh murid itu berkomunikasi dengan cara apapun dan polisi untuk berhenti menyelidiki rumah kami ketika kami sedang ada dirumah. Semenjak itu sudah tidak terjadi insiden insiden yang memakan banyak nyawa tersebut dan dari pihak polisi mengungumkan dengan terpaksa menganggap kasus tersebut sebagai kasus yang tidak bisa dipecahkan dikarenakan minimnya petunjuk yang ditemukan pada kasus tersebut dan dari pihak korban banyak yang kecewa dengan pihak kepolisian sehingga dilakukanlah sebuah unjuk rasa atas kekecewaan tersebut.

Sehingga pihak kepolisian kembali membuka kasus tersebut hingga sekarang. Untuk kasus orang orang yang menghilang adalah asli, para pembaca bisa mencari beritanya dari link yang saya bagikan dibawah.

Kereta berhenti di stasiun dekat dengan rumah Tenza, beberapa orang berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar kereta karena tujuannya sudah sampai. Tenza juga ikut berdiri dari tempat duduknya, berjalan ke arah pintu keluar sebelum pintu kereta tertutup kembali.

Kemudian Tenza kembali membaca artikel tersebut.

Salah satu petunjuk yang telah ditemukan polisi yaitu tersangka penculikan, yaitu kesepuluh anak memiliki tato dibagian lehernya yaitu sebuah angka dari 1 sampai dengan 10 dan untuk wali memiliki tato dengan angka 1. saya pernah mendengar kalau mereka adalah penganut sebuah kepercayaan sadisme atau semacamnya, tetapi menurut saya pribadi hal itu bukanlah hal yang sebenarnya terjadi.

Saat ini Tenza berada di luar stasiun kereta dan rumahnya tidaklah jauh dari tempatnya saat ini. Tenza mematikan smartphonenya dan menaruhnya kembali ke saku celananya supaya dia lebih fokus dengan jalan yang sedang dia lewati.

Tenza sekali lagi menghela nafas dikarenakan kelelahan dengan lembut. Hari ini Tenza sangat lelah dan cukup mengantuk, sebenarnya yang namanya jet lag masih sangat terasa untuk anak yang bernama Tenza ini.

Dan akhirnya dia sadar. Tenza bertanya tanya apakah sekarang ditempat tinggalnya dulu sudah gelap atau masih terang. Karena disini masih sekitar pukul 12.30

Tenza sudah berada dikomplek perumahannya. Cat putih pagar hitam serta pohon ceri yang masih cukup kecil menghiasi taman depan setiap rumah. Tenza berjalan ke arah rumahnya yang sudah tidak jauh dari sini.

Sesampainya dirumah dia mengambil kunci di salah satu sakunya untuk membuka gembok pagar hitam miliknya. Masih mencari cari dan mencoba satu per satu kumpulan kunci tersebut, Tenza lupa yang mana kunci yang cocok dengan pagar hitam ini.

'Klek..'

"ah akhirnya ketemu juga."

Tenza akhirnya menemukan yang mana kunci pagarnya, membuka pagar tersebut menutupnya kembali tanpa menggemboknya kembali.

Berjalan melewati taman kecil didepan rumahnya menuju pintu depan rumah. Mencari kunci pintu depan dengan cepat karena untuk kunci depanlah yang hanya Tenza ingat.

Membuka pintu putih dan masuk dengan tubuh yang kelelahan. Tenza mengangkat satu kakinya melepas sepatu hitam dan kaos kakinya dan melakukan hal yang sama terhadap kakinya yang satu lagi. Menaruhnya di rak sepatu yang ada di samping kirinya dan berjalan melewati ruang tamu dan ruang keluarga ke arah tangga menuju ruangan di lantai dua yaitu kamar tidurnya.

Berjalan menelusuri lorong, melewati pintu yang tidak Tenza tutup menuju tempat tidur yang empuk. Tanpa mengganti pakaiannya Tenza berbaring disana dengan lelah. Terasa sesuatu seperti melayang di atas Tenza walaupun itu hanya imajinasinya, itu adalah rasa lelahnya.

"Ahh~~~Empuknyaaa~~" Tenza mengelus ranjangnya dengan kepalanya, menikmati setiap kelembutan dan keempukan dari ranjangnya.

Mengatakan apa yang dirasakannya terhadap tempat tidurnya membuat Tenza mengingat ada hal yang harus dia lakukan.

Tenza bangun dari tempat tidurnya mengambil smartphone yang ada di saku celananya. Kemudian tangannya menggapai lemari kecil yang ada disampingnya dan membuka salah satu rak. Mengambil sesuatu yang berbidang persegi panjang tipis, yaitu sebuah kartu yang Ova berikan, yaitu kartu pengenal milik Ova.

Menyalin nomor yang ada di kartu tersebut ke smartphone miliknya dan menghubungi pemilik nomor tersebut.

'Tuuuuuutt...Tuuuuuutt..clk'

"Halo ada yang bisa saya bantu?"

"Halo ini aku Tenza apa kabar Ova?"