Kris tersenyum miris mendengar ucapan Dya" Aku tahu aku bukan yang baik tapi satu hal yang harus selalu kau ingat aku juga hanyalah manusia biasa yang ingin merasakan kebahagiaan, aku tidaklah merampas ataupun mengambil milik orang lain aku hanya berusaha mengambil kembali apa yang memang harusnya menjadi milikku. Tapi aku tahu apapun yang akan ku katakan saat ini benar ataupun salah maka tak ada bedanya bagimu karena di matamu aku akan selalu salah." Kris berkata lirih penuh kekecewaan lalu melepaskan pelukannya kemudian berjalan kehadapan Dya dan mengecup kening sang istri sebelum akhirnya berlalu dengan tatapan terluka yang sangat kentara. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, langkahnya kembali terhenti " Jangan terlalu lama berada di tempat ini karena sebentar lagi matahari akan semakin terik dan itu tidak baik untuk kesehatanmu." Ujar Kris kemudian kembali melangkah meninggalkan Dya membawa luka dan kekecewaan di hatinya.
Dya berjalan mondar mandir di dalam kamarnya berharap rasa lelah akan membuatnya mengantuk. Namun sudah lebih dari satu jam ia mengitari kamarnya tapi rasa kantuk itu tak juga datang menyapanya . Dengan perasaan jengkel ia kembali ke tempat tidurnya kemudian menyalakan tv dan menyetelnya ke program yang sekiranya dapat membuat rasa kantuknya bisa segera hadir namun lagi-lagi ia gagal. Malam semakin larut namun tak sedikitpun mata Dya bisa terpejam kilasan peristiwa pagi tadi dan tatapan sendu serta terluka Kris membayangi harinya ditambah lagi sampai saat ini pria justru tak tahu pergi kemana. "Arrrggghhh sial ada apa denganku mengapa ekspresi kekecewaannya sangat menggangguku." Dongkolnya sambil menghentakkan kakinya di atas tempat tidur dan mengacak rambutnya sendiri penuh rasa frustasi.
Masih dengan perasa dongkol dan frustasinya Dya segera beranjak dari tempat tidurnya "Sial di mana pria itu, apasih maunya mengapa aku sangat benci melihat kekecewaan di wajahnya itu. Awas saja dia kalau sampai bertemu aku benar-benar akan memberinya pelajaran agar tak lagi mengganggu hidupku." Geram Dya kemudian berlari meninggalkan kamarnya untuk mencari orang yang membuatnya tak bisa memejamkan mata.
"Aish..benar-benar brengsek tidak tahu diri tunggu saja aku pasti akan mem.." Ucapan dan langkah Dya terhenti saat tatapannya bersibobrok dengan iris sehitam malam itu. Setelah lama saling menatap akhirnya Kris yang lebih dulu membuang tatapannya dan berlalu meninggalkan Dya yang masih termangu di atas tangga, namun baru beberapa langkah Kris kembali berbalik dan mendekati Dya yang masih membisu tak tahu harus bagaimana.
"Ckck, apa yang kau lakukan dan kau akan kemana tanpa alas kaki seperti ini?" Tanya Kris saat ia telah berada tepat dihadapan Dya.
"A..anu aku akan ke dapur mengambil minum." Jawab Dya gelagapan. Mendengar Dya yang menjawab gelagapan membuat Kris mengernyitkan alisnya. "I…iya aku ingin ke dapur mengambil minum ulangnya kemudian berlalu meninggalkan Kris, namun baru saja ia melangkah tiba-tiba tubuhnya sudah melayang dan membuat Dya memekik karena terkejut dan secara refleks mengalungkan tangannya di leher sang suami.
"Jangan keluyuran di tengah malam seperti ini tanpa alas kakimu karena di sini udara sangat dingin, aku tidak ingin kau sakit hanya karena kecerobohanmu ini. Lagipula bukankah di kamar sudah disediakan air?" Kris bertanya dengan ekspresi datar sambil terus melangkah ke kamar sambil menggendong Dya ala bridal.
Setelah tiba di dalam kamar Kris segera menurunkan Dya sejenak tatapan mereka bertemu dan membuat Dya kembali terpaku menatap iris hitam itu dan tanpa sadar tatapan Dya turun ke bibir penuh Kris yang terlihat begitu menggoda. "Entah sudah berapa banyak wanita yang sudah pernah terlena karena bibir ini." Gumam Dya tanpa sadar.
"Apa katamu barusan?"
"Ha…apa? Aku tak mengatakan apa-apa!" Kelit Dya kemudian segera berlari ke ranjang dan berbaring sambil menutup tubuh hingga wajahnya dengan selimut.
"Hei sweet heart tunggu dulu aku tahu tadi kau mengatakan sesuatu." Kris menyusul Dya naik ke atas ranjang dan menarik selimut yang menutupi wajah Dya. Sebuah senyum bahagia tercipta di bibirnya. Dia bukan tidak mendengar apa yang secara tidak sengaja di digumamkan oleh sang istri namun ia hanya ingin menggoda istrinya itu. Setitik harapan tercipta di hatinya semoga ini adalah awal yang baik untuk rumah tangga mereka. Sementara itu Dya yang tersadar akan ucapannya tadi sedang merutuki kebodohannya dibalik selimut.
Jam menunjukkan pukul 02.00 pagi namun Kris belum dapat memejamkan matanya ia benar-benar sudah seperti orang yang tidak waras sejak tadi hanya tersenyum sendiri mengingat ucapan sang istri. Secara perlahan ditariknya kembali selimut yang sejak tadi dipertahankan oleh sang istri untuk menutupi wajahnya. Karena Dya sudah benar-benar terbuai di alam mimpi maka tak ada lagi perlawanan darinya. Kris berbaring menyamping menghadap sang istri dan menopang kepalanya dengan salah satu tangan kemudian tangannya yang lain memindahkan beberapa helaian rambut nakal yang menutupi wajah cantik sang istri. Sekali lagi Kris tersenyum hatinya membuncah bahagia. Dengan perlahan dikecupnya kening sang istri dengan segenap rasa cintanya "Selamat tidur sweet heart.., selalu bahagia, jangan lupa mimpikan aku dan I love you sejak dulu, sekarang dan selamanya." Bisiknya sambil menarik sang istri ke dalam pelukannya dan ikut menyusul sang cinta ke alam mimpi.
Subuh menjelang Dya terbangun saat sayup-sayup suara jam weker di atas nakas berbunyi. Dya menatap sekelilingnya masih tampak sunyi saat akan bangun tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang berat sedang melingkari perutnya dan betapa terkejutnya ia saat berbalik ternyata Kris sedang memeluk perutnya. Seketika jantungnya terasa berpacu tanpa bisa dikendalikan ia benar-benar seperti orang yang sedang berlari marathon dan itu sangat tidak baik untuk dirinya. Dengan perlahan ia melepaskan tangan yang sedang melingkari perutnya dan berharap agar sang empunya tidak akan terbangun, bagaimanapun ia masih sangat malu jika mengingat kebodohan yang semalam ia lakukan dan ia sama sekali belum siap bertatapan langsung dengan seseorang yang dengan lancangnya membuat ia berolahraga jantung subuh-subuh.
"Ada apa? Kau akan kemana?" Tanya Kris dengan suara serak khas bangun tidurnya ketika merasakan pergerakan Dya.
"Eh anu maaf kalau membuatmu terbangun aku hanya ingin shalat subuh saja, lanjutkan saja tidur mu." Dya berkata sambil berdiri di sisi ranjang.
"Ya sudah kalau begitu kita sama-sama saja."
"Apa?" Tanya Dya tak percaya.
Kris mengernyitkan alisnya tak mengerti pertanyaan Dya. "K..kau juga ingin shalat?" Tanya Dya seakan mengerti kebingungan Kris.
"Iya memangnya kenapa? Gak boleh?" Tanya Kris semakin tak mengerti.
"B..bukan begitu tapi kan..? Dya tampak bingung.
"Ada apa sweet heart ayo cepat bersiap sebentar lagi waktu subuh akan lewat." Peringat Kris.
Mengabaikan semua kebingungan dan rasa penasarannya Dya segera beranjak dan bersiap-siap melaksakan kewajibannya sebagai umat muslim. "Tunggu aku kita akan shalat bersama dan tolong siapkan juga perlengkapan untukku ada di lemari itu." Ucap Kris sambil menunjuk lemari tempat dimana perlengkapan yang dimaksud berada. Setelah bersiap-siap mereka pun melaksanakan shalat dengan khusuk mengesampingkan segala perasaan keduniawian mereka meski pun hanya untuk sejenak.