Nida terlihat cantik dengan gaun putih yang menempel di tubuhnya, wajahnya terlihat berseri, sangat mempesona.
"Akhirnya hari bahagiamu tiba Nida, aku ikut bahagia..." Dira menatap takjub akan kecantikan sahabatnya.
Nida tersenyum dan berbalik menatap Dira, "Aku berharap kamu juga bahagia Dira... menemukan jodohmu," Dira tersenyum samar,
"Semoga Kin jodohku..." Dira sedikit bergumam,
"Aamiin..." kata Nida.
Acara demi acara telah terlewati dan malamnya puncak pesta pernikahan Nida dan Daniel. Semua terlihat mewah dengan penataan ruang dan dekorasi hasil arahan Dira, tentunya semua sangat memukau menjadikan pesta teristimewa bagi Nida dan Daniel.
"Kamu pintar dalam segala hal beb," Kin menatap sekeliling dan memuji kerja keras Dira,
"Tidak semua buktinya aku gagal nikah sampe 2 kali," jawab Dira tertawa, menertawakan dirinya sendiri. Memang Dira unggul di karier tapi tidak dengan cinta, Dira berharap hubungannya dengan Kin selalu baik dan tetap baik.
"Pria itu bodoh." kata Kin, lalu memeluk Dira, "Apakah kita akan menikah secepatnya menyusul Nida dan Daniel?" Kin menatap Dira menunggu jawabannya,
"Apakah harus?" Dira balik bertanya,
"Ya ... Aku takut kamu berubah pikiran dan meninggalkan aku," Dira menatap Kin, terlihat kesungguhan di matanya, lalu Dira menganggukan kepalanya dan Kin semakin mengeratkan pelukannya, "Makasih beb," Kin menghujani Dira dengan ciumannya,
"Kin ini tempat umum," Dira memperingatkan. Kin tidak memperdulikan ucapan Dira dan masih melakukan ciuman kecil di manapun yang Kin suka.
"Aku tidak peduli, biarkan saja orang tahu, lagian kita juga akan segera menikah." Kin membuat pipi Dira memerah menahan malu karena banyak pasang mata yang melihat kearahnya,
Acara selesai, Nida dan Daniel pulang kerumah baru mereka, sedang Dira pulang ke Apartemennya di antar Kin.
Sejak ajakan menikah Kin di setujui Dira, beberapa pertemuan Dira dengan keluarga Kin terjadi termasuk dengan saudara berbeda ibu dengan Kin namanya Elena, Elena seusia dengan Dira, walaupun sedikit kaku tapi tetap ramah.
Elena sedikit tertutup dan tidak banyak bicara, membuat rasa canggung diantara Dira dan Elena,
"Ini calon kakakmu jadi, bertemanlah!" Perintah Danu wijaya, sekaligus mengenalkan Dira pada adik tiri Kin, Elena hanya mengangguk lalu tersenyum di hadapan Dira,
"Dira, kalian bertemu Kin dimana?" papa Kin menatap Dira, Dira menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung harus menjawab apa, pertemuan yang memalukan... Mabuk berat lalu mencium dan memeluk orang asing.
Aishh... Jika Dira berkata jujur apa papa Kin akan setuju melepaskan anaknya untuk Dira?
"Yang pasti pertemuan terindah, iyakan beb?" Kin menatap Dira dan mengedipkan matanya, wajah Dira merah padam di buat Kin.
"Wah... apa yang terjadi hingga membuat putraku mencintaimu? Setahu papa, Kin tidak pernah jatuh cinta pada wanita manapun, sikapnya selalu dingin," Wijaya semakin semangat menelusuri kisah cinta mereka,
"Sudahlah pah, tidak perlu di bahas tentang bagaimana kami saling tertarik satu sama lain, yang penting aku sekarang bersamanya dan mau menikah dengannya," Kin mengingatkan Wijaya,
"Benar juga katamu, semoga kalian selalu bahagia," Wijaya berkata dengan tulus.
Pertemuan singkat berakhir, selebihnya Kin dan Dira sibuk bekerja juga sibuk menyiapkan segalanya untuk pernikahan impian mereka,
❣
"Dira, aku sangat bahagia saat ini. Selangkah lagi kita akan menyatu dan hidup bersama, aku sudah membayangkan kebahagiaan kita pasti lebih dari ini," Kin memeluk Dira dari belakang, ketika Dira sedang sibuk membuat adonan kue brownies untuk Kin, Dira tersenyum mendengar Kin berbicara setengah bergumam,
"Jangankan kamu Kin, aku juga sangat bahagia," Dira berbalik dan memeluk Kin setelah itu melonggarkan pelukannya untuk mengambil loyang,
Setelah menuangkan adonan dan memasukan kedalam oven, Dira menuang susu untuk Kin, karena setiap pagi dan sore atau bahkan malam sebelum tidur Kin selalu meminumnya,
"Minum susunya dulu!" Kin mengangguk dan meneguk habis sampai gelas kosong,
"Persediaan makanan sudah habis, ayo belanja!" Kin mengangguk,
"Besok ke swalayan terdekat saja ya, aku belum puas melepas rindu," Suara Kin terdengar manja,
"Dua minggu lagi aku milikmu dan kamu bakal bosan melihatku saat kamu bangun tidur," Jawab Dira, lalu mengeluarkan brownies yang sudah matang, Dira memotong dan membawanya kehadapan Kin,
"Makasih beb," mata Kin berbinar dan langsung menyantapnya karena dia memang sangat lapar,
"Pelan- pelan makannya, masih panas Kin!" Kin mengabaikan peringatan Dira, setelah makan setengah loyang browniesnya baru berhenti.
"Aku lapar beb, tadi di kantor aku pesan nasi goreng taunya kecapnya tidak banyak, aku tidak berani makan," Dira menatap gemas Kin,
"Kenapa tidak pesan yang lain?" ditatap Dira tajam membuat Kin salah tingkah,
"Aku udah siapin susu di lemari pendinginmu juga buah- buahan, aku lihat hari ini masih utuh," Dira menatap Kin kesal, Kin menarik tubuh Dira dan memeluknya,
"Setelah melihat nasi gagal itu, nafsu makanku hilang, lalu aku terus bekerja sampai aku lupa ada buah dan susu di lemari pendingin," Kin membela diri,
Kin mencoba meredam kemarahan Dira dengan menjelaskannya,
"Iyah aku tidak menyalahkanmu, maaf aku kurang memperhatikanmu," Dira sedikit murung membuat Kin tidak enak hati dan jadi serba salah.
"Kamu yang terbaik, aku saja yang terlalu manja," Kin makin mengeratkan pelukannya,
"Mari mandi lalu istirahat!" ajak Kin, Dira mengangguk dan keduanya mandi lalu istirahat.
❣
Bell Apartemen berbunyi, Dira yang baru selesai mandi segara membuka pintu, Nida dan Daniel yang datang.
"Aku kangen Dira..." Nida memeluk Dira,
"Kamu baru balik honeymoon?" Nida menganggukan kepalanya,
"Aku bawa makanan banyak," Nida mengeluarkan berbagai macam makanan di meja makan,
"Tapi dari ovenmu baunya lebih menggoda Dira..." Nida melirik Dira yang sedang mencuci piring kotor.
"Pizza..." jawab Dira,
"Ada Kin?" Nida menyelidik,
"Iyah...kamu taukan kalau weekend mana mau dia jauh- jauh dari aku," pipi Dira bersemu merah, lalu membuatkan dua cangkir teh untuk Nida dan Daniel, sementara untuk Kin, Dira membuatkan susu.
"Masih rutin minum susu dia, milikmu yang dua itu belum cukup?" Nida menggoda, Dira seketika melotot,
"Nida... Otakmu itu yah..." Nida tertawa lalu menjauh duduk di sofa bersama Daniel,
"Kamu tahu sendiri sehari tidak minum susu, tubuh Kin suka lemas," Jawab Dira,
"Kasih makan nasi padang Ra!" Nida ngeledek lagi,
"Jangan bercanda Nid!" Diri cemberut.
"Sensi amat... Apa yang belum siap Dira? biar aku dan Daniel bantu?" Nida mengalihkan pembicaraannya, menatap Dira yang sedang menaruh teh di meja sofa,
"Sudah siap semua, tinggal menunggu hari H saja," Jawab Dira,
"Kamu tidak mau melibatkan kami?" Nida cemberut,
"Bukan begitu, kalian baru pulang honeymoon, cukup dengan kalian mendampingiku nanti, aku sangat bahagia," Dira duduk di samping Nida sambil bersender di bahu Nida manja.
"Kamu masih Dira kecilku..." Nida setengah bergumam,
"Dan kamu tetap menjadi kakak terbaikku..." Daniel yang ada di samping Nida berdehem,
"Ehem... Ehem..." Nida dan Dira saling pandang dan berujung tertawa bersama,
"Yang punya protes..." kata Dira lalu berdiri kembali kedapur mengeluarkan Pizza dari oven lalu memotongnya,
"Nida... Ini sudah matang," Dira memberikan satu loyang untuk sahabatnya, dan satu loyang lagi untuk Kin.
Tak lama Kin keluar kamar terus duduk di kursi dan meminum susunya,
"Kin, rambutmu..." Dira mendekat lalu membetulkan rambut Kin dengan jarinya hingga rapi, Kin tersenyum bahagia karena, hal sekecil apapun tidak luput dari perhatian Dira.
"Ma'af Kin, roti tawar habis tinggal bahan pizza untuk sarapanmu," Kin menarik tubuh Dira menjadi duduk di pangkuan Kin,
"Ini juga aku suka, ma'af setiap harinya selalu merepotkanmu," Dira mengalungkan tangannya di leher Kin, lalu mengecup kening Kin,
"Tidak masalah karena aku mencintaimu, aku senang melakukannya," jawab Dira lembut.
"Ck...ck...ck... Satu ruangan dua dunia, kita ngontrak sayang," Nida menyindir Kin dan Dira.
Dira dan Kin kompak menengok kearah Nida, "Sirik..." balas Kin, lalu menarik wajah Dira dan tanpa ampun menciumnya.
Dira berusaha menghindar tapi sia- sia saja, Dira akhirnya pasrah menerima ciuman Kin.
"Kin..." Dira protes sambil memukul dada bidang Kin, membuatnya makin terperangkap dalam pesona Kin Dhanan Jaya,
"Lanjutkan sarapanmu!" Dira mendekatkan Pizza, agar Kin gampang mengambilnya.
Tanpa menurunkan Dira, Kin menikmati sarapannya sambil sesekali menyuapi Dira.
"Ayo belanja! Aku tidak mau kamu makan Pizza sampai sore," Dira mengajak Kin keluar,
"Kebetulan kita juga mau pulang, kabari kita kalau membutuhkan bantuan, kita pasti siap," Nida dan Daniel berdiri setelah menghabiskan satu loyang pizza buatan Dira.
"Pizzamu enak Dira, terimakasih... kamu bisa buka toko Pizza, pasti langganannya banyak," kata Daniel tersenyum tulus, lalu menggandeng Nida,
"Sama- sama Daniel, kamu bisa aja," jawab Dira.
Nida melambaikan tangannya dan hilang di pintu lift.
Dira masuk kekamarnya berganti pakaian mengenakan mini dress,
"Beb, ini sangat sexy, aku tidak mengizinkannya," Kin melotot melihat pakaian Dira yang super menggairahkan, lalu Kin mengambil dress yang agak panjang dan tidak terlalu terbuka terus memberikannya kepada Dira.
"Akukan perginya sama kamu," bela Dira,
"No Dira... kamu mau bikin aku panas melihat semua tatapan pria seperti ingin memakanmu?" Kin terlihat sedikit kesal.
Dira terkekeh melihat raut wajah Kin, lalu memilih mengalah mengganti bajunya tepat di depan Kin, membuat Kin frustasi.
"Kamu mengujiku beb... atau mungkin kamu suka berakhir di ranjang?" suara Kin menggoda Dira,
Dira, "???" yang benar saja? semalam apa belum cukup? Dira bergidik sendiri lalu, mempercepat memakai bajunya dan menata rambutnya lalu cepat- cepat keluar dari kamar meninggalkan Kin. Sedangkan Kin tersenyum sendiri melihat kelakuan kekasihnya.