Chereads / Anindira / Chapter 16 - Pengikat pasangan

Chapter 16 - Pengikat pasangan

Keduanya keluar dari Apartemen dan masuk kedalam mobil Kin, sesekali Kin mencium tangan Dira atau mencuri ciuman di pipinya.

"Kamu sedang menyetir Kin," Dira masih trauma mengingat kecelakaan itu membuatnya takut, Kin menurut.

Sampai di Apartemen Kin. Kin memeluk Dira sampai ke pintu saat pintu terbuka Kin langsung menghujani Dira dengan ciuman Dira mengalungkan tangannya di leher Kin,

"Beb..." Dira memejamkan matanya dan Kin menjelajahi tubuh Dira, lenguhan terdengar dari bibir Dira dan mereka tidak menyadari Ezza terbengong duduk di sofa melihat Dira dan Kin, yang mengagetkan gerakan tubuh Dira merespon sentuhan Kin lebih menggemaskan di bandingkan saat bercinta dengannya, Ezza mengepalkan tangannya.

"Apa kalian tidak melihat di sini ada tamu?" suara Ezza datar, Aktivitas Dira dan Kin terhenti secara bersamaan menengok kearah sofa. Kin terlihat sangat kesal,

"Kenapa tidak menghubungiku kalau mau kemari?" tanya Kin sambil membetulkan baju Dira.

Ezza menelan ludahnya melihat tubuh indah Dira. Ezza mengakui, tubuh Diralah yang terindah dari semua teman wanitanya yang setiap hari bergilir menyenangkannya.

"Aku suntuk di rumah," Jawab Ezza, seketika Dira tertawa...

"Mungkin bukan suntuk, kamu akan mengajak Kin untuk mencari mangsa baru," Ezza menatap Dira, rasa bersalah karena telah menyia- nyiakan Dira dan malah memilih melakukan hubungan terlarang dengan yang lain, hingga membuat Dira terluka.

"Bahkan aku tadi sore mendengar desahanmu sangat menikmati harimu dengan baik," lanjut Dira, tersenyum sinis, Ezza terdiam membeku.

"Beb, ayo lanjutkan!" Dira menarik Kin kedalam kamar dan meneruskan memberi sentuhan kepada Kin sehingga Kin tidak bisa menolaknya, desahan keduanya terdengar di telinga Ezza dan entah mengapa hati Ezza sakit, sangat sakit.

"Kin, ini sangat penuh akh..." suara Dira bercampur desahannya.

Ezza merenung, inilah yang dilakukannya selama ini pada Dira, Ezza berjalan lemas menjauh dan keluar dari Apartemen Kin,

Tubuh Dira dan Kin bermandikan keringat, Kin memeluk tubuh polos Dira.

"Kamu liar sekali Dira," Kin tersenyum puas, puas dengan service Dira dan puas membalaskan sakit hati Dira pada Ezza. Pipi Dira merona,

"Aku suka Kin," Kin mengecup kening Dira.

"Dia melakukan dalam pernikahan, tapi aku tidak, andai aku tau bercinta denganmu sangat menyenangkan, dari dulu aku tidak menahannya," Dira berkata malu- malu,

"Size???" Kin menatap wajah Dira, Dira semakin merona,

"Salah satunya, tubuhmu juga lebih bagus," Dira meraba dada Kin dengan lembut,

Kin mengambil cincin dan memasangnya di jari manis Dira. "Aku mengikatmu hari ini, aku memilihmu menjadi calon ibu dari anak- anakku kelak. Untuk pernikahan, aku menunggumu kapanpun kamu siap," Dira terbengong menatap Kin,

"Ini terlalu cepat Kin,"suaranya pelan.

"Anggap aja ini sebagai pengikat pasangan, jadi kamu hanya milikku," jawab Kin,

"Aku tidak akan mencari yang lain," Dira meyakinkan Kin lalu memeluknya, "Terimakasih Kin," suara Dira lirih.

"Sama- sana beb," balas Kin.

Semua berjalan dengan indah. Kin selalu menunjukan perhatiannya pada Dira, hal sekecil apapun Kin tau tentang Dira.

"Kin, ini berlebihan, di kantor aku sebagai bawahanmu dan kamu harus bersikap profesional!" Dira mengingatkan Kin yang sibuk memberikan krim untuk lebam di kaki Dira,

"Beb, kalau tidak cepat di obati nanti tambah lebam, kamu jangan bergerak!" Wajah Kin terlihat cemas.

Dira menepuk keningnya sendiri, tulang keringnya kepentok pintu saja seperti orang patah tulang dan Dira harus berbaring di tempat tidur.

"Pertolongan pertama sudah selesai, Dokter akan segera datang," Kin mengecup kening Dira,

Dira "....???" Apanya yang mau di periksa? Dira menatap Kin tak bardaya.

Dokter keluarga Kin datang dengan setengah berlari karena Kin terlihat panik saat menghubunginya,

"Mana Kin pasiennya?" tanya Dokter Tedi,

"Di dalam Ted," Kin mengantar Tedi kedalam ruang peristirahatannya,

"Tolong periksa karena tadi terpeleset dan sempat jatuh," dokter Tedi mengangguk dan memeriksa Dira, sementara Kin menerima panggilan dari kliennya.

Dokter Tedi "...???" Apa yang harus di periksa? ini pasien seger buger. Tedi mengerutkan keningnya.

"Dok, saya tidak apa- apa. Sehat cuma ini kepentok dan saya jatuh terduduk gitu aja," Dira menjelaskan dan merasa tidak enak melihat Dokter keluarga Kin sampai berkeringat seperti habis berlari maraton.

"Kin Dhanan Jaya... Kau main- main denganku?" teriak Tedi, Kin yang sedang menerima panggilan terkejut mendengar teriakan Tedi dan segera mengakhiri sambungan telponnya. Kin mendekat kearah Tedi yang melotot,

dengan polosnya Kin bertanya, "Sudah di periksa semuanya, kepalanya?" Tedi menarik nafas kasar.

"Dia jatuh terduduk Kin, mana bisa aku memeriksa kepalanya," Tedi menepuk keningnya sendiri,

"Ya sudah periksa yang bekas jatuhnya! aku tidak mau dia lecet sedikitpun, lihat kakinya sudah lebam gitu!" Tedi ingin menangis guling- guling mendengar perintah gila Kin.

"Oiiii... Kau duduk pakai apa??? Aku suruh memeriksa itunya???" Teriak Tedi menyadarkan Kin,

"Eeeh tidak- tidak aku saja yang periksa," Kin terlihat panik, mana boleh orang lain memerikasa bagian dalam Dira, kecuali darurat.

Dira "...."

"Sudah tidak usah, ini kasih obat lebam saja, kalau tidak bisa jalan, bisa di Rontgen," Jawab Tedi,

"Aku pulang bye..." Baru pemanasan sama cantika gagal sudah karena Kin. "Kin sialan..." gumamnya, sambil keluar dari kantor Kin dengan muka masam.

Setelah Tedi pergi, Kin mengunci pintu ruangannya dan memberi pesan kepada Reva untuk tidak mengganggunya.

Kin memeluk Dira dari belakang lalu menyibakan roknya dan meneliti dari pinggang sampai ujung kaki Dira,

"Kin, yang memar cuma tulang keringku saja, kalau disuruh berlaripun sekarang aku kuat," Dira menenangkan Kin.

"Aku belum tenang kalau tidak melihatnya langsung," jawab Kin.

Dira berbalik dan membalas pelukan Kin, "Aku mencintaimu Kin," Dira menatap Kin dengan tatapan lembut, membuat hati Kin meleleh,

"Aku juga mencintaimu Beb.... Sangat mencintaimu," jawab Kin,

Setelah bermesraan kurang lebih satu jam Dira dan keluar dari ruangan Kin untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Del, tolong belikan makan siang untuk saya dan Kin!" perintah Dela pada sekretarisnya.

"Baik bu," Dela segera memesan makan siang untuk Dira.

Dira melanjutkan pekerjaannya yang tertunda dengan cepat dan tidak perlu waktu lama sudah selesai.

"Beb, makan siang untukmu sudah di antar yah keruanganmu, harus di makan!" Dira mengirim pesan untuk Kin.

"Iya beb, makasih," jawaban dari Kin. Dira tersenyum lalu memakan makan siangnya.

Pulang bekerja, Dira di antar sopir Kin,

"Mba Dira, nanti jam 8 saya jemput lagi, atas perintah Pak bos, ini pakaian untuk di pakai nanti," Sopir Kin, memberikan pakaian untuk Dira.

"Oke makasih pak," Sopir Kin mengangguk, Dira tersenyum, lalu masuk ke Apartemennya.

Sesuai jam yang di tentukan, Dira sudah tampil cantik mengenakan gaun yang diberikan Kin kepadanya, Dira keluar dari Apartemen dan di antar sopir, menuju tempat yang di tentukan Kin,

"Pak, saya hubungi Kin kok ponselnya tidak aktif?" Dira merasa cemas, sedang sopir Kin segera menghubungi anak buah Kin.

"Apa yang terjadi?" tanya sopir Kin,

"Ada sesuatu yang terjadi sama pak bos. Untung belum terlambat," jawab anak buah Kin.

Dira langsung menangis karena sangat cemas memikirkan keadaan Kin, setelah sampai di Hotel, Dira segera menemui Kin yang tertidur pulas, tapi di kemeja birunya banyak sekali noda bekas lipstik, membuat Dira menatap tajam anak buah Kin.

"Apa yang terjadi?" suara Dira setengah berteriak kepada anak buah Kin, Anak buah Kin segera memberi laporan kejadian secara detail, melihat Kin di bawa oleh dua orang pria, dan dengan seorang wanita membuat Dira geram,

"Apa mereka sudah tertangkap?" tanya Dira. Suara Dira yang menggelegar membuat anak buah Kin terdiam dan menunduk.

"Sudah mba, tinggal proses hukum," jawabnya. Dira merasa lega,

"Tolong carikan baju untuk bos kamu!" tanpa di perintah dua kali, anak buah Kin pergi dan yang lainnya berjaga,

"Lain kali jangan lengah, aku tidak mau Kin kenapa- napa," Semua mengangguk.