Chereads / "DESTINY" / Chapter 4 - Part 4 Keputusan Akhir

Chapter 4 - Part 4 Keputusan Akhir

Seminggu telah berlalu setelah presentasi pertama yang dilakukan Dya. Dua hari yang lalu keputusan rapat telah diserahkan dan mereka berhasil mendapatkan tender tersebut. Seluruh bagian divisi promosi dan pemasaran tempat Dya bekerja selama ini mendapatkan bonus dan penghargaan dari sang atasan untuk keberhasilan mereka mendapatkan tender yang besar itu.

"Baiklah, karena kerja keras dan dedikasi kalian semua , terutama nona Arindya perusahaan kita bisa mendapatkan tender besar yang menjadi impian banyak perusahaan. Sebagai hadiah untuk kerja keras kalian selain mendapatkan bonus, malam ini kita akan mengadakan makan malam bersama di restaurant 'The Flower' untuk merayakan keberhasilan nona Arindya dan semuanya saya yang traktir" ucap Pak Sony di hadapan para karyawan dan karyawati divisi Promosi dan Pemasaran.

"Yes...asyik" teriak semua sambil tertawa.

"Baiklah kalau begitu silahkan dilanjutkan pekerjaan kalian dan kita akan bertemu di 'The Flower' restaurant malam ini pukul setengah delapan" ucap sang bos kemudian berbalik meninggalkan karyawan dan karyawati divisi promosi dan pemasaran.

Setelah pak Sony bos mereka meninggalkan divisi promosi dan pemasaran semua karyawan kembali melanjutkan aktifitasnya masing-masing, begitupun dengan Dya dan Ita. Mendengar keberhasilan Dya pada presentasi pertamanya membuat Sofi semakin dibakar rasa iri dan benci "Brengsek kenapa dia selalu lebih unggul dariku. Aku berhasil merebut Radit darinya tapi dia masih saja selalu unggul dariku. Benar-benar sialan kau Arin sejak dulu hingga kini kau selalu saja mendapatkan apa yang selalu aku inginkan." Gumamnya sambil menatap Dya penuh kebencian.

Diwaktu yang sama namun tempat yang berbeda Daniel yang sedang duduk di ruang kerjanya menerima laporan dari asisten pribadinya Jacob yang diberi tugas untuk menangani masalah kerjasama dengan perusahaan Prima Utama.

"Jadi mereka sudah mulai mengerjakan semuanya?" tanyanya sambil tersenyum

"Iya dan untuk pekerjaan ini saya dengar nona Arindya ditunjuk untuk memimpin langsung proyek ini selain itu saya juga mendengar bahwa malam ini akan diadakan makan malam bersama divisi promosi dan pemasaran di 'The Flower' restaurant." Kata Jacob menutup laporannya.

"'The Flower' restaurant?" tanya Daniel meyakinkan.

"Iya….. apa anda ingin saya menyiapkan meja khusus untuk bapak malam ini di sana? Tanya Jacob seakan mengerti isi hati sang bos.

"Wah.....sepertinya kau memang calon adik ipar yang baik Jack" ucap Dani sambil tersenyum penuh arti.

"Baiklah sepertinya aku harus segera pergi dan memberikanmu waktu untuk menikmati kebahagiaanmu" kata Jack kemudian berjalan meninggalkan ruangan sang bos.

Baru beberapa langkah Jacob kembali berbalik menatap Daniel "aku senang setelah sekian lama senyummu bisa kembali lagi Danik aku harap mommy, daddy dan Dinda bisa melihat senyuman ini secara langsung" ucap Jacob kemudian benar-benar berlalu meninggalkan ruangan sang bos.

"Aku juga bahagia Jack entah sejak kapan aku merasa kembali hidup dan menjadi manusia yang tidak lagi membenci dan rasanya aku ingin melindungi gadis itu. Pertama kali melihat air matanya entah mengapa hatiku terasa sakit ingin sekali aku menarik dirinya ke dalam pelukanku dan berkata padanya kalau semua akan baik-baik saja karena sekarang aku di sini untuknya." Ucapnya seakan Jack masih berada di hadapannya.

Melihat tunangannya keluar dari ruangan sang kakak sepupu dengan wajah yang sulit diartikan membuat Sandra buru-buru mendekati tunangannya itu.

"Ada apa Jack apakah ada masalah?" tanyanya saat sudah berada di dalam pelukan sang tunangan.

Jack tak menjawab hanya menggeleng kemudian mencium pucuk kepala gadisnya itu.

Sandra melepaskan pelukannya di pinggang Jack kemudian menatap wajah pemuda blasteran Meksiko-Canada itu.

"Lalu...kenapa wajahmu tadi tampak sangat tidak bisa diprediksi" tanyanya menyelidik.

Huft...…Jack menarik nafas dalam-dalam kemudian tersenyum "Kau tahu aku sangat... bahagia."

"Hm...." Gumam Sandra sambil mengernyitkan alisnya,

Jack kembali tersenyum kemudian membawa gadis itu duduk di ruang tunggu yang ada di depan ruangan yang bertuliskan 'DIREKTUR UTAMA'

"Aku sangat bahagia akhirnya setelah bertahun-tahun Dani kehilangan cahaya dan senyumannya tapi semenjak beberapa waktu yang lalu cahaya itu perlahan-lahan kembali dan aku benar-benar berharap agar semua itu tidak akan pernah lagi hilang" bisiknya dengan senyum penuh haru.

"Apa maksudmu?" tanya Sandra.

"Tidakkah kau merasakan atmosfir yang berbeda disaat kau berada di dekat kakakmu itu?"

"Aku merasakannya tapi aku tak mengerti."

"Suatu saat nanti kau pasti akan mengerti honey" ucap Jacob.

******

Pukul 07.00 malam sudah banyak karyawan/karyawati divisi promosi dan pemasaran perusahaan Prima Utama yang berdatangan di 'The Flower' restaurant. Meskipun acara makan malam masih setengah jam lagi tapi mereka sengaja datang lebih cepat untuk menikmati suasana dan keindahan restaurant yang terletak di lantai 6 salah satu hotel ternama di negeri ini.

Sangat benyak diantara mereka yang begitu takjub dengan desain dan tata ruang restaurant yang bergaya modern klasik ini. Suasana romantis, kekeluargaan, elegan, mewah membaur jadi satu tanpa harus mengesampingkan privasi para pelanggan d restaurant itu.

"Wah.....restaurant ini benar-benar menakjubkan, entah berapa banyak dana yang akan di gelontorkan oleh pak Sony untuk makan malam kali ini?" tanya Adrian salah satu teman satu divisi Dya.

"Benar sekali Yan, semua ini berkat kerja keras tim kita terutama Dya berkat dirinya kita bisa menginjakkan kaki di restaurant mewah ini." Sambung Desi.

"Iya aku setuju sekali sejak pertama kali masuk ke divisi kita ia sudah sering menunjukkan kerja kerasnya. Ide-ide yang ia berikan benar-benar brilian, kita beruntung karena ia berada di divisi kita" ucap Ita yang diangguki teman-temannya yang lain.

"Oh iya berbicara mengenai Dya sejak tadi aku belum melihatnya, apakah kau tak datang bersamanya Ta?" tanya Tari.

"Aku tak datang bersamanya karena saat aku berniat menjemputnya dia mengirimkan pesan kalau dia masih memiliki urusan yang harus ia selesaikan." Jelas Ita sambil kepalanya kesana kemari mencari keberadaan Dya.

Sementara itu di tempat lain Dya begitu frustasi dengan kedatangan tiba-tiba Radit dan kedua orang tuanya ke rumah Dya.

"Jadi bagaimana nak Dya? Apakah nak Dya mau memaafkan kesalahan Radit dan kembali melanjutkan rencana yang sempat tertunda satu tahun yang lalu?" tanya Ayu Kumala ibunda Radit.

Dya tersenyum canggung dan menatap orang-orang yang ada di hadapannya. "Saya sudah memaafkan Radit sejak lama tante..."

"Kalau begitu syukurlah kita tinggal membicarakan kembali tanggal pernikahan mereka" ucap Ayu ibu Radit memotong ucapan Dya.

Rose menatap putrinya terlihat jelas rasa frustasi di wajah putrinya itu karena sejak tadi orang tua Radit terus saja memotong ucapannya. Sementara keempat saudara Dya yang sejak tadi hanya diam menyaksikan juga terlihat sangat kesal.

"Maaf om, tante tapi sepertinya masih ada yang ingin di ucapkan oleh kak Dya tolong jangan terus-terusan memotong ucapannya" ucap Irwan pada akhirnya.

Mendengar ucapan Irwan, Radit dan kedua orang tuanya menatap Dya yang sejak tadi menggenggam tangan sang bunda. Sebuah senyum tulus diberikan sang bunda kepada putrinya itu seakan berkata semuanya akan baik-baik saja.

"Jadi apa yang ingin nak Dya katakan? Sebelum kita melanjutkan pembicaraan mengenai tanggal pernikahan silahkan katakan apa yang nak Dya ingin katakan kami siap mendengarkan" ucap Bhaktiar ayah Radit.

"Baiklah, saya memang sudah memaafkan Radit sejak lama" sebuah senyum bahagia tercipta di bibir Radit mendengar ucapan Dya. "Saya memang memaafkannya tapi saya juga ingin minta maaf karena saya tidak bisa kembali bersama Radit lagi, karena semua sudah berakhir sejak setahun yang lalu" tegas Dya pada akhirnya.

Sebuah senyum terbit di bibir Ayu "Dya dengarkan ibu nak, ibu tahu putra ibu memang salah tapi bukankah ia sudah menebusnya dengan meminta maaf selama setahun belakangan ini? Terkadang sebagai wanita kita dituntut untuk mengalah dan dan bersabar menghadapi sikap para pria. Sudah menjadi kodrat seorang pria tidak akan tahan dengan godaan di luar sana tapi sebagai wanita kita harus tetap bersabar saat ia bosan toh dia akan kembali ke rumah" ucap Ayu yang sontak membuat Rose, Dya dan saudaranya melongo tak percaya.

"Maaf sebelumnya tapi dari ucapan tante tadi dapat aku tangkap bahwa tante membenarkan apa yang dilakukan oleh Radit dan sebagai wanita saya harus memaafkannya?"

"Tante tidak membenarkannya sayang... tapi bukankah selama setahun belakangan ini dia sudah memohon maaf jadi sudah sepantasnya kalau kau memaafkannya."

"Dan bukankah sudah aku katakan kalau aku sudah memaafkannya! Hanya saja aku tidak bisa lagi kembali bersama Radit."

"Justru itu sayang....Radit, tante dan om ingin kamu kembali bersama Radit. Kamu harus bisa berbesar hati menerima kesalahan yang dilakukan oleh seorang pria agar disaat kalian menikah nanti kamu sudah terbiasa. Kalau untuk masalah sekecil ini saja kau tidak bisa melewatinya bagaimana dengan nan…."

"Justru karena itu aku tidak bisa menerima dia kembali, kalau disaat sekarang saja dia menyakitiku seperti ini bagaimana dengan nanti setelah menikah. Mungkin tante bisa menerima hal ini sebagai kesalahan kecil tapi bagiku itu adalah kesalahan yang besar. Mohon maaf kalau aku tidak bisa sesabar tante, tapi aku adalah aku dan aku bukan tante" potong Dya mulai emosi dengan sikap ibu Radit yang seakan membela putranya itu.

"Dya jangan marah seperti itu bukannya ibu Radit membela putranya tapi ia hanya mencoba untuk…"

"Maaf pak Bhaktiar tapi sepertinya keputusan Dya sudah final dan saya tidak ingin memaksa putri saya untuk melakukan sesuatu yang tak diinginkannya jadi tolong hargai keputusan putri saya." potong Rose yang mulai mulai jengah akan sikap keluarga Radit.

"Tapi bun…."

"Cukup Dit tolong jangan ganggu keluarga saya lagi dan sebaiknya pertanggung jawabkan saja perbuatanmu pada Sofi dan anggap saja tak pernah ada apapun diantara keluarga kita" potong Arman.

"Kalian ini benar-benar tidak sopan, Radit...kita pulang buat apa kita di sini kalau mereka memang tidak menginginkan kita. Orang miskin aja kok sombong!" Hina Ayu Sambil menarik Radit dan suaminya untuk meninggalkan rumah Dya.