Dya membuka matanya dengan perlahan, kepalanya terasa sangat pusing karena menangis. Ditatapnya ruangan tempat ia berada saat ini terlihat berbeda dengan kamarnya hingga tersentak kala mengingat sesuatu dengan segera ia bangun dan berdiri tapi tiba-tiba ia oleng dan nyaris saja terjatuh beruntung sebuah lengan kekar dengan sigap menangkapnya."Hati-hati sweety," Kata sang empunya lengan.
Dya berbalik dan melihat orang yang menolongnya seketika air matanya kembali jatuh dipeluknya pemuda yang sangat ia rindukan itu air matanya terus berderai. "Kau baik-baik saja kan? Apa yang sakit?" Tanyanya sambil memeriksa keadaaan Dani.
Melihat hal itu Dani merasa bersalah namun bahagia karena ternyata dibalik sikap dingin dan ketusnya Dya masih perduli padanya. Diraihnya kembali gadis itu ke dalam pelukannya lalu dikecupnya pucuk kepala gadisnya itu. "Hei sweety aku baik-baik saja," Bisiknya menenangkan Dya yang masih sesegukan. Setelah Dya lebih tenang Dani segera membawa Dya duduk pada sebuah kursi yang ada di kamar itu lalu ia mengambil nampan yang berisi makanan yang entah sejak kapan sudah berada di atas nakas. "Sweety sejak pagi kau belum makan sebaiknya kau makan dulu, aku tidak ingin kau sakit hanya karena terlambat makan." Dani berucap sambil memberikan sesuap nasi beserta lauk kepada Dya.
Baru sesuap makanan yang masuk ke dalam mulutnya Dya mengernyitkan alisnya menyadari sesuatu, matanya mulai memindai seisi kamar lalu tiba-tiba Dya melompat dan langsung berdiri, "Ini di mana?" Tanya Dya. Huft….Dani menghela nafasnya dalam kemudian berjalan mendekati Dya yang menatapnya penuh tanya. "Kau sedang berada di mansion kita sweety, apa kau tidak ingat dengan dekorasinya padahal kan aku sama sekali tidak mengubahnya." Jawab Dani sambil memegang kedua pundak Dya.
Seketika mata Dya membola mendengar jawaban Dani yang santai ,"Apa? Bagaimana mungkin aku bisa berada di sini padahal kan tadi aku berada di apartemenku?" Tanya Dya tak percaya.
"Aku yang membawamu kemari saat kau tertidur tadi sweety, melihat tidurmu yang nyenyak aku tidak tega membangunkanmu jadi aku gendong saja kau ke mobil begitu juga saat kita sudah tiba tadi." Jawab Dani dengan tersenyum dan wajah tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Dani....kau sudah gila yah?"
"Ada apa sweety, jangan suka teriak-teriak nanti para pelayan mengira kita berbuat sesuatu yang …" Dani tak melanjutkan ucapannya namun sebuah seringai dan alis yang dipermainkan naik turun oleh Dani membuat seketika wajah Dya merona.
"Dasar mesum..." Ucap Dya mengalihkan wajahnya untuk menyembunyikan seburat merah yang ada di pipinya.
"Lho memangnya aku bilang apa kenapa kau mengatakan aku mesum padahal kan aku tidak mengatakakn sesuatu yang aneh lho." Goda Dani sambil kembali berdiri di hadapan Dya.
"Tahu ah pokoknya aku ingin pulang ke apartemen ku." Kata Dya dengan seburat merah di pipinya.
"Tidak sweety. Kau tidak akan kemana-mana, kau akan tetap berada di sini bersamaku, lagi pula semua barangmu sudah dipindahkan ke mansion ini dan asistenmu Juli aku sudah minta ia mengatur ulang semua jadwalmu dan disesuaikan dengan jadwalku jadi kau hanya boleh keluar disaat bersamaku atau kalau aku tidak bisa menemanimu maka Jack beserta beberapa orang bodyguard yang akan menemanimu." Tegas Dani kemudian kembali menarik Dya untuk duduk di kursi dan kembali menyuapi Dya.
Mata Dya membola, mulutnya terbuka tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dan hal itu dimanfaatkan Dani dengan menyuapi Dya dengan makanannya. Mau tidak mau Dya mengunyah makanan itu. Tak ada kata yang bisa terucap ia hanya bisa menggeleng tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. "Kau pasti bercanda kan?" Akhirnya kata itu terucap setelah beberapa saat ia terdiam. "Tidak, aku sama sekali tidak bercanda mulai sekarang kau akan selalu ada di sisiku kemanapun kau akan pergi atau apapun jadwalmu dan siapa yang akan kau temui aku harus tahu serta akan ada orang-orang yang akan selalu mengawalmu." Tegas Dani.
"Kau.."
"Tidak ada bantahan sweety bulan depan kita nikah malam ini kita akan ke mansion mom dan dad untuk meminta restu mereka sekaligus meminta mereka untuk segera menemui bunda dan adik-adikmu guna membicarakan pernikahan kita."
Sekali lagi mata Dya membola otaknya seketika beku tak bisa berpikir ataupun berbicara akibat pernyataan paling gila menurutnya yang baru saja di dengarnya. Dya terlalu shok dan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Bahkan perutnya yang baru berisi beberapa sendok makanan padahal ia belum makan sejak pagi tiba-tiba terasa sangat kenyang. Dani menatap Dya yang tampak shok segera menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "Maafkan aku kalau mengambil keputusan ini tanpa bicara denganmu sweety, aku hanya tidak ingin kau hilang dan pergi lagi dari sisiku. Aku tahu aku terlalu egois tapi apa yang bisa kulakukan aku terlalu mencintaimu dan tak ingin siapapun mengambilmu dariku." Ucapnya sambil memeluk dan mengecup pucuk kepala gadisnya itu.
Dya yang kini berada di dalam pelukan Dani tak bisa mengucapkan apa-apa, ia hanya bisa diam dan mencerna semua ini serta meyakinkan dirinya bahwa saat ini ia sedang tidak bermimpi. Terjadi pertentangan besar di dalam dirinya pikirannya menyuruh ia untuk menolak namun hati kecilnya berkata lain. "Kau benar-benar membuatku tak bisa berkata apapun Dani, kau membuatku tidak mampu berpikir. Kau benar-benar orang yang sangat egois, seharusnya aku membencimu, kau telah melukaiku tapi aku memang bodoh karena masih saja mencintaimu." Ucap Dya yang masih berada di dalam pelukan Dani. Sebuah senyum miris tercipta di bibir Dani, "Aku tahu sweety , bahkan sangat tahu bagaimana egois dan bodohnya aku karena melukaimu. Namun satu hal yang harus kau tahu, hal itulah yang menjadi penyesalan terbesar di dalam hidupku. Aku mohon ijinkan aku memperbaiki kesalahan itu, beri aku kesempatan kedua untuk mengembalikan senyum di wajahmu yang selama ini hilang karena kesalahanku. Dan ijinkan aku melindungimu dan juga keluargamu yang seharusnya kulindungi sejak dua tahun yang lalu.
Mendengar ucapan Dani seketika air mata Dya jatuh membasahi pipi dan baju yang digunakan Dani. Dani semakin merengkuh gadisnya itu membiarkan gadisnya itu mengeluarkan segala beban yang selama ini di sembunyikan gadis itu. Hiks,hiks Dya yang masih sesegukan menyembunyikan wajahnya di dada Dani. Hari ini ia sudah terlalu banyak mengeluarkan air matanya dan semua itu hanya karena seorang Daniel Kim. "Sweety aku mohon jangan menangis lagi hm…" Dani berkata sambil meregangkan pelukannya dan menghapus sisa-sisa air mata di pipi gadisnya itu. Tak ada jawaban hanya anggukan di sela segukan yang masih tersisa. "Aku mohon jangan nangis lagi aku tidak mau nanti kau sakit kalau terlalu banyak menangis." Mohonnya
***
Jam menunjukkan pukul 07.15 malam Dya mondar mandir di kamarnya ia terlihat sangat gugup, jantungnya berdegub dengan kencang keraguan mulai menghampiri dirinya akankah orang tua dan adik Dani bisa menerima menjadi calon anggota baru di dalam keluarga mereka.
Ceklek…
Pintu terbuka Dani melangkah dan memeluk Dya dari arah belakang membuat Dya tersentak namun aroma maskulin yang seharian ini menemaninya membuat ia tahu siapa sosok yang sedang memeluknya. "Ada apa? Sepertinya kau sangat gelisah." Tanya Dani sambil mengecup bahu Dya. Dya berbalik dan memeluk Dani menghirup aroma maskulin sang kekasih. "Tidak ada apa-apa aku hanya takut bagaimana kalau keluargamu tidak bisa menerimaku." Jawab Dya penuh keraguan. "Tenanglah sweety aku yakin semua anggota keluarga Kim akan menerimamu sebagai salah satu bagian dari mereka dan kalaupun ada yang menolak maka orang itu harus mengahadapiku dulu." Ujar Dani sambil mengecup pucuk kepala gadisnya itu dan berusaha menyalurkan ketenangan.
Setelah Dya sedikit tenang merekapun berangkat ke mansion orang tua Dani untuk makan malam bersama sekaligus untuk memperkenalkan Dya dan juga membicarakan rencana dadakan yang dibuat Dani. Malam ini Dya terlihat sangat cantik dengan menggunakan mini dress berwarna hitam gradasi gold dengan potongan bahu yang sedikit terbuka sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Sedangkan Dani terlihat tampan dengan setelan kemeja berwarna senada dengan Dya. Selama perjalanan Dya terlihat semakin gugup tak ada kata yang terucap dari bibirnya. Dani yang menyadari kegugupan sang kekasih menggenggam tangan gadis itu dan tersenyum seakan berkata tidak apa-apa. "Tenanglah sweety semuanya akan baik-baik saja aku akan selalu ada disisimu tidak akan kubiarkan siapapun menyakitimu lagi." Bisik Dani sambil mencium tangan gadisnya itu dan berusaha menenangka Dya. Beruntung saat ini mereka berangkat dengan diantarkan oleh supir jadi Dani bisa dengan bebas berusaha menenangkan Dya.
Setelah sekitar setengah jam berkendara tibalah mereka di depan sebuah mansion bergaya eropa yang terlihat sangat indah. Dya semakin gugup beruntung Dani selalu ada disisinya dan memberikan sedikit ketenangan untuknya. Dani memeluk pinggang Dya posesif kemudian mencium kening gadis itu kembali berusaha menyalurkan ketenangan. Tak lama pintu mansion pun terbuka seorang wanita berpakaian pelayan menyambut mereka dengan senyuman yang tersungging di bibirnya. "Selamat datang tuan muda, nona." Sapa wanita tersebut. Dya membalas senyuman wanita itu dengan tulus, "Bagaimana kabarmu Marta? Apa mom dan dad ada di dalam?" Tanya Dani.
"Semuanya ada di ruang makan tuan dan nona sudah ditunggu." Jawab Marta kepala pelayan di mansion itu. "Baiklah kalau begitu kami ke dalam dulu." Pamit Dani sambil masih memeluk pinggang Dyam dan membawanya ke ruang makan yang ada di mansion itu.