"Apa yang dikatakan Bryan memang benar." Dani membenarkan ucapan Bryan. "Tidak perlu merasa heran kenapa mereka berubah, hal itu terjadi karena pemuda sakit mental itu kini sudah sembuh dan menjadi salah satu pengusaha yang sangat disegani di beberapa Negara baik di Asia maupun Eropa." Sambung Dani sedikit ragu.
"Jadi ujung-ujung dari semua itu hanyalah harta dan tahta?" Tanya Irwan.
"Yap." Jawab Dani mantap.
"Mereka boleh ambil pria itu karena aku yakin Dya juga pasti tidak akan mau menikah dengan seseorang yang belum ia kenal. Lagi pula kan tidak lama lagi Dya akan menikah denganmu Dan." Irwan berujar santai.
"Tidak akan semudah itu Wan… seperti yang sudah aku jelaskan tadi pria itu sudah terobsesi, ia menganggap Dya sebagai miliknya terutama karena dirinya sudah bertemu langsung dengan Dya dan itu membuatnya semakin terobsesi. Bahkan beberapa hari yang lalu ia rela terbang jauh ke Negara ini hanya untuk menjemput Dya beruntung saat itu anak buahku berhasil menghadang mereka dan anak buahku yang lain datang menjemput kalian meski sedikit terlambat."
"Jadi maksudmu??"
"Iya dad saat hari di mana aku menghubungi daddy, saat itu aku baru tahu kalau si gila itu juga ada di Negara ini untuk menjemput Dya."
"Apa maksudmu si gila, apakah kau tahu siapa pemuda itu Dani?" Tanya Sam penasaran.
"Iya dad dan bukan hanya aku yang mengenalnya tapi seluruh keluarga kita mengenalnya,,"
"Jangan-jangan…" Ucapan Sam terhenti kemudian ia menatap ke putranya itu dan berharap kalau dugaannya salah.
"No dad dugaan daddy memang benar pemuda itu adalah Kristian Greco."
Mendengar nama tersebut mata Bryan terbelalak tak percaya, Sam terdiam tak bisa mengucapkan apapun sementara Irwan dan Arman saling saling pandang tak mengerti.
"Wah sepertinya lawan kita benar-benar akan membuat kita kesulitan tapi demi melindungi keluarga yang kita cintai apapun pasti akan kita lakukan." Kata Bryan membuat Irwan dan Arman semakin bingung.
"Maaf jika aku menyela tapi tak bisakah salah satu dari kalian menjelaskan siapa itu Kristian Greco?" Tanya Arman dengan muka bodohnya.
"Kristian Greco merupakan salah satu pengusaha muda yang saat ini sangat disegani di kalangan para pebisnis di beberapa Negara baik di Asia maupun Eropa dan untuk dunia bawah atau dunia para mafia ia merupakan sosok yang sangat ditakuti karena kesombongan, sewenang-wenang dan tidak kenal ampun. Ia akan menghancurkan atau menghabisi seseorang yang dianggap menentangnya tanpa meninggalkan jejak. Huft….. Sam menjeda ucapannya. Selain itu ia juga merupakan sepupu dari Dani sendiri.." Sambungnya..
"Malang nian nasibmu kak harus diperebutkan oleh dua pria sakit mental." Celutuk Arman yang dihadiahi tatapan tidak suka oleh Dani namun membuat Sam, Bryan dan Irwan tidak dapat menahan senyum.
"Upsss..sorry bro keceplosan," Ucapnya sambil mengumpati kebodohannya sendiri.
Cukup lama mereka terdiam tanpa ada seorang pun yang berbicara, mencoba mencari jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi. "Kalau menurut aku sebaiknya Dani dan Dya harus segera menikah mungkin dengan begitu Dani bisa fokus melindungi Dya. Sedangkan untuk anggota keluarga yang lain untuk sementara ini biarlah mereka ikut denganku ke Itali karena setidaknya di sana aku bisa melindungi mereka meskipun itu tidak akan menjamin kalau ia tidak akan berbuat lebih gila. Namun satu hal yang bisa dipastikan ia akan fokus mencari cara untuk merebut Dya." Ucap Bryan menyuarakan idenya.
"Aku juga setuju kalau aku dan Dya harus segera menikah karena aku tahu pasti Kris tidak akan tinggal diam dan saat ini ia pasti sudah tahu kalau Dya adalah milikku. Aku yakin saat ini ia sedang merencanakan berbagai cara curang untuk mendapatkan Dya. Tapi mengenai membawa anggota keluarga yang lain ke Itali menurutku itu bukan ide yang bagus karena ia pasti sudah tahu tentang dirimu dan ia akan menggunakan kalian sebagai senjata untuk memisahkan aku dan Dya."
"Daddy setuju denganmu Dan, kalian tidak bisa kembali ke Itali karena itu akan memudahkan mereka memecah belah kita.
Setelah mendengar pendapat Sam ayah Dani mereka kembali terdiam mencoba berpikir dan mencari solusi yang terbaik yang dapat mereka ambil. Cukup lama mereka terdiam tanpa seorang pun yang bersuara.
"Kalau begitu kapan rencananya Dya dan Dani kita nikahkan?" Tanya Irwan memecah kesunyian diantara mereka.
"Kalau tak ada aral melintang tiga hari lagi dan aku berharap dalam kurun waktu tersebut mohon maaf bila kalian tidak ada yang bebas berkeliaran." Tegas Dani.
"Huft….." Semua yang berada di ruangan tersebut menghela nafas berat.
"Apakah harus seperti itu?" Tanya Bryan sedikit keberatan.
"Maafkan aku, tapi sayangnya memang harus seperti ini. Bahkan untuk para wanita aku mohon jangan ada yang meninggalkan tempat ini jika memang tak ada yang mendesak, untuk sementara waktu semua itu demi keamanan mereka juga terutama Dya."
"Aku tidak yakin kalau para wanita akan menerimanya, kau tahu sendiri bagaimana kepala batunya para wanita di keluarga Kusuma." Ujar Irwan dengan wajah yang sulit diartikan.
"Benar kata kak Irwan dan terutama Dya." Sambung Bryan sedikit putus asa.
"Kau pasti tahu kalau mommy mu paling tidak bisa kalau harus terkurung seharian di dalam rumah. Aku harap kau juga tidak melupakan fakta itu Dani!" Peringat Sam ayah Dani.
"Argh…..kenapa bisa runyam sih. Aku mohon pada kalian semua tolong kalian yakinkan para wanita itu. Kalau mengenai Dya biarlah itu menjadi urusanku begitu pun denganmu dad. Bagaimana pun ini semua demi keamanan dan keselamatan kita semua." Mohon Dani dengan frustasi.
"Baiklah akan kami usahakan." Ucap mereka bersamaan sebelum akhirnya meninggalkan Dani
dengan sekelumit masalah yang tak juga menemukan solusi.
Setelah perdebatan panjang bersama para para pria akhirnya dicapai kesepakatan selama menjelang pernikahan para wanita dilarang meninggalkan tempat persembunyian mereka saat ini. Bahkan untuk pernikahan Dani dan Dya pun akan dilaksanakan di tempat tersebut. Untuk membunuh kebosanan para wanita boleh memasuki perpustakaan ataupun berjalan-jalan di taman yang memang ada di tempat itu, dengan pengawalan yang super ketat. Begitu pula yang sedang di lakukan oleh Dya. Sejujurnya ia merasa sangat tidak nyaman dengan semua ini. Saat ini Dya sedan menikmati pemandangan tak jauh dari tempatnya duduk saat ini beberapa orang berseragam hitam sedang tampak sedang berjaga dan selalu waspada.
"Hm…."Dya menarik nafasnya berat. Semua ini benar-benar terasa mencekik.Berulang kali ia sudah melakukan protes namun semuanya sia-sia. Lagi pula siapa yang bisa berdebat dengan Dani. Saking asyiknya menikmati pemandangan dan bergelut dengan pemikirannya sendiri hingga ia tidak menyadari kalau dirinya berada di dalam bahaya sampai seseorang membekap mulut dan hidungnya dengan sapu tangan yang beraroma menyengat dan akhirnya ia pun jatuh tidak sadarkan diri.
@@@