Dani mengambil amplop itu dan mulai membaca laporan tersebut, beberapa kali raut wajahnya tampak berubah dan tangannya terkepal menandakan ia sedang emosi.
"Brengsek." Umpatnya setelah membaca laporan tersebut. "Jadi orang yang berniat menyakiti wanitaku dan keluarganya adalah kerabatnya sendiri? Dan alasan mereka melakukan hal itu hanya karena orang tua gadisku menolak menjodohkan anak mereka dengan orang yang diinginkan oleh kerabat mereka. Benar-benar alasan yang konyol." Geram Dani.
"Maaf tapi semua itu tidak akan menjadi konyol bila berhubungan dengan uang."
"Apa maksudmu Tyson?"
"Sebenarnya masalah ini sudah sejak lama, sebelum keluarga Kusuma pindah ke kota ini. Ketika nona Dya masih duduk dibangku SMU Barli Wijaya kakek dari nona Dya dari pihak ibu nona Dya berhutang sejumlah uang kepada seorang pengusaha untuk membantu keuangan perusahaannya.
Namun hingga hutang tersebut jatuh tempo keluarga mereka tidak sanggup melunasi hutang itu, sehingga tuan Barli kembali mendatangi pengusaha tersebut dan membuat perjanjian yaitu ia akan menyerahkan salah satu cucunya untuk dijadikan istri dari putra pengusaha tersebut. Awalnya berdasarkan kesepakatan seluruh keluarga diluar orang tua nona Dya, yang akan dijodohkan adalah kakak sepupu nona Dya yang bernama Amara Kuswandi begitu mengetahui ia akan dijodohkan dengan putra seorang pengusaha keluarga Kuswandi sangat bahagia namun setelah mengetahui kalau pemuda yang dijodohkan dengannya adalah seseorang yang sakit mental keluarga Kuswandi berbalik menentang perjodohan itu dan malah mengusulkan nona Dya untuk menggantikan putri mereka. Ibu dan ayah nona Dya pun menentang perjodohan tersebut. Segala cara mereka lakukan agar nona Dya bisa menikah dengan putra pengusaha tersebut bahkan mereka yang selama ini tak pernah menganggap keberadaan keluarga Kusuma berbalik begitu memuja, hal itu hanya untuk membujuk agar tuan dan nyonya Kusuma agar mau menikahkan putri mereka namun semuanya usaha mereka sia-sia karena tuan dan nyonya Kusuma membawa semua putra dan putrinya pindah ke kota ini tanpa setahu keluarga Wijaya." Jelas Tyson.
Selama mendengarkan penjelasan dari Tyson wajah Dani merah dan tangannya terus terkepal menahan emosi. "Jadi saat mengetahui kalau akan menjodohkan putri mereka dengan putra seorang pengusaha keluarga Kuswandi begitu bahagia dan setelah mengetahui kalau calon suami putri mereka cacat mental mereka malah ingin Dya menggantikan putri mereka, mereka benar-benar licik hah…berani sekali mereka melakukan hal itu."
"Benar tuan dan bahkan sampai saat ini mereka masih mengejar nona Dya tapi bukan lagi untuk dijodohkan melainkan untuk mengahalangi perjodohan nona Dya."
Mendengar ucapan Tyson Dani mengernyitkan alisnya tanda tak mengerti.
"Jadi sebenarnya tuan Kusuma membawa kabur semua keluarganya saat keluarga Wijaya pergi ke rumah pengusaha tersebut untuk menetapkan tanggal pertungan nona Dya. Seharusnya saat itu nona Dya ikut bersama keluarga Wijaya untuk diperkenalkan tapi karena nona Dya mengalami demam sehingga ia tidak dibawa dan hanya foto dirinya yang ditunjukkan. Oleh karena itu sampai saat ini keluarga pengusaha tersebut masih menganggap nona Dya sebagai calon menantu mereka. Bahkan sekarang putra dari pengusaha tersebut turun tangan mencari keberadaan nona Dya karena ia ingin segera menikahi nona Dya."
"Pria itu turun tangan mencari Dya, bukankah katamu ia sakit mental?" Tanya Dani semakin tak mengerti.
"Benar tapi itu dulu sekarang semuanya sudah berubah, pemuda itu berhasil sembuh dan yang membuatnya semakin menginginkan nona Dya adalah ia sudah pernah bertemu dengan nona Dya, dalam pertemuan tersebut ia jatuh cinta atau lebih tepatnya terobsesi pada nona Dya."
Sekali lagi Dani mengepalkan tangannya menahan emosi. "Brengsek" Umpat Dani sabil menggebrak meja yang ada di hadapannya. Melihat tatapan sang bos saat ini membuat Tyson sedikit gentar dan bergidik ngeri.
"Cepat cari tahu siapa pria itu jangan sampai ia berani mendekati calon istriku karena aku pasti akan membunuhnya kalau mereka berani menyentuh milikku." Titah Dani dengan dingin.
"Sebenarnya saya sudah menyelidiki pria tersebut dan…" Tyson menjeda ucapannya untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba kering dengan air liur.
"Dan apa Tyson cepat jangan membuatku semakin emosi." Bentak Dani.
"Anda sangat mengenal keluarga dan pria pengusaha tersebut."
"Siapa pria itu cepat katakan." Perintah Dani tidak sabaran.
"Kristofel Greco"
"Kristofel Greco?" Ulang Dani untuk meyakinkan.
"Benar tuan dan kabar terakhir yang saya dengar dia sedang berada di jepang untuk mencari nona Dya."
"Oh shit…. Kenapa tidak kau katakan sejak tadi bodoh." Umpat Dani kemudian segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Berkali-kali ia menghubungi namun panggilannya tak dijawab membuat Dani geram dan terus mengumpat. Ia kembali menghubungi seseorang pada dering ketiga panggilan tersebut langsung diangkat.
"Daddy cepat bawa mommy beserta Dya dan keluarganya ke tempat yang aman sekarang." Pinta Dani tanpa basa basi setelah panggilannya diangkat.
"Tenang son, jelaskan ada apa?"
"Tak ada waktu menjelaskannya dad, segera bawa mereka pergi sebelum terlambat dad aku akan menjemput kalian. Penjelasannya nanti saja setelah kita bertemu." Kata Dani kemudian memutus panggilan secara sepihak.
Setelah memutus panggilannya Dani kembali menghubungi seseorang. "Cepat siapkan jet pribadiku dua jam lagi kita berangkat ke Jepang." Perintah Dani to the point begitu panggilan diangkat. Tanpa mendengar jawaban dari seberang Dani langsung mematikan panggilannya.
"Dan kau Tyson kumpulkan beberapa anak buah terbaikmu dua jam lagi kau akan menemaniku ke Jepang karena Jack harus tetap di sini untuk mengatur segala yang ada di sini." Perintahnya tanpa ingin ditolak.
***
Seorang pria duduk di salah satu restoran yang terkenal di kota ini. Melihat hiruk pikuk orang yang berlalu lalang di jalanan berharap bahwa seseorang yang selama ini ia rindukan akan ada diantara mereka. Ditengah jadwal yang padat ia rela terbang ke negeri matahari terbit ini hanya demi menjemput seseorang yang sejak lama ia rindukan. "Argh.. bagaimana aku bisa begitu bodoh aku tak dapat berterus terang saat ia berada di hadapanku dan kini aku harus menempuh ribuan mil demi membawanya kembali." Ia membathin di dalam hati merutuki kebodohannya. Masih teringat jelas dibenaknya bagaimana setiap keluarga menolaknya karena penyakit mental yang ia derita.
Flash Back On
"Jadi bagaimana yah?" Catalina bertanya tak sabaran pada sang suami dan ayah mertuanya yang baru saja memasuki rumah mewah itu.
Adrien Greco suami Catalina hanya bisa menghela nafasnya lelah. "Maafkan kami nak lagi-lagi kami ditolak. Tak ada seorangpun diantara mereka yang menginginkan perjodohan ini, tampaknya kita masih harus lebih bersabar." Aezar Greco ayah mertua Catalina bersuara sambil menatap sang cucu yang kini berada dikursi roda sedang tersenyum kekanakan dan memainkan tangannya layaknya seorang bocah berusia 6 tahun. Hatinya perih melihat keadaan sang cucu seorang pemuda 25 tahun yang tadinya tampan dan gagah pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Greco dalam sekejap mata berubah menjadi bocah 6 tahun hanya karena kecelakaan yang menimpa dirinya dan juga merenggut kekasih hati sang pemuda.
Dengan langkah berat Aezar mendekati sang cucu, duduk berjongkok di depan kursi roda sang cucu "Kris yang sabar yach jangan putus asa kita berjuang sama-sama. Kakek yakin suatu saat nanti akan ada seseorang yang mencintai , menyayangi dan menemani Kris melalui semua ini."
"Apa dia akan menemani Kris bermain mobil-mobilan kek?" Kris bertanya dengan pandangan polos khas seorang bocah.
"Iya dia akan menemani Kris bermain, jalan-jalan dan membacakan cerita untuk Kris agar Kris bisa tidur dengan nyenyak."
"Benarkah?" Kris bertanya antusias sambil tersenyum polos.
"Yei.., ayah, ibu nanti Kris akan punya teman jadi ayah dan ibu tidak perlua khawatir lagi." Teriak polos Kris.
Jika Kris tampak antusias namun berbeda dengan kedua orang tuanya bibir mereka tersenyum namun mata mereka menunjukkan sebaliknya. Ada kegetiran yang tersembunyi dibalik senyuman itu terutama Catalina satu tetes air mata jatuh disudut matanya namun dengan cepat ia menyeka air mata itu. "Kris mau kan bersabar?" Catalina bertanya sambil tersenyum dan membelai kepala sang putra. "Ya Tuhan..entah dosa apa yang telah kami lakukan sebelumnya hingga kau berikan karma yang begitu berat untuk keluargaku" Catalina bertanya pilu di dalam bathinnya.
∞∞∞