Seketika angin yang tak wajar berhembus, membuat mereka bertiga bergidik. Tak ada dalam bayangan mereka salah satu akan menghadapi kematian sebelumnya apalagi keduanya sekaligus. Memang kemampuan Kiss Note tak bisa diragukan atau dianggap enteng, terlebih Kiss Note memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya. Termasuk menyabotasi operasi pimpinan Mino agar terlihat seperti takdir dan alami.
Keberuntungan yang diberikannya memang nyata tapi kesialan yang mengikuti tak kalah nyata.
Presdir Choi terus berusaha mengingat apa yang kira-kira terlewatkan oleh Youngbae dan Jiyong atau bahkan oleh dirinya saat Kiss Note masih dipegang oleh mereka. Namun, hanya helaan napas yang terdengar darinya. Ia tak bisa mengingat apa yang mungkin terlewat agar mereka bisa memperbaiki keadaan. Setidaknya sebagai jaminan kedua presdir yang ada di dalam ruang operasi selamat malam ini.
Sementara para anak, berpikir bagaimana jika mereka benar-benar kehilangan keduanya. Siapa yang lebih membutuhkan mereka? Mino atau Taehyun?
Dalam hati Taehyun terus mengucapkan kata 'tidak, kumohon' berulang kali bak mantera sihir yang bisa merubah keadaan. Menatap ke arah pintu ruang operasi, hingga ia melihat pintu otomatis itu bergeser. Seorang perawat keluar dari ruangan itu dan terlihat buru-buru melewati mereka.
"Bukan, kita harus benar-benar hati-hati. Tolong kirimkan saja darahnya. Iya, kami baru saja mengeluarkan ginjal pasien satu. Bagaimana dokter Kim? dokter Dong butuh bantuan dokter Kim untuk membantunya. Awalnya ia tak ingin menggunakan asisten tapi ia agak kerepotan." Ucap perawat yang melewati keluarga pasien yang disebut olehnya.
Mendengar celetukan perawat itu, Jinwoo kembali mondar-mandir. Taehyun terlihat lebih tertekan dari sebelumnya, presdir Choi menunduk dan yang lain mengusap keringat yang membasahi telapak tangan mereka. Tidak ada yang menyangka operasi yang mereka prediksi akan berlangsung paling lama tiga jam, malah sudah berlangsung dua kali lipat dari prediksi mereka.
"Dokter yang dipanggil Mino sudah masuk dua jam yang lalu tapi tidak ada tanda-tanda mereka akan segera menyelesaikan operasinya." Keluh Taehyun yang semakin gelisah.
"Kenapa kau tidak memberitahuku, hyung? Jika kau memberitahuku lebih awal, aku tidak akan membiarkan mereka ditangani olehnya. Masih bisa kuatasi jika ayahku yang meninggal, tapi apa yang harus kulakukan jika ayahnya meninggal karena menyelamatkan ayahku? Kau pikir aku masih bisa hidup nyaman dengan keadaan seperti itu?" geram Taehyun yang tiba-tiba berdiri mengcengkeram kerah baju Jinwoo dan mendorongnya ke dinding.
"Taehyun-ah, tenanglah." Seungyoon mencoba melerai Taehyun dan Jinwoo tapi Seungyoon bukanlah tandingan Taehyun yang sedang marah.
"Kwon Taehyun!" bentak Seungyoon bersamaan dengan pintu ruang operasi yang bergeser terbuka.
Mino keluar dari pintu ruang operasi dan langsung menemukan Taehyun tengah memojokkan Jinwoo dengan Seungyoon yang mencoba melerai mereka, "Apa yang sedang kau lakukan, Taehyun? Kenapa kau mencekiknya?"
Mendengar suara dokter yang sejak enam jam terakhir membuatnya gelisah, Taehyun berjalan dengan cepat ke arahnya dan tanpa mengucapkan sepatah katapun, pria itu melayangkan pukulan ke wajah Mino hingga dokter itu terjatuh ke belakang.
"Aahhkk." Rintihan Mino yang terjatuh karena memang tubuhnya sedang kelelahan. Taehyun tidak tinggal diam, dia menindih tubuh Mino sambil mencengkeram baju berwarna biru yang selalu difungsikan untuk melakukan operasi.
"Apa yang kau pikirkan masuk ke ruang operasi dengan resiko sebesar itu, hah?" geram Taehyun. Mino hanya menatap Taehyun tanpa memberikan jawaban.
"Taehyun, hentikan!" Seungyoon kembali mencoba memisahkan kedua sahabatnya.
"KAU PIKIR AKU MASIH BISA HIDUP JIKA AYAHMU MATI DI SANA? AIISSH!" teriak Taehyun yang tidak mempedulikan keberadaan Seungyoon.
"Operasinya berhasil, Taehyun. Ayahmu, ayahku, ayah kita selamat. Mereka baik-baik saja." Mino akhirnya bersuara. Mendengar ucapan Mino, Taehyun melepaskan cengkeramnya, lalu berdiri tertegun dengan penuh rasa syukur atas kabar yang dibawa Mino.
"Ada tumor jinak yang bersembunyi di bagian ginjal sebelah kiri milih ayahku. Karena alasan itulah aku memanggil dokter spesialis lain untuk menangani ayahmu. Aku harus mengangkat tumor itu dari tubuh ayahku sebelum tumornya menjadi aktif dan ganas. Kami memakan waktu hingga enam jam karena memang harus dilakukan dengan hati-hati dan harus teliti. Jika kau tidak sabaran, harusnya kau saja yang mengoperasi mereka. Aku sudah berdiri selama enam jam, setidaknya biarkan aku merebahkan tubuhku sebentar tapi bukan dengan dipukul, Kwon Taehyun." Oceh Mino dengan raut kesal menatap Taehyun yang balik menatapnya.
"Bantu aku berdiri." Mino mengulurkan tangannya dan disambut Taehyun sambil tersenyum.
Ya ampun, pikir Tehyun.
-TAPP-
Taehyun membantu Mino berdiri lalu saat Mino sudah berdiri, ia menarik Mino untuk dipeluk, "Kau hampir membuatku gila, Dong Mino." Ada kelegaan dari nada bicara Taehyun kepada Mino.
"Haha, kau tidak tahu aku? Aku Dong Mino. Satu dari 44 dokter jenius sedunia, apa yang harus kau khawatirkan jika aku sudah turun tangan? Aku pasti. biiiisa menyelesaikan semuanya." Sombong Mino yang menghasilkan senyuman dari para sahabatnya.
"Ya, kau harus menjadi dokter pribadiku, Mino." Seru presdir Lee tiba-tiba.
"Ayah!" protes Jinwoo.
"Dia hanya bisa mengobati akal sehatku tapi semua organ tubuhku juga harus dijaga, karena itulah kau harusnya menjadi dokter pribadiku. Bagaimana?" tawar presdir Lee dengan senyuman khas miliknya.
"Akan kupertimbangkan, presdir Lee." Jawab Mino sambil membalas senyum presdir Lee.
Presdir Choi menghampiri Mino, "Kerja bagus. Kau melakukannya dengan baik." Puji presdir Choi. Mino mengangguk tanda berterimakasih atas pujian presdir Choi.
"Istirahatlah." Presdir Kang menepuk bahu Mino.
Seunghoon dan Jinwoo mengacungkan ibu jari mereka, Taehyun berjalan menyusul Mino untuk mengantarnya ke apartemen.
"Tunggu!" tiba-tiba presdir Lee menghentikan langkah yang lain.
"Jinwoo, bukankah kau bilang hari ini Seunghi keluar dari rumah sakit?" tanya presdir Lee pada putranya.
"Hmm." Jawab Jinwoo singkat.
"Lalu dimana dia sekarang?" tanya presdir Lee lagi,
"Sedang di rumah bersama ibu." Timpal Seunghoon.
"Apa?" presdir Lee terkejut membuat yang lain bingung tidak tahu apa maksud presdir Lee.
"Ada sekretaris Cha di sana?" lanjutnya memanggil sekretaris Cha –sekretaris grup Lee yang berada di luar ruang tunggu VIP.
Seorang pria usia 40-an masuk memberi salam dan menunggu perintah, "Ambil berkas yang ada di atas meja kerjaku di rumah lalu jemput Kang Seunghi dan bawa dia ke New Zealand. Berikan berkas pertama kepada pihak universitas, katakan untuk memenuhi semua berkas yang diperlukan seorang mahasiswa yang lulus di sana. Semua dengan nilai yang baik. Lalu pergilah ke sebuah rumah mode milik keluarga Yoon, berikan berkas kedua dan katakan untuk membuat rekam pekerjaan Seunghi. Lakukan dalam dua hari setelah itu bawa kembali Seunghi pulang. Yang aku tahu, Seunghi memiliki riwayat tinggal, kuliah dan bekerja di sana. Kau mengerti kan, sekretaris Cha?" perintah presdir Lee kepada orang kepercayaannya.
"Ah satu lagi, lakukan semua serapi mungkin. Tidak ada media atau paparazzi." Sambung presdir Lee.
Sekretaris Cha pamit pergi setelah menerima perintah dari presdir Lee. Jinwoo tercengang melihat presdir Lee dengan detil mempersiapkan semua untuk Seunghi. Tidak, bukan hanya Jinwoo, Seungyoon dan Seunghoon yang tercengang, presdir Choi pun dibuat terkejut melihat langkah presdir Lee dalam menangani kasus Seunghi di saat semua orang berfokus pada kondisi presdir Kwon dan presdir Dong.
"Kenapa? Apa kalian pikir aku tidak bisa sekeren Seunghyun hyung? terutama kau Jinwoo, aku tahu kau sering meremehkanku. Aku ini Lee Seungri, bertindak detil saat yang lain lupa adalah keahlianku." Ucapnya bangga.
Seungyoon dan Seunghoon tertawa kecil melihat gaya bicara yang sombong dari presdir Lee sementara Jinwoo menahan malu. Presdir Choi? ia hanya tersenyum, bukan kali ini ia melihat presdir Lee bergaya seperti itu.
* * *
Beberapa hari kemudian.
"Seunghoon, jemputlah Seunghi di bandara saat ia tiba. Seungyoon, sebagai seorang public figure kau pasti punya kenalan wartawan. Sebarlah berita tentang kedatangan Seunghi diantara wartawan. Kalian ahli melakukan akting, jadi bersikaplah senatural mungkin. Kalian mengerti?"
Presdir Lee memberikan intruksi kepada Seunghoon dan Seungyoon pagi-pagi sekali untuk memastikan sandiwara yang ia buat terlihat sangat nyata.
Seunghoon keluar dari jalur VIP bersama Seunghi dengan koper yang didorong oleh pengawal keluarga Kang. Seunghi memegang bouqet bunga yang sengaja dibawakan Seunghoon untuk menyambut kepulangannya.
Di depan, deretan wartawan sudah berjajar menunggu Seunghoon tiba untuk melakukan wawancara. Seunghi sebenarnya tak begitu nyaman, karena itu Seunghoon memakaikannya kacamata hitam untuk mengurangi ketidaknyamannya. Kedua kakak-beradik itu tiba di depan belasan wartawan, siap melakukan wawancara.
"Direktur Kang, apakah dengan kepulangan nona muda Kang Seunghi. Kang group akan melakukan pelebaran sayap ke dunia fashion?" seorang wartawan tanpa basa-basi langsung menanyakan tentang bisnis keluarga mereka.
"Aku belum tahu, Seunghi baru tiba di Korea setelah lima tahun menyibukkan diri di New Zealand. Aku rasa adik kecilku ini akan menikmati kimchi jjigae, kimchi fried rice, samgyupsal ibuku dulu baru memikirkan tentang hal itu." jawab Seunghoon bijak dengan senyuman bahagianya.
"Berita kepulangan nona muda Kang memberikan efek yang positif terhadap harga saham grup Kang, apa langkah anda selanjutnya melihat sikap positif pasar tentang ini?" wartawan lain bertanya pada Seunghoon.
Seunghoon menatap kamera dan membungkuk lalu berdiri tegak lagi, "terima kasih atas sikap positif pasar, semoga Kang group bisa membawa perubahan yang lebih baik sehingga tidak mengecewakan pemegang saham yang sudah percaya kepada kami."
"Terimakasih semuanya. Kami akan melakukan wawancara tentang langkah selanjutnya nanti, silakan antisipasi ini." Seunghoon membungkuk bersama Seunghii untuk menutup sesi wawancara, lalu berjalan menuju mobil yang sudah menunggu kedatangan mereka.
Dari jauh, teman-temannya melihat bagaimana Seunghoon menangani wawancara ini dengan sangat profesional. Acungan jempol diberikan dengan mudah oleh teman-temannya yang kemudian pergi seperti tak terjadi apa-apa. Berpencar untuk masuk ke mobil masing-masing.
"Oppa, terimakasih dan maaf karena sudah menyusahkanmu." Bisik Seunghi.
"Bodoh. Aku ini oppa-mu, tidak ada adik yang menyusahkan oppanya apalagi untuk hal seperti ini." Seunghoon mengacak rambut Seunghi lembut.
"Mulai hari ini, aku akan menjalani kehidupanku dengan lebih baik. Demi dirimu, Seunghoon oppa." janji Seunghi.
"Aku tahu. Ayo masuk ke mobil." Seunghoon membuka pintu mobil dan mempersilakan Seunghi masuk lebih dulu.
* * *
Takdir yang buruk memang tidak bisa diperbaiki, tapi kita bisa mengubahnya dengan berusaha menjadi yang lebih baik kan? Satu-satunya takdir burukku adalah tidak mempercayai orang yang menggenggam tanganku sekarang. Aku bersumpah, mulai saat ini aku tidak akan membuatnya menangis dalam diam lagi.
– Kang Seunghi –
* * *
"Kenapa kalian berbondong-bondong datang ke sini? Aku sudah baik-baik saja." protes presdir Kwon melihat keempat sahabatnya berada di teras samping rumahnya.
"Kami tidak ke sini untuk menjengukmu saja, kami datang karena ingin minum wine bersamamu." bantah presdir Lee sambil mengeluarkan sebotol wine dari tas kotak yang dibawanya tadi.
"Haha, kau tidak akan meminumnya karena aku tidak bisa ikut minum." Balas presdir Kwon.
"Justru itu bagian yang paling menyenangkan, hyung. Aku bisa menggodamu dengan wine yang kami minum nanti." Ledek presdir Lee tak mau kalah.
"Kau baik-baik saja?" tanya presdir Dong kemudian.
Presdir Kwon menatap remeh ke presdir Dong, "aku yang seharusnya bertanya lebih dulu, yang punya ginjal satu kan kau, Youngbae." Presdir Dong hanya tersenyum mendengar protes dari presdir Kwon.
"Kenapa kau melakukan itu?" tanya presdir Kwon tiba-tiba.
"Entahlah. Begitu tahu ginjal kita cocok, aku ingin melakukannya." jawab presdir Dong santai. Presdir Kwon pun tertawa kecil tak percaya seorang Dong Youngbae bisa berkata non-sense seperti itu.
"Aku hanya ingin menunjukkannya padamu," sahut presdir Dong yang mengambil spot karena berhasil membuat semua sahabatnya menoleh ke arahnya.
"Daesung lebih memilih menyiksa anaknya demi melindungi kita. Kau memilih bungkam agar kami tidak khawatir. Lalu aku memilih ini sebagai caraku bersahabat dengan kalian. Memberikan apa yang dibutuhkan sahabat ketika aku mempunyainya, bukan memberikan apa yang kalian inginkan." Jelas presdir Dong yang membuat teman-teman hidupnya tersenyum bangga dan merasakan sesuatu yang lama tak mereka rasakan.
"Haaa. Aku benci ketika kau terlihat lebih keren dariku." keluh presdir Kwon kepada presdir Dong yang tersenyum.
"Dimana anak-anak?" tanya presdir Choi kemudian. Ia selalu mengkhawatirkan anak bungsunya itu.
"Aku rasa mereka sudah tiba di New York sekarang. Begitu tahu keadaan Jiyong dan Youngbae semakin membaik, mereka memutuskan untuk mengambil libur." Jelas presdir Kang.
"Kiss Note bersama mereka?" tanya presdir Choi kembali.
"Sepertinya begitu." jawab presdir Lee.
Senyum mereka seketika sirna setelah tahu Kiss Note dimana.
* * *
New York.
Taehyun, Mino, Seunghoon, Jinwoo dan Seungyoon sengaja mengajak Seunghi dan Eunsoo dalam liburan mereka kali ini, meski awalnya Mino tidak mengizinkan Eunsoo untuk ikut karena kondisi kandungannya yang lemah dan usianya yang muda, tapi Taehyun mengucapkan sesuatu yang akhirnya membuat Mino menyetujui ide Taehyun.
"Tidak akan terjadi sesuatu yang buruk padanya. Pertama karena ada aku, kedua karena dokter pribadinya ikut juga."Ucap Taehun beberapa hari yang lalu pada Mino.
Mino bingung karena setau dirinya, tak ada dokter yang ikut selain dirinya.
"Siapa?" tanya Mino polos.
"Kau!" jawab Taehyun enteng.
"Haha.Aaiissh." Kesal Mino.
* * *
"Kenapa kalian lama sekali? Kami sudah hampir mati karena menunggu untuk makan siang." Protes Mino.
"Apa saja yang kalian beli?" tanya Jinwoo sambil melindungi kepalanya dari terik matahari menggunakan Kiss Note. Seunghi dan Eunsoo langsung menunjukkan barang belanjaan mereka di atas meja dan berhasil membuat para pria yang ada di sana menggeleng ngeri.
"Kenapa tidak sekalian saja beli tokonya?" celetuk Seunghoon yang membuat kedua wanita muda itu tertawa kecil.
"Berikan padaku! Aku akan menyimpannya. Haeehh, harusnya kau membawa supir untuk membawa semua barang ini. Sudah kubilang jangan terlalu lelah, kan?" omel Taehyun melihat barang yang dibawa Eunsoo banyak.
"Eh? Kau siapa? Apa kau benar, Kwon Taehyun?" ledek Mino.
"Entahlah, hahaha. Aku sama terkejutnya denganmu." Sahut Seungyoon.
"Diam kalian!" bentak Taehyun yang justru membuat teman-temannya tertawa.
Mereka terlihat lebih menikmati liburan kali ini, menjauh dari kepenatan yang berasal dari kekhawatiran para ayah mereka yang berlebihan. Satu minggu jauh dari para ayah, hidup mereka terasa lebih baik, tidak ada hal buruk atau mencekam yang terjadi seperti yang selalu dikhawatirkan para ayah itu. Biar terlihat santai, mereka tak selengah yang dikira. Masing-masing dari mereka mengingat pesan yang diberikan presdir Choi sebelum mereka pergi.
Taehyun menikmati waktunya berdua dengan Eunsoo. Tak pernah menyangka ia akan sangat menikmati berkencan dengan satu wanita saja seperti saat ini, ia berkencan dengan Eunsoo. Ketidakbiasaan ini masih sering membuatnya tersenyum jika sedang mengingat-ingat masa lalu.
Aku bahagia dengannya, pikir Taehyun.
Seunghi mengajak Seunghoon berkencan ke Universal Studio, tentu saja kencan antara kakak dan adik. Apalagi lima tahun terakhir mereka tidak pernah menghabiskan waktu berdua seperti saat ini. Ini juga merupakan hadiah yang harus dibayar Seunghoon karena Seunghi berani melakukan press conference terkait kepulangannya dari Sidney. Bukan hanya sekedar ke Universal Studio, Seunghoon bahkan menjanjikan untuk naik wahana paling mengerikan di Universal Studio. Roller Coaster.
"No body is perfect. Bahkan dewa ambisi seperti Kang Seunghoon pun memiliki ketakutan pada roller coaster." Sahut Taehyun.
Seunghoon tak bisa menjawab atau menyangkal jika berhubungan dengan wahana itu. Dia akan segera bergidik ngeri mendengar namanya saja, tapi karena ini sebuah janji, tidak bisa untuk diingkarinya. Seunghi tertawa puas karena hal ini.
Pertama. Saat baru akan naik, Seunghi sampai harus menariknya dengan kuat karena Seunghoon terus menggelengkan kepala.
Kedua. Saat wahana berlangsung, Seunghoon tak berhenti memanggil 'ibu' dalam bahasa korea.
Yang terakhir. Saat turun dari wahana, wajahnya membiru seperti orang yang terkena serangan jantung.
Menyebalkan memang bagi seseorang yang memiliki ketakutan pada wahana yang menyeramkan seperti itu, tapi asal bisa melihat tawa lepas dari Seunghi maka ia tak masalah jika harus dikerjai adiknya.
Seungyoon dan Jinwoo pergi keluar mencari restoran yang belum mereka kunjungi tapi memiliki makanan yang enak. Kedua orang ini memiliki chemistry yang sangat baik bila berhubungan dengan makanan. Mereka takkan segan memuji dengan menggunakan bahasa inggris jika memang makanannya terasa lezat, dan sepakat mengoceh dalam bahasa korea jika makanan yang dipesan tidak sesuai ekspektasi mereka untuk menghindari konflik dengan juru masak restoran yang mereka mampiri.
Bagaimana dengan Mino?
"Hyung, Mino berada di hotel terus dan terus. Menurutmu apa yang dilakukannya di sana?" tanya Seungyoon sambil melihat setiap baris nama menu yang tertera, ia sedikit pemilih.
"Saat tiba, ia membuka kopernya dengan hati-hati tapi jelas yang ada di sisi atas adalah dvd drama yang itu-itu saja. Jadi kurasa dia sedang menonton itu." jawab Jinwoo enteng.
"Seolma… Descendant Of The Sun?" tebak Seungyoon yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Jinwoo.
"Astaga! dia sudah menontonnya sejak dvd itu ditemukan di ruang kerja ayahnya setahun yang lalu. Bahkan putera kedua tokoh utama yang menikah itu sudah seumuran dengan kita." omel Seungyoon.
"Apa maksudmu? Ditemukan di ruang kerja presdir Dong…" tanya Jinwoo bingung.
"Kau tidak tahu? Presdir Dong bahkan punya beberapa judul lagi." tutup Seungyoon dan disambung dengan tawa lepas Jinwoo yang tak percaya dengan fakta yang dibeberkan Seungyoon.
Dilihat dari luar, Mino seperti orang yang tidak menyukai hal-hal yang membuang waktu, tapi kenyataannya Mino tengah terisak di kamar karena menonton drama. Wajahnya sudah basah oleh air mata.
"Tidak, Mo Yeon-ah. Yoo Shi Jin tidak akan mudah mati seperti itu. Dia akan kembali padamu. Hiks.hiks." tangisan Dong Mino yang sedang menonton drama.
Jika sudah seperti ini, siapapun yang melihatnya takkan percaya dia adalah Dong Mino.
* * *
"Dimana Eunsoo dan Seunghi?" Tanya Jinwoo.
"Mereka sudah berangkat ke LA pagi tadi." jawab Taehyun sambil menghirup aroma teh sebelum menyeruputnya perlahan.
"Woaaah, sepertinya yang benar-benar berlibur adalah mereka." tutur Jinwoo.
"Tunggu! Bukankah Mino belum mendapatkan hukuman karena sudah membohongi kita saat operasi kemarin?" Seungyoon tersenyum jahil sambil melihat Mino.
"Ya! apa harus?" protes Mino.
"Tentu saja! apa aku harus menuliskannya di Kiss Note?" Seungyoon yang iseng telah kembali.
"Jangan coba-coba, Choi Seungyoon! Jika kau sampai berani me—" ancaman Mino terpotong karena Seunghoon baru saja menyetujui ide Seungyoon.
"Lakukanlah!".
"Seunghoon-ah" panggilnya dengan nada memelas.
"Bukan ide yang buruk." Giliran Jinwoo menyetujuinya.
"Hyung!" protes Mino.
"Aku setuju." tutup Taehyun.
"Aaarrgghh!" Mino mulai frustrasi karena ketiga temannya setuju dengan ide gila Seungyoon.
Seungyoon mulai mengguratkan tinta pena ke atas buku merah muda itu, menulis apa hukuman yang Mino harusjalani untuk kesalahannya. Melihat Seungyoon menulis dengan bahagia, Mino hanya mampu menghela napasnya saja. Namun sepertinya anak itu membuat kesalahan karena saat membaca hukuman yang harus dilakukannya, ekspresi wajah Mino berubah menjadi serius.
"Hal seperti ini kau sebut hukuman? Apa ini caramu bercanda? Seperti kau tak memiliki otak saja, Choi Seungyoon! Kau tahu sampai matipun aku tidak akan melakukan hal seperti ini tapi kau masih berani menulisnya." Mino melempar buku merah muda itu ke atas meja dan beranjak dari tempatnya.
"Aku kembali ke korea duluan." Tutup Mino lalu keluar dari ruangan.
Jinwoo mengambil Kiss Note yang dilempar Mino tadi, membuka tepat di bagian Seungyoon menulis hukuman untuk Mino lalu membacanya bersama Seunghoon dan Taehyun yang mendekat.
"Apa kau gila?" tanya mereka bersamaan setelah menemukan ketidakberesan dalam hukuman yang Seungyoon berikan. Seungyoon tersenyum tidak enak lalu menenggelamkan kepalanya karena merasa bersalah.
BERSAMBUNG ....