Chereads / Perjalanan Cinta KIRA / Chapter 31 - Foto

Chapter 31 - Foto

Farid membuat sibuk Kira di depan. Farid juga bisa menguasai kelas. Cara penyampaian materi yang mudah diterima mahasiswa, termasuk gayanya yang santai dan bisa membuat perumpamaan yang mudah diterima mahasiswa, membuat kuliah ini begitu menyenangkan. Kehadiran Kira di depan membantu Farid, membuat semuanya sempurna. Kira paham betul semua materi, bahkan dapat menjelaskan dengan cukup jelas, menimpali Farid. Kolaborasi yang baik. Sehingga semua peserta kuliah, maksudnya teman-teman Kira yang mengikuti kuliah sangat senang dan mendapatkan hasil maksimal dari kuliah hari ini.

"Farid.. Kamu benar-benar kurang ajar! Membuatku seperti patung tak berguna!" kak Desi sudah sangat marah.

"Dia cukup pintar.. Bagaimana Dia belajar? Padahal Aku sering menyusahkannya dirumah?" Ryan hampir tak percaya dengan yang dilihatnya. Dia tak suka melihat Kira bersama orang di depan sana. Tapi tak bisa dipungkiri, Kira sangat pintar. Dan Kira adalah wanita pertama didekatnya yang sangat pintar. Ryan merasa kagum dengan sisi lain Kira di kampus.

"Baik, kuliah hari ini sudah selesai, terima kasih atas kehadirannya. Silahkan untuk yang ingin meninggalkan ruangan" Farid membubarkan kelas, dan Kira kembali ke atas.

"Kira!"

Kira menengok ke arah Farid yang memanggilnya.

"Selesaikan praktikummu yang tertinggal kemarin, hari ini! Saya tunggu di lab selesai kelas." Farid tersenyum dan keluar ruangan. Menyisakan Kak Desi di depan yang sibuk merapihkan perlengkapan kuliah hari ini.

"Apaa? Dia sudah mengundang Kira lagi? Bahkan Dia meninggalkanku merapihkan semua ini sendirian! Awas Kau, Farid!" Desi sudah ingin menampar Kira, tapi niat itu tentu saja diurungkan olehnya karena tahu siapa yang duduk dibelakang dan tak pernah lepas pandangannya dari Kira.

"Hufff... Semoga Ryan mengizinkan Aku untuk menyelesaikan praktikum." Kira hanya bisa berharap, sambil berbalik ke atas.

"Maafkan Aku, membuatmu bosan menunggu." Kira memegang tangan Ryan dan menggandeng Ryan berdiri.

"Mau kemana lagi Kita?" Tanya Ryan pada Kira yang menggandeng tangannya menuruni tangga.

Kira berbalik. "Praktikum.. Boleh ya?" Kira menatap Ryan..

"Ada timbal balik yang nanti Aku dapatkan dirumah?" Tanya Ryan sambil memegang dagu Kira yang tertutup cadar.

"Iya. Tentu saja, apapun yang Kau mau." Jawab Kira pasrah.

"Hmm.. Baiklah. Tapi Aku ga mau menunggu diluar ruang praktikum!" Ryan merangkul Kira. Kira tak menjawab Ryan. Hari ini sangat melelahkan, bahkan Kira menjadi dosen dua kali hari ini. Kira memilih menempelkan kepalanya didada Ryan yang sedang merangkulnya.

"Maafkan Aku, hari ini sangat melelahkan. Izinkan Aku bersandar sebentar." Kira meminta izin pada Ryan.

"Bersandarlah." Seutas senyum timbul dibibir Ryan melihat Kira yang menempel padanya. Rasa yang berbeda, bukan rasa yang merendahkan seperti rasa yang selalu dimiliki Ryan pada wanita yang menempel padanya. Rasa ini.. Lebih natural. Rasa dibutuhkan dan dihargai. Rasa dirinya semakin berharga menjadi tempat bersandar wanitanya.

"Shakira Chairunisa... Bagaimana Kau bisa membuatku merasakan perasaan ini? Kau, gadis kecil, yang hanya ingin Aku singkirkan setelah dendamku terbalas, kini justru membuatku tak ingin berpisah darimu" Ryan tak habis pikir dengan hatinya yang kini terjebak dengan permainannya sendiri.

"Huff.. Ada apa dengan diriku? Kenapa Aku menyandarkan kepalaku di dadanya seperti ini? Tapi.. Aku sungguh lelah dengan hari ini. Rasanya nyaman dalam pelukannya seperti ini.. Kau jahat Ryan.. Apa rencanamu lagi dengan berbuat baik kepadaku?" Kira tak ingin jatuh dalam cinta yang makin jauh pada Ryan. Tapi, permainannya hari ini yang sering kontak fisik dengan Ryan, membuatnya semakin terjebak dalam kenyamanan bersama Ryan.

"Apa tidak ada lift?" Ryan dan Kira harus naik ke lantai tiga ke ruang praktikum dengan tangga.

"Ada, tapi hanya untuk dosen. Mahasiswa lewat tangga." Kira menjelaskan. "Kau lelah?" Menatap ke Ryan.

Ryan menggeleng dan tertawa.

"Aku sangat rajin melatih tubuhku. Apa Kau tak lihat otot-otot tubuhku saat Aku tanpa pakaian?"

"Kau.. Kenapa bahas itu disini?" Wajah Kira sebenarnya sudah bersemu merah dengan candaan Ryan. Kira memilih mengalihkan pandangan melihat lurus ke depan.

"Aku bertanya karena kasihan padamu, harus berjalan melewati tangga sebanyak ini." Ryan menempelkan kepala Kira ke bahunya lagi dengan tangannya.

"Apa? Dia mengasihaniku yang melewati tangga? Kenapa Dia tak mengasihaniku yang sering dicambuk olehnya?" Kira bergumam dalam hatinya dan tersenyum sinis di dalam cadarnya.

"Kau lucu.. Hahaaha..." Hanya itu jawaban Kira didepan Ryan.

Lantai 3

"Kita ke loker dulu, Aku harus pakai baju lab." Kira menarik Ryan ke lokernya. Membuka kunci, dan mengambil baju labnya.

"Tunggu!" Kira yang ingin menutup loker dicegah oleh Ryan.

Kira menatap Ryan

"Kenapa Kau pasang foto itu?" Ryan terlihat tak suka dengan apa yang dilihatnya.

"Ehm.. Dia ayah dan ibuku." Jawab Kira sambil menunduk.

"Lelaki itu pembunuh orangtuaku!" Suara Ryan sudah tidak menyenangkan ditelinga Kira.

Kira menarik napas. Mengambil foto ayahnya, lalu merobek, menyisakan foto ibunya saja, kemudian menempelkan lagi di pintu lokernya, merobek foto ayahnya menjadi kepingan kecil, dan berbalik, membuangnya ke tempat sampah.

"Apa itu cukup bagimu?" Kira menatap Ryan. Matanya merah karena air matanya akan tumpah setelah merobek dan membuang foto ayahnya.

"Apa itu terlalu menyakitkan, baginya? Tapi, Aku tak menyuruh merobek foto ayahnya juga, Aku hanya tak suka foto itu disana, sedangkan Dia tak menaruh fotoku disana" Ryan merasa bersalah.

"Kemarilah." Ryan menarik Kira ke dalam pelukannya. "Kau menangis?" Tanya Ryan yang merasa tubuh Kira bergetar.

Kira tak menjawab hanya membenamkan dirinya dalam pelukan Ryan.

"Dia tak menjawabku.. Apa Dia marah padaku? Apa Dia merindukan ayahnya?" Hati Ryan kini terasa sakit melihat Kira menangis. Perasaan yang beberapa kali muncul akhir-akhir ini ketika melihat Kira menangis.

"Maafkan Aku, menyinggungmu. Aku tak akan memasang foto ayahku lagi." Kira melepaskan pelukan Ryan dan mau menutup lokernya.

"Ada apa lagi?" Tanya Kira yang melihat Ryan mencegah menutup lokernya.

"Fotoku!" Ryan mengetuk-ngetuk pintu loker bagian dalam, dengan jarinya.

"Kau ingin Aku memasang fotomu disini?" Tanya Kira sebagai konfirmasi.

Ryan mengangguk.

"Aku ga punya fotomu.." Jawab Kira jujur.

"Andi!"

"Baik Tuan Muda, Saya akan berikan foto Anda yang paling tampan untuk dipasang disana oleh Nyonya Muda."

"Haaah.. Apa-apaan Dia sekarang? Ingin Aku memasang fotonya di zona pribadiku di kampus? Hufff... Tak ada lagi kebebasan bagiku! Aku benar-benar menjadi budaknya!" Kira semakin geram, untungnya Ryan ga melihat ekspresi wajahnya.

"Apa memang begini orang jatuh cinta? Jadi bodoh?" Asisten Andi kehabisan akal melihat tingkah Tuannya.

"Hanya fotoku yang harus Kau lihat tiap hari, dan akan Aku pastikan itu!" Ryan sudah memiliki ambisi baru pada Kira.

Ryan akhirnya melepaskan pintu loker untuk ditutup Kira, dan mereka menuju ruang praktikum

TOK TOK TOK