"Dya..." panggilan dari arah belakang menghentikan langkahnya yang akan segera memasuki ruang divisinya.
"Ada apa Ta?" tanya Dya pada sahabatnya itu.
"Semalam kamu kemana? Saat kamu ijin ke belakang tapi kamu malah sudah tidak kembali lagi. Bikin kami semua khawatir, beruntung tuan Jacob mengatakan pada kami kalau kamu sempat pamit padanya untuk kembali lebih dulu." Rajuk Talia sahabatnya itu.
"Eum…..iya aku lihat kalian terlalu seru aku takut ganggu kalian jadi karena kebetulan bertemu dengan tuan Jacob jadi aku hanya meminta tolong padanya untuk memberitahu kalian." Jawabnya terbata.
"Ada apa? Kenapa kamu kembali lebih dulu padahal kan kamu yang paling belakang tiba. Dan anehnya lagi saat kamu tidak ada tuan Kim pun menghilang dan menurut Jacob ia juga harus pergi lebih dulu karena ada urusan mendadak." Ucapnya panjang lebar dan penuh selidik.
Dya hanya mengangkat bahunya tak tahu harus menjawab apa. "Udah yuk masuk kita kan masih harus mengerjakan tugas Desain yang kemarin tertunda." Kata Dya mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ya sudah ayo masuk tapi aku harap kamu sedang tidak mengalihkan pembicaraan atau sedang menyembunyikan sesuatu dariku!" ucap Talia penuh selidik.
"Ih kamu ada-ada aja deh Ta emang aku nyembunyiin rahasia apa?" jawabnya sesantai mungkin.
Italiani Budiman adalah sahabat Dya dan Sofi semenjak masih dari bangku sekolah. Sikapnya yang bijak, sedikit ke kanak-kanakan namun terkadang sangat dewasa membuat siapapun yang mengenal dirinya merasa sangat nyaman ketika bersama dirinya. Ia adalah pendengar dan sahabat yang sangat baik bagi Dya.
Baru saja Dya mendudukkan dirinya di kursi tiba-tiba ponselnya berdering. Terlihat sebuah nomor baru muncul pada layar ponselnya. Dengan segera diangkatnya panggilan tersebut "Halo....."sapanya
"Halo, sweet honey ." Jawab orang di seberang.
Mendengar suara itu membuat Dya gugup, jantungnya berdegub kencang bagaikan orang yang baru saja marathon.
"Halo, Sweet honey…kau mendengarku?"
"I…iya," jawabnya terbata saat tersadar dari keterkejutannya
"Hahahahaha….kau masih saja gugup sweet, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Daniel
"Aku baik bagaimana denganmu?" tanya Dya dengan ragu.
"Ada apa sweet kenapa kau masih gugup denganku, bukankah sudah ku katakan untuk tidak takut ataupun gugup saat bicara denganku? Sejak kemarin kau bukan lagi orang lain sweet tapi kau adalah bagian dari hidupku." Ucapnya dengan nada kecewa.
"M…maaf mungkin aku belum terbiasa." Jawab Dya penuh rasa bersalah.
"Tak apa sweet aku mengerti jangan dipikirkan lagi …!" potong Dani cepat saat mendengar suara penuh penyesalan Dya.
"Sweet…." Panggil Dani saat tak ada jawaban dari Dya.
"Hm...." Terdengar gumaman dari seberang
"Kamu marah padaku sweet?" tanya Dani.
Tak ada jawaban dari seberang tut..t
ut.. tiba-tiba panggilan di matikan. Ada rasa takut dan kalut yang memenuhi hati Dani. Bayangan akan kehilangan orang tercinta di masa lalu tiba-tiba terbayang di depan matanya. Dengan segera ia berlari keluar dari ruang kerjanya
Dan mendapati Jacob yang baru saja akan memasuki ruangannya.
"Ada apa Dani?" tanya Jacob melihat wajah pucat dan dan khawatir sang bos.
"Aku….aku harus menemuinya Jack!" ucapnya dengan panik.
"Iya…iya kita akan menemuinya tapi tenangkan dulu dirimu." Ucap Jack juga dengan panik melihat wajah pucat keringat dingin yang mulai membasahi tubuh sang bos.
Melihat hal itu dengan segera Casandra dan Jack kembali membawa Dani memasuki ruang kerjanya. Meski harus menghadapi perlawanan dari Dani,
"Aku harus menemuinya Jack, aku tidak ingin dia pergi dariku aku bisa mati, aku tidak akan sanggup Jack." racau Dani yang hampir kehilangan kesadarannya.
"Iya….iya kita akan menemuinya tapi tenangkan dulu diri.."
"Tidak Jack, aku harus menemuinya dia sedang marah padaku, ku mohon biarkan aku menemui Dya." Lirih Dani sebelum kesadarannya benar-benar hilang.
"Dan…Dani…."panggi Jack dan Sandra yang tak lagi bisa di jawab oleh Dani.
"Bagaimana ini Jack haruskah kita membawanya ke RS?" tanya Sandra dengan air mata yang mulai berlinang melihat kondisi sang kakak sepupu.
"Tidak, honey kita tidak bisa membawanya di rumah sakit di sini. Kalau orang-orang yang yang ingin menjatuhkannya tahu kondisi Dani sebenarnya maka mereka akan menggunakan hal ini untuk menjatuhkannya." Jawab Jack.
"Lalu kita harus bagaimana Jack? Serangan kali ini terlihat sangat berbeda dengan biasanya. Biasanya dia hanya akan ketakutan jika menghadapi orang banyak dan orang baru tapi kali ini terlihat sangat berbeda. Haruskah aku menghubungi Mom dan Dad?" panik Sandra.
"Tidak, honey itu bukanlah ide yang bagus mengingat mom memiliki penyakit jantung. Kalau dia tahu Dani terkena serangan lagi maka dia akan semakin panik belum lagi serangan kali ini terlihat sangat berbeda. Begini saja untuk sementara kau batalkan saja semua janji dan jadwal Dani hari ini kemudian tetaplah di sini dan jaga dia kalau terjadi sesuatu segera hubungi aku karena aku harus menemui seseorang yang tadi sempat ia sebutkan namanya. Meski aku tak yakin apa hubungan orang ini dengan serangan yang baru saja alami ini." Ucap Jack berusaha menenangkan tunangannya itu.
"Baiklah tapi jangan terlalu lama karena aku takut terjadi apa-apa padanya." Ucap Sandra dengan kalut.
Sementara itu di kantor Dya merutuki ulah iseng Dicky teman satu divisinya yang mengagetkannya secara tiba-tida dan menyebabkan ponselnya terlempar dan berhamburan di lantai dengan kondisi yang mengenaskan.
"Dicky dasar breng*** liat apa yang kau lakukan pada ponselku" pekik Dya
"Hehehe…..maaf aku gak tahu kalau kau akan segitu kagetnya." Ucap Dicky penuh rasa bersalah. Dya menatap nanar ponselnya yang kini sudah tergeletak tak berbentuk di atas mejanya."
"Makanya Dick kalau bercanda jangan kelewatan dong!" seru Talia menjitak kepala Dicky.
"Maaf…aku benar-benar minta maaf ." ucapnya dengan rasa bersalah.
"Ya sudahlah mau gimana lagi semua udah terjadi," pasrah Dya.
"Semoga saja dia tidak salah paham dan mau mengerti." Gumam Dya
"Hm….kenapa Dya?" tanya Talia
"Tidak, emang kenapa?"
"Tadi sepertinya kamu bilang sesuatu." Ucap Talia
"Tidak kok aku tidak bilang apa-apa." Elak Dya
"Ya sudah gimana dengan ponselmu?"
"Mau bagaimana lagi, ya terpaksa harus…."
"Dya…ada apa dengan ponselmu?" tanya pak Sony sudah berdiri di belakang kubikel Dya.
"Tidak apa-apa pak hanya ada kecelakaan kecil saja." Jawab Dya tersenyum canggung melihat sosok yang ada di samping pak Sony.
"Oh iya Dya sebaiknya kau ikut dengan tuan Danielo karena sepertinya ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan tuan Kim sehubungan dengan materi kerjasama kedua perusahaan." Ucap pak Sony to the point.
Meski terlihat bingung dan canggung namun Dya tetap menuruti perintah bosnya itu.
"Ada apa dengan ponsel anda tadi?�� tanya Jack memecah keheningan yang terjadi di dalam mobil yang sedang melaju itu.
"Oh seperti yang tadi saya katakan tak ada apa-apa hanya sebuah kecelakaan kecil." Jawab Dya berusaha santai.
"Kecelakaan kecil sampai hancur seperti itu?" tanya Jack penuh selidik.
Hm....Dya menarik nafasnya berat sepertinya ia harus menjelaskan kejadian yang menimpanya tadi melihat rasa ingin tahu yang begitu besar dari kolega bisnis sekaligus asisten kepercayaan kekasihnya itu. Ah kekasih bolehkah ia menganggap orang itu sebagai kekasihnya disaat ia sendiri belum yakin dengan perasaanya saat ini.
"Dya….." panggil Jack yang melihat Dya tak menjawab pertanyaannya dan malah melamun entah kemana.
"Ah….maaf." Jawab Dya merasa bersalah.
"Saya tanya kecelakaan kecil tapi kok ponselmu sampai hancur seperti itu?" ulang Jack.
"Tadi saat saya sedang menerima panggilan tiba-tiba salah satu rekan satu divisi saya mengagetkan dari arah belakang dan saking kagetnya tanpa sengaja saya melempar ponsel dan menyebabkan ponsel itu jatuh berserakan di lantai." Jawab Dya yang membuat Jack mengerutkan keningnya.
"Maaf sebelumnya kalau terlalu masuk campur tapi apakah orang terakhir yang sedang berbicara denganmu di ponsel adalah Dani?" tanya Jack to the point.
Dya tak menjawab hanya menganggukkan kepalanya, kemudian menunduk dan mengalihkan pandangannya.
"Maaf tapi mungkin saat tiba di kantor nanti tolong jelaskan kejadian yang terjadi tadi pada Dani." Ucap Jack dengan ragu.
Dya mengernyitkan alisnya tak mengerti " sebenarnya ada apa?" tanya Dya semakin bingung.
"Sesuatu terjadi pada Dani." Jawab Jack
"Apa maksudmu?" tanya Dya mulai khawatir.
"Nanti kau akan lihat sendiri, tapi tolong jelaskan dengan sebenarnya kejadian yang terjadi padamu tadi kepada Dani agar dia tak salah paham aku mohon padamu…." Mohon Jack yang semakin membuat Dya kebingungan dan cemas.
Tak lama setelah itu tibalah mereka di perusahaan raksasa yang sangat ternama di kota ini atau bahkan Negara ini.
"Ini kan kantor The Rain's Corp. " Tanya Dya tak mengerti.
"Iya ini adalah kantor pusat The Rain's Corp, jangan bilang bahwa kau tidak tahu kalau selama ini perusahaan yang bekerjasama denganmu itu adalah anakan dari The Rain's Corp?" tanya Jack tak percaya.
Seketika dunia Dya akan runtuh mengetahui kenyataan ini. Langkahnya terasa berat. Ia hanya bisa berharap agar hari ini keajaiban itu akan ada untuknya dan ia tak akan bertemu dengan seseorang yang sangat ingin dihindarinya. Ini juga berkat kebodohannya yang tak pernah tak mau perduli dan tak mau tahu tentang dunia usaha padahal ia berkecimpung di dunia itu, sampai-sampai ia tak tahu kalau perusahaan Golden Ship merupakan perusahaan anakan dari The Rain's Corp.
"Kau sudah kembali Jack?" tanya gadis itu kemudian berdiri menghampiri Jack.
"Iya bagaimana keadaannya?" tanya Jack.
"Tadi ia sempat sadar tapi ia terus mengigau kalau dia harus menemuinya!" ucap gadis itu sambil memeluk Jack
Mata Dya membola melihat sosok yang terbaring di atas sofa. Dengan segera ia menghampiri sosok tersebut dan menggenggam tangannya kemudian berbalik ke arah jack,
"Apa yang terjadi dengannya?" tanya Dya dengan perasaan khawatir yang sangat kentara.
"Seperti yang ku katakan di mobil tadi sesuatu terjadi padanya, mengenai sisanya biar dia yang menjelaskan padamu nanti." Ucap Jack sambil memeluk dan menenangkan Sandra.
"Siapa dia Jack?" tanya Sandra yang masih dalam pelukan Jack.
"Nanti aku jelaskan sebaiknya kita tinggalkan mereka berdua." Ucap Jack sambil menuntun Sandra keluar,
"Tapi Jack…."
"Tenanglah dia akan menjaga Dani dengan baik, sebaiknya kita berikan waktu untuk mereka." Bisik Jack yang akhirnya diangguki oleh Sandra.
Sepeninggal Jack dan Sandra, Dya menatap sosok Dani yang terlihat sangat pucat, hanya hembusan nafasnya yang beraturan membuat sedikit kelegaan di hati Dya.
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu jadi seperti ini? Kamu bilang kamu ingin melindungiku, tapi kenapa kini kamu malah seperti ini? Apakah kamu tahu entah mengapa aku merasakan sakit di hatiku melihatmu seperti ini." Bisik Dya dengan air mata yang mulai berlinang sambil menggenggam tangan Dani.
"Ayo bangun….jangan seperti ini!" ucap Dya disela tangisnya.
Karena menangis sambil menunduk dan mencium tangan Dani yang berada digenggamannya Dya tak menyadari kalau iris sebiru laut itu kini telah terbuka. Sebuah senyum bahagia tercipta dibibirnya mengetahui sang pujaan begitu mengkhawatirkan dirinya.
"Maaf aku membuatmu khawatir." Ucapnya yang membuat Dya segera mengangkat wajahnya.
"Kamu sudah bangun?" pekik Dya kemudian memeluk Dani yang masih terbaring.
"Iya aku sudah bangun tapi kalau kamu memelukku seerat ini bisa-bisa aku tertidur dan tak bangun lagi." Ucapnya sambil berusaha duduk.
"Oh….maaf aku hanya terlalu bahagia" Ucapnya sambil melonggarkan pelukannya.