Chereads / Rewrite the Star / Chapter 10 - Rutinitas

Chapter 10 - Rutinitas

***

Tiba di lokasi syuting sudah ramai mobil-mobil yang terparkit, para kru juga sudah mulai berlalu lalang menyiapkan lokasi syuting. Beberapa artis lain nya juga tampak sudah hadir, setidak nya Lika bukan termasuk jajaran orang yang terlambat datang ke lokasi syuting. Lika pun berjalan ke arah kiri tempat di mana para artis dapat beristirahat ketika jeda syuting. Ruangan yang cukup luas dengan pendingin ruangan, sofa, dan kasur kecil. Di pojok ruangan tampak Lukas yang sedang bermain game di ponsel nya, terbukti dari posisi ponsel nya, Lika menyapa satu persatu orang yang ada di ruangan ini.

"Abang." Seperti nya Lukas terlalu fokus hingga tidak mendengarkan suara Lika, Ah tidak Lika melihat ada benda putih yang menempel di telinga Lukas, karena benda itu Lukas tidak mendengar ucapan nya.

"Percuma teriak engga bakalan kedengeran juga sama dia nya."

Lika pun mencubit kecil tangan Lukas seperti gigitan semut. Lukas yang tadi nya tampak fokus dan serius tiba-tiba berteriak kencang hingga membuat semua orang yang ada di ruangan tersebut melihat ke arah nya. Salah satu krus yang berada di dekat Lukas segara menghampiri nya.

"Ada apa Lukas?." Butuh beberapa detik untuk Lukas kembali menormalkan fikiran nya karena terkejut.

"Ah, engga ada apa-apa, aman kok aman." Setelah kru tersebut pergi, Lukas menolehkan pandangan nya ke arah samping kanan nya, telihat gadis yang tampak santai saja setelah mencubitnya.

"Ada apa sih pakai nyubit segala."

Lika yang tidak merasa bersalah hanya menggelengkan kepala sambil menahan tawa nya. Menjaili Lukas termasuk salah satu kegiatan Lika di lokasi syuting. Lukas tipikal orang yang tidak akan membalas walaupun sudah Lika jaili beberapa kali.

"Sakit tau, bisa kan panggil aja engga usah pake nyubit."

"Udah tadi, tapi engga ada sautan sama sekali."

"Masa sih, perasaan engga ada yang panggil dari tadi."

"Maka nya suara ini jangan terlalu kencang, lama-lama jadi budeg kalau suara nya kekencangan, nanti kakak aku engga mau lagi sama abang." Lika menarik airpods yang menempel di telinga Lukas.

"Ya ampun dek, jangan di doain yang jelek-jelek, doa itu yang bagus-bagus."

Lika tersenyum manis dengan muka polos seolah-olah tidak melakukan kesalahan apapun. "Ya maaf."

Seorang kru masuk ke ruangan. "Team, come on syuting mau kita mulai. Lukas, Lika, sudah hafal dialog hari ini?." Dengan semangat Lika menjawab "SUDAH DONG!!!." Dialog naskah hari ini adalah termasuk dialog yang paling Lika sukai. Lukas, Lika dan beberapa orang lain nya pun keluar dari ruangan tersebut menuju set lokasi syuting.

Terlihat beberapa kru sudah siap di tempat nya masing-masing, begitu juga dengan pak sutradara kita. For your information pak sutradara kita ini termasuk salah satu jajaran sutradara terkenal dengan predikat nya di beberapa film terkenal. Lika dan Lukas sendiri merasa sangat beruntung karena di beri kesempatan dapat membintangi film yang di adaptasi dari novel best seller ini. Pada awal nya banyak para fans novel ini yang tidak menyukai Lika sebagai pemeran utama dalam film ini, namun seiring berjalan nya waktu mereka pun mulai menerima Lika sebagai pemeran utama wanita karena akting Lika yang sangat totalitas, dan sangat mengambarkan karakter wanita yang ada di novel.

Film yang Lika bintangi sendiri menceritakan tentang seorang pria yang sudah sering di khianati oleh wanita hingga membuat nya harus bangkit berulang-ulang kembali. Mulai dari kembali menata hidup nya yang hancur berantakan hingga menjadi pribadi yang lebih baik lagi, hingga suatu ketika ia sedang berjalan-jalan ke suatu daerah untuk menghibur diri, disitu lah ia bertemu seorang wanita yang secara fisik mungkin tampak sempurna namun siapa sangka ternyata wanita tersebut menggunakan tongkat untuk berjalan. Ketika di perhatikan kembali ternyata wanita tersebut buta. Namun yang membuat sang pria sangat kagum kepada wanita tersebut adalah ia masih bisa mengajarkan banyak anak jalanan yang kebeterbasan biaya untuk bersekolah. Dan itu membuatnya tersentuh, di antara keterbatasan yang ia punya tetapi ia masih tetap menolong sesama nya. Sedikitt demi sedikit si pria mencoba mendekati sang wanita, hingga akhirnya ia bisa mengenal lebih jauh tentang si wanita tersebut.

Adegan pertama hari ini dimulai dari si pria yang mengikuti sang wanita untuk mengajar beberapa anak-anak di desa ini. Mereka jalan beriringan menuju tempat seperti pondopo yang terdapat beberapa meja panjang, papan tulis, dan buku-buku. Sembali di tuntun oleh si pria mereka jalan dengan penuh senyuman.

"Nah kita sudah sampai."

"Kenapa sepi sekali ya? Apakah anak-anak belum ada." Wanita tersebut merasa terheran mengapa ia tidak mendengar suara anak-anak yang ikut belajar bersama nya. Biasa nya ketika ia tiba di pondopo ini anak-anak sudah dalam formasi lengkap dan siap untuk menyerap ilmu yang di sampaikan.

"Seperti nya kita ke awalan." Pria tersebut pun menuntun si wanita untuk duduk.

"Apakah mereka masih bekerja?."

"Mereka? Anak-anak itu bekerja?."

"Iya, pagi-pagi sekali mereka bekerja untuk membantu kedua orang tua nya dahulu baru mereka akan ke pondopo ini."

"Bagaimana kamu bisa bertemu dengan anak-anak tersebut." Setelah mengetahui hal tersebut si pria jadi penasaran bagaimana kisah awal mereka bisa bertemu.

"Pada awal nya saya sedang berjalan untuk mebeli sayur, ketika tiba di sana saya mendengar bahwa yang melayani saya suara nya seperti anak kecil, ketika saya tanya umur nya berapa saya terkejut ternyata orang yang ada di depan saya masih lah anak-anak. Setelah selesai saya lebih memilih pulang, namun ketika sampai di rumah hati saya merasakan seperti teriris, anak sekecil itu sudah harus bekerja dan merelakan masa kecil nya untuk membantu orang tua nampa sempat merasakan bagaimana bangku sekolah." Setetes demi setetes air mata si wanita menetes membasahi pipi nya. Ia menarik nafas sebentar untuk menetralisir sesak di dada nya sebelum kembali melanjutkan cerita nya.

"Hari demi hari berlalu, saya duduk di teras rumah untuk berjemur dari kejauhan terdengar suara seseorang yang menjajakan kue, saya yang memang waktu itu belum sarapan pun memanggil nya ketika suara nya terdengar dekat dengan saya. Dan saya kembali terkejut ternyata yang berjualan adalah seorang anak kecil. Saya kembali berfikir, kenapa banyak sekali anak-anak disini yang tidak bersekolah, ketika saya tanya kan kepada pedagang kecil itu ia menjawab bahwa mereka tidak punya biaya untuk bersekolah. Mendengar itu sebuah ide terlintas di benak saya untuk memberikan ilmu bagi mereka yang tidak dapat merasakan bangku sekolah dengan gratis. Saya menyuruh pedagang kecil itu untuk mengumpulkan beberapa anak lain nya yang tidak bisa sekolah karena keterbatasan biaya. Hingga kini sudah ada 17 orang anak, mereka akan mulai berdatangan ke sini ketika sudah selesai membantu orang tua nya bekerja. Saya juga sempat terharu ketika para orang tua datang membuatkan saya makanan ketika say berulang tahun. Mereka bilang acara kecil-kecilan itu adalah ungkapan rasa terima kasih nya kepada saya."

"Kamu hebat, aku bangga padamu." Si pria menatap wanita yang ada di depan nya dengan mata yang penuh dengan kekaguman. Ia sungguh sangat kagum dengan wanita yang ada di depan nya ini. Walaupun memiliki keterbatasan ia tetap membantu orang-orang di sekitar nya. Dan ia merasa malu karena memiliki tubuh yang sehat tetapi belum bisa menjadi orang yang berguna untuk orang-orang disekitarnya.

"Cut!!!."

Adegan yang penuh emosi itu pun selesai. Beberapa kru mulai menghampiri Lika dan Lukas, ada yang memberikan tissue untuk Lika menghapus air mata, ada juga yang menata rambut Lukas sebelum memulai adengan penuh emosi berikut nya.

Adegan demi adegan penuh emosional Lika lakon kan hari ini. Dan itu cukup menguras tenaga nya. Sehingga ketika jam makan siang tiba Lika adalah orang yang paling semangat untuk menyantap hidangan yang sudah disediakan. Beruntung lah Lika yang sistem metabolisme yang tergolong cepat. Sebanyak apapun ia mengkonsumsi makanan, semua nya akan cepat keluar, hal itu lah yang menyebabkan bentuk tubuh nya tidak berubah.

"Gue suka ngeri liat lo makan deh ka." Salah satu lawan main Lika berkomentar mengenai porsi makanan yang Lika konsumsi.

Dengan mulut yang penuh Lika menjawab "Kenapa kak?." Lawan berbicara Lika memiliki umur 3 tahun lebih tua dari nya, oleh sebab itu ia memanggil nya dengan sebutan kak.

"Gimana engga ngeri ka, lo makan se jumbo itu, dan muat di pipi lo, sampai bikin kedua pipi jadi menggelembung, tetapi tetap aja bentuk tubuh engga naik."

Lika menelan semua yang ada di pipi nya dan meneguk setengah gelas air. "Faktor keturunan kali ya kak, bokap soal nya gitu juga, masa ya kak pernah gue makan banyak tapi malah berat badan gue jadi turun, apa mungkin karena gue ngeluarin nya 2 kali ya kak." Orang-orang yang mendengar penjelasan Lika pun tidak dapat menahan tawa nya.

***