"Hyerin dan Saerom ke gereja untuk berdoa, orang itu nanti akan menyerangmu secara tiba-tiba". Kata asisten sutradara pada Eunha dan Saeron. Mereka tengah diarahkan untuk pengambilan scene di sebuah gereja. Keduanya terus mendengarkan dan berusaha memahami arahan asisten sutradara.
"Aku hanya perlu akting sedang berdoa lalu nanti orang itu akan menembak-ku dari belakang?". Tanya Eunha memastikan.
"Ne, Saerom juga melakukan hal yang sama". Eunha dan Saerom mengangguk dan bersiap memposisikan diri.
"Kita akan mulai!". Kata Wooseok memberi kode.
"Camera... roll!!!".
"Action!".
Eunha dan Saeron mencoba menghayati peran. Keduanya berdoa sambil memejamkan mata. Wooseok mengamati ekspresi Eunha dan Saerom di layar monitor dengan serius.
"Masukkan penjahatnya!". Kode Wooseok. Pemain yang berperan sebagai penjahat-pun masuk perlahan dengan pistol yang sudah mengarah ke punggung Eunha.
"Shoot!".
"Dor!".
"Akh!". Eunha berakting seolah-olah ia telah tertembak.
"Cut!". Wooseok memberi kode pada para staf untuk memberikan darah buatan pada Eunha.
"Saerom nanti kau terlihat sangat panik dan buru-buru menghubungi Sijin". Kata asisten asisten sutradara mengarahkan sementara Eunha masih di beri darah buatan disekitar punggungnya.
"Kenapa ini seperti darah sungguhan? Aku sangat takut". Kata Eunha dengan polos membuat staf tertawa. Untuk scene di gereja hanya ada Eunha, Saeron, dan Jingoo. Sementara itu Jungkook berada ditempat lain untuk melakukan scene berkelahi.
"Haruskah kita berlatih dulu?". Tawar asisten sutradara.
"Ne! Berlatihlah dulu aku akan melihat ekspresi kalian di monitor". Pekik Wooseok kemudian.
"Action!".
"Akh!!!". Pekik Eunha yang terlihat kesakitan karena punggungnya tertembak.
"Astaga nona muda!". Teriak Saerom yang langsung memegang tubuh limbung Eunha. Gadis itu melirik kearah penjahat yang masih bersembunyi.
"Ya! Siapa kau!". Teriak Saerom kearah penjahat yang langsung melarikan diri. Sementara itu Eunha masih mengernyit kesakitan.
"Sa..erom! Sakit...!". Ringis Eunha seperti tengah kesakitan sungguhan.
"Nona muda tenanglah! Aku akan segera menghubungi Sijin". Sahut Saeron cepat dan hendak menghubungi Jingo.
"Saerom kau menginjak kaki-ku". Celetukan Eunha sukses membuat semua staf tertawa. Eunha manyun karena kakinya diinjak oleh Saeron.
"Astaga, Mianhae hahaha. Ku kira kau sedang akting". Kata Saeron sambil tertawa geli.
"Kemarilah kalian ada beberapa adegan yang harus dibenahi". Kata Wooseok meminta Eunha dan Saeron mendekat kearahnya. Lelaki itu langsung menunjukan adegan yang Eunha mainkan bersama Sareon tadi melalui layar monitor.
"Kau harus mengeluarkan air mata, bayangkan betapa sakitnya luka tembak itu dan kau adalah sosok gadis lemah yang belum pernah terluka selama ini". Kata Wooseok membuat Eunha menganggukkan kepalanya. Dan setelah itu syuting kembali dilanjutkan sampai pada adega Jingo menggendong Eunha.
"Mianhae Eunha-yaa aku harus menggendong-mu. Tolong jangan adukan pada Jungkook". Canda Jingo sambil membopong tubuh Eunha. Eunha terkekeh sembari memukul pundak lelaki itu. Sementara itu diluar gereja Jungkook tengah mempelajari script dibantu director dialog.
"Nanti Eunha akan digendong Jingo...".
"Apa digendong?!". Potong Jungkook dengan heboh membuat director dialog kaget.
"Ne, Hyerin tertembak dan Sijin akan membawanya kerumah sakit. Kau sudah merasakan sesuatu yang aneh saat menatap wajah Hyerin untuk yang pertama kali. Rasa yang belum pernah dirasakan sebagai sosok lelaki dingin dan sulit jatuh cinta". Penjelasan director dialog sama sekali tidak bisa masuk ke dalam otak Jungkook. Yang ada difikirannya saat ini adalah adegan Eunha digendong oleh Jingo.
"Kau paham?".
"Eh?". Sahut Jungkook sambil cengengesan. Director dialog geleng-geleng kepala. Jungkook memang sangat aneh hari ini, bukannya menanyakan adegan apa yang harus ia mainkan lelaki itu justru menanyakan tentang adegan Eunha. Wooseok dan yang lain sudah memindahkan properti di depan gereja. Jungkook juga bisa melihat Eunha yang tengah digendong Jingo.
"Yo Sijin jangan berlebihan arra?". Kata Jungkook yang terdengar seperti candaan bagi yang lain. Namun Jingo paham maksud perkataan Jungkook. Alhasil lelaki itu tertawa geli.
"Bukankah kau yang akan mendapatkan adegan lebih? Benar kan sutradara?". Canda Jingo balik.
"Ayo kita ambil adegan dengan cepat, sebelum hujan turun". Tegur Wooseok saat Jungkook dan Jingo malah bercanda.
"Camera!... rool!... action!".
"Bagaimana bisa nona muda tertembak Saerom-ahhh?! Siapa orang yang sudah menembak nona muda?". Kata Jingo sambil berjalan cepat menuju mobil diikuti Saeron dari belakang. Sementara itu Jungkook yang memang menunggu Jingo di depan mobil menatap wajah Eunha dengan tatapan sulit diartikan.
"Aku juga tidak tahu Jingo-ah! Orang itu menembak nona muda begitu saja dan langsung pergi...". Saeron langsung menoleh kearah Jungkook.
"Nuguseyo?". Tanya Saeron pada Jungkook yang masih terpaku menatap Eunha.
"Dia sepupuku Kim Taehe". Sahut Jingo sambil memasukkan Eunha kedalam mobil dengan hati-hati. Eunha sempat melirik kearah Jungkook sebelum benar-benar masuk kedalam mobil. Wooseok tersenyum puas melihat ekspresi dan hasil take-nya.
"Cut!". Kata Wooseok membuat make-up artis langsung menghampiri para artis dan membenahi dadanan-nya.
"Tatapan matamu sangat bagus Kim Taehe". Puji Wooseok sambil menyaksikan adegan yang direkam tadi melalui monitor. Jungkook tersenyum kecil kemudian melongok ke dalam mobil untuk melihat Eunha.
"Good morning". Sapa Jungkook seakan tidak pernah terjadi apapun sebelumnya. Eunha mengulum senyum kecil karena masih merasa tidak enak dengan Jungkook soal penolakannya kemarin.
"Morning". Jawab Eunha kecil sambil memegang erat-erat botol minumnya. Jungkook tersenyum kemudian lanjut mengobrol dengan Jingo.
"Eunha dan Saeron silahkan makan atau minum dulu. Setelah ini kita akan syuting dirumah sakit". Kata staf pada Eunha dan Saeron. Jungkook kembali melongok kedalam mobil dan mengulurkan sesuatu pada Eunha, wanita itu menatap Jungkook dengan heran sebelum menerima sebungkus Marsmellow berwarna pink-putih itu.
"Ini sebagai petisi damai. Meski tidak bisa balikan, tapi kita masih bisa jadi teman kan?". Tanya Jungkook sambil tersenyum lebar. Langkah inilah yang akhirnya Jungkook ambil, ia tidak ingin Eunha jadi canggung padanya hanya karena wanita itu tahu jika dirinya masih memiliki rasa cinta. Dengan embel-embel pertemanan, Jungkook harap Eunha perlahan-lahan bisa luluh.
"Teman?". Batin Eunha. Kenapa kata teman justru terdengar sangat menyakitkan? Ayolah Eunha, ini kan yang kau mau? Kau ingin Jungkook berhenti berharap padamu untuk kembali menjalin hubungan. Eunha tersenyum getir dan menerima marsmellow yang diulurkan Jungkook.
"Teman? Heum, aku suka itu". Lirih Eunha terdengar pilu. Jungkook tersenyum dan mengacak rambut Eunha dengan gemas.
"Oppa hanya memberi Eunha Eonnie saja? Aku tidak?". Canda Saeron sambil mengerucutkan bibirnya.
"Tentu saja aku juga punya untukmu". Eunha menggenggam marsmellow-nya erat-erat. Dan kenapa sekarang justru ia merasa sedih saat Jungkook tidak hanya menaruh perhatian padanya?
--000--
Di rumah sakit sudah ada semua pemain inti, So Hee juga terlihat tengah membaca script dibantu director dialog. Scene kali ini Eunha akan berakting sekarat karena kehabisan darah dan Jungkook yang akan mendonorkan darahnya.
"Make up artis tolong buat wajah Eunha menjadi pucat". Perintah sutradara yang langsung dipatuhi oleh make up artis. Jingo dan Saeron juga diberi darah buatan disekitar baju mereka agar terlihat lebih nyata. Sementara itu Jungkook tengah menghafalkan dialog.
"Taehe masih belum tersadar dari dunianya. Kau masih terus terpaku pada sosok Hyerin yang baru saja kau temui. Hyerin adalah sosok gadis yang mampu menggetarkan hati-mu meski baru pertama kali bertemu". Kata director dialog menjelaskan. Jungkook lantas menatap kearah Eunha yang tengah di make-up. Lelaki itu tersenyum tipis, bahkan melihat sosok Eunha memang sudah mampu menggetarkan hatinya. Tidak perlu ber-akting untuk melakukannya.
"Aku yang akan mendonorkan darah untuknya. Apa seperti itu cara-ku mengatakan-nya?". Tanya Jungkook meminta pendapat.
Beberapa menit kemudian, semua sudah untuk memulai syuting. Eunha sudah dibaringkan diatas ranjang dorong dengan Saeron dan Jingo yang memasang wajah panik. Sementara itu Jungkook yang menatap Eunha tanpa kedip.
"Camera... roll! Action!".
"Astaga nona muda aku harap kau bertahan". Kata Saeron sambil ikut mendorong ranjang bersama Jungkook dan Jingo.
"Demi apapun nona muda memang harus bertahan. Jika tidak, kita semua akan habis ditangan tuan Daeyong". Sahut Jingo dengan wajah mengeras. Kemudian sampai di depan ruang ICU mereka semua berhenti.
"Cut!".
Make-up artis dan director dialog langsung menghampiri artisnya. Mereka menghafalkan dialog sementara Wooseok masuk ke dalam ICU untuk mengambil scene dimana Eunha diobati.
"Apa Eunha sedang take?". Bisik Jungkook sambil melongok sedikit kedalam ruang ICU. Terlihat Eunha tengah melakukan adegan sekarat dan diobati oleh dokter.
"Eunha Eonnie melakukan dengan sangat baik". Puji Saeron yang ikut mengintip.
"Akting-nya sangat kaku, bahkan dia harus mengulangnya berkali-kali". Desis So Hee sembari menghisap rokoknya. Jungkook dan Saeron menatap ke arah So Hee dengan wajah datar. Jungkook berdecak kemudian merebut rokok yang tengah dihisap So Hee.
"Ya!". Protes So Hee tidak terima saat Jungkook menginjak rokoknya dan membuangnya ketempat sampah.
"Sayangilah tubuh-mu noona. Kau terlalu cantik untuk menghisap benda laknat itu". Kata Jungkook menasehati sambil memberikan sebuah lolipop pada So Hee dengan paksa dan setelah itu Jungkook pergi begitu saja membuat Saeron menatap lelaki itu dengan aneh.
"Heol! Apa bocah itu baru saja menasehati-ku?". Tanya So Hee entah pada siapa. Saeron menggedikan bahunya dan berjalan kearah lain mendekati Se Kyung dan Hyeyoung yang tengah mengobrol. Eunha diam-diam memperhatikan interaksi Jungkook dengan So Hee tadi. Apa Jungkook juga perhatian pada So Hee?
"Eunha Gwenchana? Bisa kita mulai take-nya?". Tegur Wooseok yang menangkap basah Eunha tengah melamun.
"Oh? Ne". Sahut Eunha dengan senyum yang dipaksakan. Ternyata berpura-pura di depan Jungkook itu tidak mudah.
--000--
"Adegan selanjutnya Taehe mendonorkan darahnya pada Hyerin. Taehe kau berbaring sambil menatap Hyerin dari samping. 'Siapa kau? Kenapa kau bisa semudah itu mencuri hatiku' katakanlah dengan tatapan mata seakan-akan kau sangat ingin tahu siapa sosok Hyerin". Kata dialog director sambil mencontohkan adegan selanjutnya pada Jungkook. Jungkook mengangguk paham, setelah dua kali percobaan akhirnya take yang sesungguhnya dimulai.
"Camera! Roll... action!".
Jungkook menatap Eunha lamat-lamat, tatapan lelaki itu memang memancarkan cinta yang sesungguhnya. Wooseok tersenyum puas dengan akting Jungkook, padahal semua itu bukanlah akting. Jungkook melakukannya murni dari hati.
"Kenapa kau sangat cantik eoh? Jung Eunbi!". Kata Jungkook tanpa sadar membuat para staf dan Wooseok tertawa.
"Cut!".
"Haish Jinjja!". Umpat Eunha sambil menahan tawa sementara itu Jungkook menggaruk tengkuknya karena malu.
"Maafkan aku, aku mengatakannya tanpa sadar". Kata Jungkook yang terlihat tidak enak.
"Kau mengatakannya dari hati. Woah inikah Jeon Jungkook yang sebenarnya?". Ledek Wooseok yang membuat Eunha ikutan malu.
"Haish! Apa yang aku lakukan". Kata Jungkook malu-malu. Para staf malah menggoda Jungkook dan Eunha hingga membuat keduanya salah tingkah.
Adegan selanjutnya adalah adegan yang membuat Eunha gugup. Pasalnya di dalam adegan ini Jungkook akan menggantikan baju Eunha dan akan ada adegan sedikit mature. Meski bukan yang pertama wanita itu disentuh Jungkook, namun kejadian itu sudah lama sekali.
"Adegan dimana Daeyong telah memilihmu menjadi pengawal Hyerin. Taehe menjaga Hyerin dirumah sakit, Saerom sedang pergi membeli makanan bersama Sijin. Hyerin merasa luka dipunggungnya sakit dan gerah ingin digantikan baju. Mau tak mau Taehe yang akhirnya menggantikan baju Hyerin. Untuk adegan panas-nya aku serahkan pada kalian". Ujar Wooseok sambil tersenyum jahil. Eunha dan Jungkook langsung dibuat kikuk, Jungkook melirik kearah Eunha yang menunduk malu.
"Aku hanya perlu mengikuti naluri-ku sebagai lelaki kan?". Tanya Jungkook sambil meneguk air minum untuk menghilangkan kegugupannya.
"Ne, aku yakin kau bisa melakukannya". Sahut Wooseok meyakinkan. Jungkook berjalan kearah Eunha dan menggenggam jemari wanita itu.
"Tidak usah takut. Aku tidak akan menyakitimu, aku akan melakukan adegan ini dengan cepat agar kau tidak malu". Bisik Jungkook yang membuat para staf mengulas senyum. Jungkook sangat menggemaskan.
"Heum". Jawab Eunha pendek meski masih sedikit ragu.
"Stand by!". Kata Wooseok yang membuat Jungkook dan Eunha bersiap ke posisi masing-masing.
"Camera! Roll.... action!".
"Akh!". Pekik Eunha yang hendak bangkit dari tidurnya. Dan hal itu membuat Jungkook reflek mendekati Eunha.
"Agashi, apa yang kau butuhkan?". Eunha menatap Jungkook dengan tatapan heran.
"Nuguseyo?". Tanya Eunha dengan mata bulat jernih-nya. Tidak tahu kenapa tapi jika sedang beradu akting dengan Eunha, Jungkook seakan bisa dengan mudah masuk kedalam karakter Kim Taehe.
"Kim Taehe imnida. Aku pengawalmu mulai sekarang". Jawab Jungkook tanpa mengalihkan tatapan matanya dari Eunha.
"Pengawal? Lalu dimana Saerom dan Sijin?". Tanya Eunha lagi.
"Mereka sedang keluar mencari makanan". Eunha terlihat semakin kesakitan dan menggaruk tubuhnya yang gatal.
"Luka-ku sakit sekali, aku membutuhkan Saerom untuk mengecek luka-ku". Kata Eunha yang terlihat tidak nyaman.
"Jika kau mau aku bisa melakukannya agashi". Kata Jungkook yang membuat Eunha menatap wajah lelaki itu dengan tajam.
"Cut!". Teriak Wooseok. Lelaki itu mengangguk puas melihat hasil take barusan.
"Hilangkan wajah gugup kalian setelah itu kita mulai take adegan panas". Lanjut Wooseok yang membuat Jungkook menarik nafasnya dalam-dalam.
"Para staf yang ada di depan Eunha bisa nanti pindah ke belakang saja. Tolong Cameramen juga jangan mengambil adegan dari depan". Wooseok tersenyum mendengar perkataan Jungkook.
"Tenang saja, kami hanya akan mengambil ekspresi wajah Eunha". Sahut cameramen yang membuat Jungkook lega.
"Buka bajunya seperti ini". Kata dialog director mengarahkan Jungkook.
"Ditarik dari samping secara perlahan?". Tanya Jungkook memastikan.
"Aku berdebar". Cicit Eunha membuat yang lain terkekeh. Jungkook menepuk pundak Eunha menenangkan.
"Ayo kita lakukan hanya sekali take". Ajak Jungkook yang diangguki Eunha kemudian keduanya saling tos.
"Kami sudah siap!". Pekik Eunha dengan semangat. Yang lain bertepuk tangan untuk menyemangati Eunha.
"Action!".
"Aku akan melakukannya dengan perlahan agashi". Kata Jungkook sambil menurunkan baju Eunha perlahan. Saat ini Eunha duduk membelakangi Jungkook. Eunha menahan gerakan tangan Jungkook.
"Berjanjilah untuk tidak kurang ajar padaku!". Kata Eunha memperingatkan. Jungkook tertegun sebelum berdehem untuk menjawab perkataan Eunha. Lelaki itu telah berhasil menurunkan baju Eunha hingga sebatas pinggang, dan mendadak suasana menjadi panas. Para staf dan Wooseok-pun merasakan hal itu, Jungkook dan Eunha sangat mendalami peran.
"Luka itu pasti akan sembuh agashi". Kata Jungkook sambil menyentuh luka Eunha hingga membuat wanita itu menggigit bibir bawahnya.
"Aku merasa gerah dan ingin ganti baju, apa kau bisa membantuku?". Tanya Eunha dengan suara seraknya. Jungkook mendekatkan bibirnya di tengkuk Eunha dan menghirup aroma wanita itu dalam.
"Aromamu masih sangat wangi, apa kau yakin perlu mengganti baju-mu agashi?". Bisik Jungkook tepat dileher Eunha.
"Taehe-ssi. Apa yang kau lakukan?". Tubuh Eunha benar-benar bergetar saat Jungkook mulai mengecupi lehernya. Sungguh ini bukan akting karena Wooseok-pun bisa menangkap ekspresi ketakutan Eunha, sementara itu Jungkook justru menikmatinya.
"Cut!". Meski Wooseok sudah berteriak sekuat tenaga, namun Jungkook masih terlena dengan imajinasinya sendiri. Lelaki itu terus mengecupi leher Eunha da memberi beberapa tanda di pundak dan leher wanita itu.
"Nghhh... Kook-hhh berhenti...". Pinta Eunha susah payah. Para staf mendadak menyaksikan adegan panas disini.
"Cut! Jeon Jungkook sadarlah Eunha ketakutan!". Bentak Wooseok yang membuat Jungkook reflek menjauhkan tubuhnya dari Eunha. Salah satu staf wanita langsung memakaikan selimut ditubuh Eunha dan menenangkan wanita itu. Sementara itu Jungkook terlihat merasa bersalah karena telah bertindak kelewatan bahkan sampai membuat Eunha bergetar ketakutan.
--000--