***
Setelah menempuh jarak yang tidak begitu jauh mobil Zio tiba di depan sebuah rumah yang bertuliskan Panti Asuhan Sinar. Mata Lika yang awalnya menatap jendela teralih ke arah Zio. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya.
Ada apa dengan tempat ini?
Apa yang akan kita lakukan di dalam?
Apakah ada acara bakti sosial?
Atau Zio donatur tetap di tempat ini?
Atau Zio yang punya tempat ini?
Atau Zio berasal dari sini?
"Apa yang ada di kepala Lo gak bener."
Raut wajahnya berubah seketika. Bagaimana pria di samping nya ini tau apa yang ia fikiran.
Apakah ia cenayang?
"Gue bukan cenayang".
Tuh kan. Lika tidak ada mengucapkan satu dua patah kata, tapi Zio selalu tau apa yang ia fikirkan. Yasudahlah, Lebih baik ia bertanya langsung kepada orang yang mengajak nya ke tempat ini.
"Kita ngapain ke sini?." Pertanyaan belum dijawab oleh Zio, tetapi pria itu sudah mengucapkan sebuah perintah.
"Turun."
"Tap... Tapi... " Belum selesai ucapan Lika, Zio sudah turun dari mobil berjalan menuju bagasi mobil. Sedang kan Lika masih diam mematung didalam mobil, ia masih bingung kenapa ia diajak kesini.
Karena melihat Lika belum juga turun Zio pun berjalan lagi ke arah pintu bagian penumpang membuka pintu tersebut menarik tangan Lika yang masih dilanda kebingungan.
"Ehhhhh, kenapa ditarik mulu sih."
"Bantuin."
Lika yang sudah sedikit mulai paham dengan apa yang Zio ucapkan pun segera mengambil beberapa barang yang ada di bagasi mobil tersebut.
"Bilang kek dari tadi kalau mau dibuatin, gue kan gak bakalan ngerti kalau di gak ngomong langsung."
Ia menarik nafas dan menghembuskan nya perlahan. Zio yang memang punya pendengaran yang cukup tajam hanya menatap Lika dengan tatapan datar. Zio pun segera mengambil barang lainnya, tak memperdulikan apa yang masih di fikirkan gadis disebelahnya, nanti ketika mereka masuk, ia juga pasti akan tau. Zio pun menutup bagasi mobil tersebut berjalan mendahului Lika.
Kembali di tinggalkan.
Seperti anak ayam yang mengikuti induknya Lika terus berjalan dibelakang Zio karena ia tak tau kenapa mereka kesini? Apakah ingin belajar disini? Berbagai pertanyaan kembali muncul di kepala nya. Ketika pagar rumah ini sudah dibuka oleh Zio, terlihat halaman yang cukup luas dan banyak mainan yang tersusun di halaman ini, seperti ayunan, perosotan, rumah-rumahan, dan lainnya. Mungkin orang yang melihat sekilas akan berfikir ini TK karena banyak nya mainan tersebut, namun ketika melihat kembali papan nama yang terpasang baru tersadar ini adalah panti asuhan. Panti asuhan yang cukup nyaman, sejuk dengan pepohonan rindang di sekeliling pagar. Baru di halaman nya saja Lika sudah merasakan ketentraman. Saking asik nya memandangi sekeliling nya ia tak sadar sudah ditinggalkan jauh oleh Zio. Dari tempat nya berdiri sekarang ia mendengar kan suara anak-anak yang memanggil nama Zio. Ia pun berjalan masuk menuju pintu utama.
Seketika Lika terpanah melihat isi dari rumah ini, tak tampak seperti panti asuhan pada umumnya, tetapi seperti rumah biasa. Ia mengarahkan pandangannya ke ruang tamu dimana Zio yang tengah di kelilingi banyak anak kecil yang berbeda usia.
"Yeyeyeyeye kak Zio datang. "
"Kak Zio aku kangen."
"Kak Zio bawa apa?. "
Berbagai pertanyaan ditanyakan oleh anak-anak tersebut, Sedikit senyum muncul di bibir Lika, ia tak menyangka kalau Zio ternyata seperti ini, Sepertinya Zio suka anak kecil terbukti dari anak-anak disini yang tampak akrab sekali dengannya. Namun dari semua anak, ada satu anak kecil berbaju biru dengan gambar Doraemon yang berlari ke arah Lika dengan bola di tangan nya.
"Hai kakak cantik." Sapanya dengan senyuman yang lebar. Lika pun mensejajarkan tubuh nya dengan anak tersebut.
"Hai ganteng, namanya siapa?"
Dengan mata yang berbinar si anak pun menjawab.
"Namaku Dion kak."
"Wah nama yang bagus."
"Kalau kakak?."
"Dion bisa panggil kak Lika."
"Kakak cantik, Dion suka". Anak itu mengucapkan dengan senyum manis di bibirnya membuat Lika tak tahan untuk tertawa.
"Dion juga ganteng kok."
Mendengar celotehan Dion, anak-anak yang tadinya menatap Zio, beralih menatap gadis yang sedang mengobrol dengan Dion. Satu persatu dari mereka berjalan menghampiri Lika.
"Wahhh kakak cantik." Puji seorang anak perempuan berbaju hijau.
"Kakak pacar nya kak Zio ya?. " Sebuah pertanyaan mengagetkan pun keluar dari salah satu anak yang mengelilingi Lika. Namun, belum terjawab pertanyaan itu. Anak lainnya sudah berbicara dengan suara keras hingga anak-anak lainnya mengarahkan perhatian kepada nya.
"Aku tau aku tau."
"Kamu tau apa?."
"Kakak ini artis, aku sering lihat di tv."
"Benarkah?."
"Rumah kita ada artis."
Semua yang menyadari siapa Lika, bersorak gembira karena kedatangan seorang artis di panti ini. Biasanya yang datang hanya Zio dan keluarganya. Siapa sangka ternyata hari ini mereka kedatangan tamu yang tidak terduga.
Mendengar keributan seorang wanita paruh baya keluar dengan tergesa-gesa.
"Eh ada apa ini ribut-ribut?." Tanya wanita itu. Ia pun mengarahkan pandangan nya ke arah satu orang remaja yang masih dikerumuni anak-anak.
"Oalah bunda tau nih, ternyata ada kak Zio.., wah kak Zio bawa siapa nih, cantik nya." Wanita paruh baya itu menghampiri salah satu remaja yang dikelilingi anak-anak.
"Siapa ini?."
"Saya Lika bu."
"Cantik nya... Panggil saja saya bunda Via aja ya, karena disini semuanya panggil bunda."
"Pacar nya kak Zio bunda." Celetuk salah satu anak.
"Oh ya? eh ayo duduk dulu, baru kita lanjut ngobrol nya."
Mereka semua berjalan ke taman kecil untuk bermain yang ada di dalam rumah, Rumah ini tampak seperti rumah biasa pada umumnya, namun yang membedakan hanya terdapat banyak kamar dan mainan baik di halaman maupun di dalam rumah. Akan tetapi mainan tersusun rapi, mungkin anak-anak disini diajarkan untuk rapi dan segera mengemasi mainannya ketika sudah selesai.
Setelah meletakkan barang-barang yang mereka bawa Lika dan Zio dipersilahkan duduk di taman bermain anak-anak sedangkan bunda Via pergi ke dapur untuk membuat kan minuman.
Lika mengarahkan pandangan nya ke sekeliling taman ini, taman yang penuh dengan mainan anak-anak sama seperti di halaman depan, hanya saja tidak ada pohon melainkan bunga yang tersusun rapi tetapi tetap membuat kesan asri terasa.
Setelah lama saling berdiam, Lika mencoba untuk berbicara.
"Zio."
"Hm."
"Kenapa gue di ajak kesini?."
Untuk kedua kalinya belum sempat Zio menjawab, bunda Via sudah datang dengan membawa baki yang berisi minuman dan cemilan.
"Ini minuman nya, ayo nak Lika diminum, hanya seadanya saja ya."
"Makasih bunda."
Bunda Via pun duduk bersama dengan Zio dan Lika.
"Jadi benar kata anak-anak kalau kakak ini artis ya?."
"Ah iya benar bunda."
"Wah, bunda gak nyangka bisa kedatangan artis." Lika hanya tersenyum mendengarnya, ia juga bingung ingin menjawab apa.
"Ngomong-ngomong kamu pacar Zio ya?." Senyum menggoda tampak di wajah bunda Via, ia hanya penasaran, tak biasa nya Zio membawa seorang gadis kesini. Dan ya, ini pertama kalinya. Boleh kan ia menebak bahwa gadis ini pacarnya?.
"Ehh buk... ".
"Iya bunda."
Mata Lika membulat seketika mendengar jawaban Zio, Rasanya seperti terbakar diarea pipinya, ia tak menyangka Zio akan menjawab seperti itu, keberuntungan besar datang menghampiri nya hari ini, namun apa alasan nya Zio mengakui Lika sebagai pacar nya di depan bunda Via?. Terlalu banyak hal mengejutkan yang terlalu banyak hal mengejutkan terjadi hari ini. Ia bahagia mendapatkan keberuntungan hari ini namun rasanya seperti muncul berbagai teka-teki baru yang harus ia pecahkan.
"Pinter kamu Zio cari pacar, aduh cantik nya."
"Makasih bunda, bunda juga cantik kok, natural banget kayak masih muda banget gitu, atau kita masih seumuran ya bunda?." Karena ucapan Zio dan bunda Via pipinya bertambah merona. Ia segera mengalihkan pembicaraan.
"Kamu bisa aja Lika, bunda jadi malu." Karena merasa ia di acuhkan oleh kedua perempuan berbeda usia ini Zio pun berjalan menuju anak-anak yang sedang bermain, ia akan memberikan waktu untuk Lika mengenal tempat ini, seperti mulai dari berbicara dengan bunda Via, tampaknya juga mereka sudah mulai akrab.
Melihat Zio yang pergi menuju anak-anak yang sedang bermain. "Bunda aku boleh tanya?."
"Iya silakan."
"Anak-anak disini... "
"Bunda ngerti, kamu pasti berfikir kenapa bisa anak-anak ini tinggal dipanti ini kan."
Lika hanya mengangguk dan mendengar penjelasan lebih lanjut dari bunda Via. Sedikit penjelasan dari bunda Via sudah bisa menjelaskan bagaimana awal dari tempat ini.
Bunda Via adalah adik dari ayah Zio, bunda Via sendiri awalnya hidup sendiri dikarenakan suaminya meninggal karena sakit jantung dan mereka tidak di karuniai seorang anak. Hingga suatu ketika, di daerah ini di gempar kan oleh penemuan bayi di dalam kardus yang diletakkan begitu saja di depan masjid, bunda Via yang melihat nya secara langsung pun tersentuh dan merasa ingin merawat bayi malang tersebut. Bunda Via sendiri ingin rumahnya ramai oleh tawa anak-anak pun mengadopsi bayi tersebut dan diberi nama Mesya. Berawal dari satu anak, hingga kini total sudah ada sekitar 14 orang anak. Pertemuan bunda Via dengan 13 orang anak lainnya sama seperti ia bertemu dengan sinar. Bunda sendiri tidak ingin anak-anak disini diadopsi oleh siapapun, ia dengan senang hati menerima, namun tidak dengan memberikan anak-anak tersebut ke orang lain. Dengan bantuan keluarga Zio yang turut andil maka terbentuklah panti asuhan ini.
Mengapa panti asuhan ini seperti rumah pada umumnya? Karena ini adalah rumah bunda Via sendiri, ia merasa rumah nya cukup besar untuk ia tinggali sendiri, maka dari itu ia tidak menyewa atau pindah ke tempat lain, tetapi cukup sedikit merenovasi rumah nya. Mainan yang ada di rumah nya sendiri adalah sumbangan dari keluarga Zio. Kadang kala juga keluarga Zio ikut menyumbangkan dana untuk sekolah anak-anak yang ada di sini, Bunda Via pada awalnya menolak, namun karena Ibu Zio sendiri membujuknya akhirnya mereka pun bekerja sama mendirikan panti asuhan ini.
***