Chereads / PONZ crew / Chapter 7 - [5] Surat Bergaris [2]

Chapter 7 - [5] Surat Bergaris [2]

"Tunjuk satu saja bintang digelapnya malam, dan semoga ia akan menjadi sinar terang di hati kita!"

_________________________

Beberapa saat kemudian aku dan Nita sudah mulai agak jauh meninggalkan jejak di depan ruko Tamik. Dan malam itu pun menjadi saksi awal betapa hatiku bahagia tak terkira, perasaan yang selama ini hanya menjadi sebuah angan angan akhirnya dikabulkan Tuhan untuk menjadi sebuah kenyataan. Benar benar nyata!

Sebuah rasa yang sering kali kuimpikan menjadi sebuah realita disebuah keniscayaan? Ya, kenapa? Karena dia adalah dambaan setiap pemuda yang pasti ingin sekali memikat hatinya. Dia adalah harapan dihati setiap remaja laki-laki yang sedang ingin diisi warna warni pelangi di masa muda.

"kok pelan knapa al? Bensin habis? " pertanyaan Nita membuka percakapan pertama diatas motor, dijok belakang saat aku mengurangi gas motor.

" nggak kok, masih penuh, tuh! " Nita menengok arah spido." la trus knapa kok pelan?" tanya dia lagi. Aku cuma senyum.

" aku suka gini! " jawab ku seolah cuek dengan rasa keinginan tahuan Nita. Hehehe.

" maksudnya? " Nita pastinya masih penasaran dengan jawabanku. Wajahnya diarahkan sedikit kesamping. Aku lagi tersenyum. Dia tak tahu.

" ya biar lama, gak cepet sampai, hahahaha! " jawab ku disambut cubitan kecil di pinggangku. Dan akupun tertawa bahagia.

Satu lagi fase hidup yang tergores indah di catatan perjalanan hidupku. Tertulis rapi dan kutanam dalam sanubari hati yang sedang bergelora oleh dorongan rasa suka pada seorang gadis ayu bermata indah hampir bundar dengan senyum di lesung pipinya itu.

"loh.. Kok lewat sini al..bukannya tambah jauh?" tanya Nita yang melihatku mengambil arah jalan yang agak memutar, lebih jauh dari rute biasanya yang dia lewati.

Aku cuma senyum tanpa melihatnya mendengar protes Nita.

"gapapa jauh, asal hati Kita dekat..! " Aku senyum tipis sambil melihat kesamping, wajah Nita hampir menyentuh wajah ku. Sepertinya dia juga gak masalah aku lewatkan rute lain. Buktinya Nita gak teriak minta tolong atau menangis. Hehehe

Plaaakkk!!!!

Nita melihatku yang menampar pipiku, sontak dia terkejut seraya sedetik kemudian Nita sedikit menarik tubuh ke belakang. Aku cuma menoleh sebentar.

" kenapa?? " Tanya Nita sambil melongokan kepalanya di samping wajahku.

" gak, cuma mo mastiin aja aku gak sedang mimpi! " jawabku tersenyum sambil sedikit menahan panas dipipi.

" ohh.. " Nita pun tak bisa menahan senyumnya dia menutup mulutnya dengan dua tangan tapi aku tahu kali ini karna aku sempat melihat kebelakang sebentar.

" aku seneng Nita.. Bisa nganter kamu.. Ini pertama buatku! " ucap ku selanjutnya.

" iya..aku juga al " ucap Nita yang semakin membuatku lebih tenang dari hati yang dari tadi bergejolak.

" semoga bukan yang terakhir..! " imbuhku. Nita sepertinya mendengar. Dan aku yakin dia tersenyum meski hanya dalam hati. " kamu bisa aja al" balasnya sesaat kemudian.

Selanjutnya aku dan Nita memilih diam, tak banyak bicara, aku takut akan merusak suasana malam itu. Aku gak mau percakapan kita selanjutnya akan menyakiti hati Nita, meski ada sesuatu yang ingin kutanyakan. Akhirnya akupun memilih menikmati kebersamaan itu dengan merasakan hembusan angin malam yang menyejukkan hatiku yang sedang berdegup lebih berat, seolah menahan sesuatu yang aku sendiri tak tahu pasti itu apa.

_____

Motor ku baru saja melewati gapura arah rumah Nita ketika sesaat kemudian aku melihat dari jauh ada sebuah motor parkir depan pagar, cahaya tak begitu terang didepan jalan rumahnya . Seseorang nampak baru saja keluar dari pintu pagar ke arah motornya. Cowok!

Semakin dekat aku mulai mengenalinya, yahh pernah beberapa kali melihat nya disekolah dan dikelasku.

"Ngapain dia dirumah Nita ? " tanya ku dalam hati saat motorku sudah didepan rumah Nita, akan berhenti.

darimana??" tanya Antok sambil melihat Nita yang baru aja turun dari boncenganku. Yah, dia Antok. Pemuda yang beberapa hari lalu pernah menitipkan surat pada Nita.

"rumah Tamik,. Dia ulang tahun! " jawab Nita sambil melepaskan helm dan masih membawanya didepan.

" iya mas! " tambah ku berusaha mengalihkan tatapan mata Antok pada Nita terlihat rikuh mendapatkan pertanyaan dari Antok.

Antok sesaat melihatku , lalu melihat ke arah Nita lagi.

"aku nunggu dari tadi sama ibu mu... Ya udah aku pulang dulu! " pungkas Antok seraya berjalan menuju motornya . Memakai helm dan berlalu. Pasti nya agak jengkel dia. Aku tak menghiraukan. Aku cuma peduli sama Nita.

Ibu baru saja keluar dari pintu teras rumah dan berdiri melihat aku dan Nita yang masih berdiri didepan rumah.

"masuk aja, jangan didepan udah malam Nita! "suara ibu menyuruh kami masuk. Nita melihat ke arah ibunya sebentar." bentar kok bu! " balas Nita.

Aku juga melihat ibu Nita yang sedikit senyum. "iya bu, mau pulang sekalian udah malam." jawab ku sopan.

Ibu Nita pun kemudian berlalu masuk rumah setelah mendengar jawaban ku, membiarkan aku dan Nita yang masih berdiri didepan pagar rumahnya.

Aku menatap Nita yang berdiri didepanku. Dan sesaat waktu itu seperti berhenti, terasa lama dan menegangkan. Sekitarku sepertinya sunyi sekali, hanya ada aku dan degupan jantungku.

"Nita...!!" mataku tepat menatapnya.

" apa al..? " Nita berusaha membalas tatapan mataku.

" Inilah waktunya! " dalam hatiku berkata jantungku semakin kencang berdetak . Hampir tak terkendali.

Tubuh terasa semakin hangat tapi tanganku terasa dingin. Aneh.

Keringat dingin sepertinya mulai melewati pori pori kulitku.

Aku memasukkan tangan kesaku celana depan . Mengambil lipatan sesuatu. Melihatnya sebentar lalu,

"ini, baca nanti ya. Jangan sekarang!! " Aku berikan pada Nita sebuah lipatan kertas tulis yang kusobek dari buku tanpa amplop.

" apa ini? " tanya Nita sambil menerima kertas itu dari tanganku.

" titipan " jawabku.

" dari....?" tanya dia lagi sambil sedikit mengangkat alis mata.

" hatiku,!!, Bacalah kalo kau mau, enggak juga gapapa, kan cuma titipan, yang penting udah kusampaikan " Aku tersenyum menatap matanya. Nita pun sama.

Nita masih melihat membolak balik lipatan kertas yang kini sudah dipegangnya dan akan dimasukkan tas kecil dibahunya.

" assalamualaikum Nita...! " aku pamit. Nita melebarkan bibirnya, tersenyum." ati ati ya al!" tatapan matanya seperti ingin menahanku, tapi tak mungkin, hari telah larut dan ibunya sudah menunggu didalam. Aku gak mau malam ini membuat kesan yang buruk bagi orang tua Nita.

Sedikit menahan diri.

"ya nita, makasih " beranjak ke motor, memakai helm putih dan beranjak dari tempat itu.

Dari spion motor Totok yang ku naiki aku melihat Nita masih berdiri dan melihatku yang perlahan berlalu mulai menghilang dibelokan batas Gapura dekat rumahnya.

Sebuah perasaan lega, nyaman dan damai begitu kurasakan setelah melewati batas gapura dan tubuh Nita tak lagi terlihat olehku malam itu. Betapa diawal tubuhku harus bergelut dengan perasaan yang tak menentu hanya untuk bisa memberikan sebuah kalimat yang kutuliskan dalam selembar kertas bergaris.

_____________________________________________

" titip ya Nita..

Cuma selembar kertas putih bergaris,. Disitu

kutitipkan hati, perasaan, dan cinta.

Semoga kau sudi memelihara nya.

Tolong dijaga"

Dikamar Aldo -1992

_____________________________________________

09112o