Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 53 - Penculikan Hong

Chapter 53 - Penculikan Hong

--------------------

Kediaman SangGuan ramai.

Kembang api dinyalakan begitu babak final selesai, musik dan tarian dari berbagai wilayah memenuhi aula Phoenix, semua orang bersenang-senang setelah acara berakhir dengan cukup sukses.

SangGuan JiuYe menerima ucapan selamat dari banyak pejabat yang hadir.

"Hehehe terima kasih semua sudah menyempatkan datang"

Sudah bisa diduga siapa yang muncul sebagai juaranya, AYao menempati juara satu, Tao juara dua, dan pemuda dari klan Bulan Merah GuiSe sebagai juara ketiga, semua mendapat hadiah sesuai dengan peringkat mereka masing-masing.

AYao hanya berdiri di samping TangYi dengan wajah datar minim ekpresi walau semua orang ingin memberinya selamat, yang repot justru TangYi yang tak henti mendapat hormat dan ucapan selamat.

"Selamat Yang Mulia, aYao berhasil mendapat juara pertama"

TangYi hanya menebar senyum tanpa henti kepada setiap tamu dan pejabat yang memberi selamat sedangkan AYao hanya berdiri santai, ini kenapa jadi ia yang sibuk? Gerutu TangYi dalam hati.

----------------------

SongEr yang meraih empat besar sempat kecewa, tapi setidaknya ia bangga pada dirinya sendiri, ia baru akan melangkah mendekati AYao saat mendengar namanya dipanggil.

"Song San KuaiTe!" Tidak ada yang tahu nama lengkapnya, selain orang itu, SongEr berusaha menghindar tapi beberapa orang yang baru datang sudah mendekati dan menahan tangannya.

"Ayah! Sedang apa ke sini?" Seru SongEr, itu Ayahandanya, ketua klan Pemburu Kepala TuKeTang.

"Anak ini, ayo pulang! Kau sudah terlalu lama di luar, ayo bawa dia pulang" seru ketua Tu pada anak buahnya.

SongEr berusaha melawan, ia bahkan belum bertemu Fei dan Hong untuk mengucapkan selamat tinggal, tapi dua orang itu menariknya keluar gerbang,

"Tidak, Ayah SongEr masih mau berpamitan sebentar, Ayah!"

Suaranya cukup keras hingga menarik perhatian orang yang ada di dalam gerbang, tapi ketua Tu melempar senyumnya.

"He"

----------------------

BaiHu dan TangYuan berdiri di dekat pintu, keduanya seakan tak sabar untuk pergi saat acara selesai.

"Sayang kau kenapa? Resah begitu?" Tanya BaiHu merangkul pundak TangYuan yang terus melihat ke arah pintu.

"Entahlah sayang, rasanya, ada sesuatu yang mengganjal di dada, sejak tadi tidak enak rasanya"

BaiHu ikut melirik ke arah gerbang, istrinya itu mungkin hanya khawatir pada HongEr karena ia tidak melihatnya selama beberapa jam dan sudah tidak sabar ingin menyusulnya, sebaiknya mengajak istrinya segera berpamitan dan pergi, tapi saat BaiHu mengangkat kepalanya kembali ke arah pintu, seseorang terburu-buru masuk melewati gerbang langsung menuju ke arahnya, DaHuang yang sebelum sempat mengambil napas sudah berhenti di depan BaiHu.

"Tuan besar! Tuan besar! Tuan Hong, tuan Hong"

Semua mata menoleh ke arahnya cepat, suaranya cukup keras hingga membuat semua mata termasuk TangYi menoleh.

"DaHuang ada apa? Di mana FeiEr?" Tanya BaiHu.

DaHuang melihat tuannya dengan mata besar, jantung TangYuan berdebar tidak karuan, nama HongEr disebut DaHuang dengan resah.

"Kenapa dengan HongEr ku?"

DaHuang melihat dua tuannya bergantian, menelan ludah bulat sementara semua orang melihat ke arahnya menunggu jawabannya.

"Heh heh heh"

......

Memasuki area hutan yang gelap dan sepi, hanya ada suara hewan malam yang terus bermunculan.

Di balik pohon besar tak jauh di depan sebuah jalan di mana kereta lusuh yang membawa Hong di dalamnya berhenti.

Fei dan satu lagi pemuda jongkok bersembunyi di balik pohon, akhirnya setelah mengikuti jejak kuda dari tempat menghilangnya HongEr mereka berhasil mengejar dua pria bertubuh besar berpakaian seperti petani yang berhenti sejenak di dekat pohon, Fei harus akui keahlian PeiHua dalam mengikuti jejak memang patut diberi penghargaan kalau tidak mereka mungkin belum menemukan jejak orang-orang itu.

Fei hendak maju bersiap dengan pedangnya tapi tangan PeiHua menahannya.

"Kau cari mati? Mereka adalah pemburu lepas terkenal Huai dan Tung Buaya dari Utara, keduanya terkenal memiliki ilmu beladiri kelas tinggi dan tak segan menghabisi musuhnya dengan kejam, kau tidak akan menang melawan mereka"

"Lalu? Akan diam saja? HongEr ada dalam kereta itu khan?" Bisik Fei.

PeiHua mengamati situasi sekitar, malam ini sepertinya dua orang itu memutuskan beristirahat di sana karena salah satu sudah menyiapkan api unggun.

"Kita masih punya waktu, semoga pengawalmu itu bisa membawa bantuan segera dan mengikuti jejak yang kita tinggalkan, kalau ingin selamat lebih baik menunggu bantuan"

Fei tahu itu, tapi setiap detik adiknya berada lebih lama di sana ia mungkin akan semakin berada dalam bahaya, Fei tidak bisa membiarkan itu, ia mengepalkan tangannya yang memegang LuKannya erat, menahan diri sebisanya.

........

PeiHua dan Fei yang duduk di balik pohon hampir tertidur saat melihat pergerakan musuh mereka, salah satu pria bertubuh besar, mungkin itu adalah Huai dari lukisan tato yang ada di sekitar wajah dan lehernya, ia melambai pada Tung dan bergegas menuju ke arah hutan, mungkin mencari tempat untuk melakukan aktivitas pembuangannya.

PeiHua menepuk pundak Fei, satunya lagi Tung tanpa menunggu lama masuk ke dalam kereta, Fei mulai gelisah, kereta itu begitu kecil, apa yang pria bertubuh besar itu hendak lakukan di dalam di mana ada HongEr di dalam.

"Aku akan mengikuti yang satunya, kita tidak bisa menunggu lebih lama" bisik PeiHua segera beranjak keluar, Fei mengangguk, ia juga mulai cemas karena pria itu belum keluar dari kereta sejak tadi.

Di dalam kereta.

Pria yang bernama Tung itu seorang pria dengan tubuh besar dan lengan yang keras, telapak tangan kasar penuh kapalan yang selalu memegang senjata tajam. Ia mengeringkan liur yang tanpa sadar keluar sejak tadi, ia membuka matanya dengan besar melihat setiap lekuk tubuh tak berdaya Hong yang yang tak sadarkan diri di depannya.

Hong terbaring tidak bergerak, kakinya yang panjang tersibak dari pakaiannya dan celana panjangnya, Tung makin tak bisa menahan diri melihat betis putih mulus yang ramping dan panjang itu.

"Oh mulusnya" dengan tangannya yang kasar ia meraba betis Hong dan menciumnya.

"Emmuah harum sekali"

Hong membuka matanya, merasakan keanehan saat pria itu terus merangkak di atas tubuhnya hingga membuka pakaian atasnya.

"Akh lepaskan" tapi ia lemah, mengangkat tangan pun tidak bisa, pria itu terus berusaha mencium leher dan dadanya.

"Anak manis, kau harum sekali, kulitmu halus sekali, ooh aku sudah lama tidak menikmati wanita cantik dan kau tidak berbeda dengan mereka ooh"

Hong berusaha melepaskan diri, ia harus bisa, hingga pria itu mulai mencium lehernya ia berteriak keras.

"Kakak!!"

------------------