Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 52 - Kejadian Tak Terduga

Chapter 52 - Kejadian Tak Terduga

--------------------

"Klop klop klop klop" kereta berjalan pelan, Hong yang duduk di dalam sangat nyaman hingga hampir saja tertidur, ia merapihkan rambutnya, juga pakaiannya, sudah lebih dari dua tahun tidak melihat paman Kaisarnya, apa orang tua itu masih seperti yang dulu? Dalam ingatan Hong kaisar itu memiliki pipi bulat dan merah seperti bakpao yang selalu memasang wajah tersenyum bagai Buddha tertawa di depannya, beliau sangat suka sekali mencubit pipinya, sangat sakit, Hong memegang pipinya, kenapa semua orang senang sekali mencubit pipinya?

Membosankan sekali, pikir Hong, walau perjalanan tidak jauh menuju istana tapi dengan kecepatan saat ini sepertinya akan menjadi lama sekali. Hong baru hendak menyibak jendela melihat keluar, sepertinya jalan di luar sudah tidak seramai tadi, sudah tidak ada suara orang di luar, apa mereka sudah mau tiba yah? hampir saja ia membuka kain jendela saat kereta tiba-tiba tergoncang hebat dan berhenti.

"Bruk buk!!" Hampir saja Hong terjungkal ke depan, kereta itu berhenti, tidak ada lagi suara lain.

"Eh paman Suang?" Hong perlahan bangun dari duduknya, tiba-tiba membuat ia takut, suasana yang terlalu tenang dan tidak ada suara lagi di depan kereta, ia menggapai tirai penutup kereta.

"Paman"

Tapi belum sempat membukanya sesuatu masuk dengan cepat dan berhenti tepat di depannya, mata Hong membelalak lebar, ia belum sempat berteriak saat sosok itu dengan cepat menotok jalan darahnya.

"Tap tap!"

..................

Kompetisi akan segera berakhir, sudah bisa ditebak siapa yang akan menjadi juara karena tiga besar sudah giat memperebutkan gelar juara, ada AYao, Tao, dan GuiSe yang tanpa diduga bisa mengalahkan SongEr di babak dua belas besar.

Fei keluar dari tempat duduknya, DaHuang mengikutinya.

"Tuan muda, apa yang anda pikirkan?" DaHuang seperti mengerti apa yang membuat Fei galau dan sejak tadi tidak tenang.

Fei mengikuti seorang pemuda yang cukup mencurigakan baginya, pemuda yang berasal dari klan Gagak Hitam yang mengendap ke arah istal kuda.

"DaHuang ayo"

Pemuda yang tak lain adalah PeiHua itu menaiki kudanya dan melesat cepat keluar pintu besar kediaman SangGuan, tanpa pikir panjang Fei mengikutinya.

"Tuan muda apa kita tidak seharusnya memberitahukan pada tuan dan nyonya dulu?" Tanya DaHuang mengikuti Fei.

Fei naik ke atas kudanya dan memacunya cepat, mau tidak mau DaHuang mengikutinya.

"Hiaaaa hiaaaa!!"

.......................

Sepanjang jalan yang ramai PeiHua memacu kudanya dengan kecepatan tinggi, begitu pula Fei dan DaHuang yang mengejar di belakangnya.

"Drap drap drap!!"

Kuda-kuda berpostur besar itu seakan bisa melawan angin, dengan cepat berputar di ujung jalan menuju ke arah hutan, Fei dan DaHuang mengikutinya.

"Tuan muda! Ini bukan arah ke istana, mungkin pemuda itu hanya akan pergi ke tempat tujuannya" seru DaHuang yang berada di atas kuda berkecepatan tinggi di samping FeiEr.

Fei menggeleng, entah kenapa firasatnya mengatakan hal sebaliknya, semua mungkin berhubungan dengan HongEr.

"Aku punya firasat buruk DaHuang, kita ikuti saja ia kemana, hiaaaa!!"

...................

Tak lama kemudian PeiHua berhenti di pinggir hutan, di mana sesuatu di depan mereka membuat Fei dan DaHuang membelalakkan matanya lebar.

"Tidak! Adik!" Seru Fei segera mengenali kereta dan orang-orang yang sudah terkapar di atas tanah.

Tanpa memperdulikan sekitarnya Fei meluncur turun bahkan sebelum kudanya berhenti.

"Hong!" Ia menghampiri kereta kuda yang sudah terciprat darah di sekitarnya, membuka tirai dan tidak menemukan Hong di mana-mana.

PeiHua tidak terkejut menyadari Fei dan DaHuang mengikutinya, tapi DaHuang langsung mengarahkan pedangnya ke leher PeiHua bahkan sebelum ia berdiri tegap.

"Sheett!"

Fei mendekati PeiHua cepat, amarahnya naik dengan seketika dan hendak menerjang PeiHua dengan sekuat tenaga, tapi ia menahan diri.

"Di mana HongEr? Di mana adikku!?"

PeiHua menelan ludahnya, melihat Fei dan DaHuang dengan mata besar.

"Aku juga mencarinya"

Fei menerjang ke depan PeiHua tapi pemuda itu dengan cepat menahan serangan Fei yang sangat cepat sudah menjatuhkan tubuhnya dan menahannya di atas tanah.

"Katakan di mana HongEr!"

......................

Malam tiba dengan cepat.

Suara burung malam, serigala liar, beberapa kodok kecil mengiringi setiap langkah perlahan tapal kuda berpostur besar yang menarik sebuah kereta tua.

"Klop klop klop klop"

Kereta itu sangat usang, hanya potongan kayu yang dijadikan satu dan ditutup dengan tirai usang dan atap jerami, layaknya pemiliknya adalah petani miskin yang tidak akan menjadi pusat perhatian karena sudah sangat biasa, dua pria bertubuh besar dengan topi caping di atas kereta yang berjalan santai menuju ke arah hutan, meninggalkan jalan ibukota.

Tubuh keduanya sangat besar, otot yang terlihat jelas di lengan tangan hingga betis mereka, pakaian layaknya petani biasanya, penuh lumpur di beberapa tempat, sepertinya benar sedang menggarap ladang, tapi, pantulan cahaya bulan mengenai benda mengkilap yang di taruh tak jauh di samping mereka, tampak seperti senjata tajam, walau terlihat seperti orang biasa tapi dua pria itu memiliki wajah bengis di bawah topi capingnya.

Di dalam kereta, dalam remang seseorang meringkuk tak bergerak, berpakaian merah, wajah putih bersih yang sempat kotor di beberapa tempat, mahkota kecil emas yang bersinar saat terpantul cahaya bulan yang menyelinap dari balik tirai lusuh, ia bergerak, agak meringis sedikit.

"Ekh" HongEr yang tak sadarkan diri di dalam kereta, mereka bahkan tidak mau pusing hingga tidak mengikat kaki dan tangannya, karena sepertinya pemuda itu tidak mungkin bisa melarikan diri, pikir dua pria yang sesekali melirik ke dalam kereta.

"He ini mudah sekali"

HongEr setengah sadar, ia mendengar sesuatu di sekitarnya, merasakan gerakan lamban di tempat ia berbaring, orang-orang itu mau membawanya kemana? Walau sesekali membuka matanya tapi tubuhnya lumpuh, mereka menotok jalan darahnya hingga ia tak bisa kemana-mana, sedikit gerakan pun tak bisa, kepalanya sakit, tubuhnya sakit, seperti semua benda begitu berat menindihnya hingga tak mampu bergerak.

"Pria tua itu menyuruh kita membawa anak ini ke luar kota, apa beliau ingin menikmati ia sendiri?" Suara berat salah satu orang, mungkin hanya dua orang karena tidak banyak suara di sana, pikir Hong.

"Jaga bicaramu, walau aneh begitu tapi sepertinya dia itu tidak mungkin menyukai anak laki-laki seperti ini, walau ia sangat menarik bagaimanapun"

Terdengar suara tertawa kecil.

"Hahaha aku tidak yakin, anak begini putih, mulus dan tubuh yang ramping seperti anak gadis, siapa yang tidak akan tertarik padanya, kalau tidak apalagi yang ia inginkan darinya, anak ini sepertinya juga bukan orang sangat hebat, mungkin hanya karena orang tuanya kaya dan terpandang tapi Orang tua itu sepertinya memiliki semua harta di dunia, tidak mungkin meminta tebusan khan?"

Terdengar suara tawa keduanya puas, tapi HongEr sudah tak bisa menahan diri, ia lelah, tubuhnya lemah dan tak bisa melawan hingga harus menyerah dan kembali tak sadarkan diri.

"Hahahaha"

-----------------------------