Chereads / PeePee / Kisah Cinta

PeePee

🇮🇩Eru_R
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 19k
    Views
Synopsis

Kisah Cinta

Apa yang harus kukatakan tentang ini... Ini semua terlalu indah untuk menjadi sebuah kenyataan. Tidak tidak tidak, ini bukan berarti aku merasa bahwa kebahagiaan yang kudapat sekarang adalah hal yang tak bisa kupegang dengan erat. Maksudku, soal Amane... kalau kembali mengingat-ingat masa-masa lalu. Seandainya saja kalau aku tak bertemu dengan Amane, apa yang akan terjadi pada kehidupanku, ya?

Aku sering dikatakan bahwa aku ini adalah seorang "Sociopath". Dan kalau pendapatku sendiri, aku juga tak begitu tahu ataupun paham tentang hal yang seperti itu. Alasan kenapa mereka mengatakan bahwa aku adalah "Sociopath" itu juga dari statement yang jujur tak bisa cukup untuk meyakinkan diriku bahwa aku ini "Orang yang Memiliki Penyakit Mental". Karena, saat seseorang temanku berkonsultasi tentang masalahnya kepadaku dan menanyakan apa pendapatku tentangnya, aku hany mengatakan seperti ini.

"Hey, ayolah. Apakah kau bercanda? Dia adalah 'ibu' kandungmu yang hanya melahirkanmu dari rahimnya, kan? Dia sama sekali tak tahu tentang apa yang kau lakukan, tentang apa yang kau pikirkan, dan dia sama sekali tak peduli tentang itu. Ayolah, katakan kepadanya, 'Kau bukanlah ibuku yang sebenarnya, jadi jangan ngaku-ngaku kalo kamu ibuku dong!!'. Kalau seandainya dia membalas, 'Hey ingat diri kamu ya, kalau misalnya tidak ada aku, kamu sekarang sudah tidak ada, lho!!', lalu balaslah seperti ini, 'Hey wahai ibu, aku sama sekali tak diminta untuk dilahirkan! Meskipun aku sudah menjadi orang besar seperti ini, aku sama sekali tak bangga terhadapnya! Kalau ibu mengaborsi diriku saat aku kecil, toh aku akan mati tanpa dosa dan langsung masuk surga!'. Ohh, bukankah itu keren Mochi?!"

Lalu dia menyipitkan matanya dan berkata kepadaku, "Kamu Sociopath, ya. Hiroshi?"

Eh? Kok bisa jadi kayak gitu? Bukankah aku mengatakan hal yang sewajarnya? Lagian aku juga heran pada orang-orang yang peduli pada kerabat-kerabat mereka padahal kerabat mereka tersebut sedikitpun tak peduli dengan apa yang terjadi kepada kita. Waktu dulu aku pernah mengadakan kumpulan keluarga besar, banyak sekali orang-orang yang tak kukenal mengaku sebagai kerabatku, kataku, "Hah? Aku ngga kenal kamu kok! Kenapa aku harus mencium kakimu yang bau itu?" Ya, itu hal yang jelas dong. Aku sama sekali tak kenal dengan dia, dia tak peduli apa yang terjadi padaku, kenapa aku harus menghormatinya?

"Amane..." saat Amane mengubah posisi tidurnya menghadap pada diriku, di sana terpampang wajah seseorang yang sekali lagi aku mengingatnya bahwa dia adalah wanita cantik namun kekanak-kanakan yang sangat aku cintai.

Saat aku bertemu dengannya, mencintainya, dan kesepian tanpa dia... "Oi oi oi, baru kali ini kelihatannya kau jatuh cinta ya, Hiroshi?" Ya begitulah. "Lalu, bagaimana rasanya?" Entahlah. Namun aku perlu sekali lagi mengatakan hal ini, 'Hal yang aku teguhkan di dadaku ini, tidaklah salah satu kalipun!'.

Yah, mungkin satu hal yang salah denganku... Aku kesepian kalau aku tak mencintai Amane.

Kalau kuingat-ingat, terakhir kali aku menyentuhnya sebagai seorang wanita itu sekitar 8 tahun yang lalu sebelum dipastikan bahwa dia telah menghamili Hiro.

Ah, 8 tahun, kah? Itu lama sekali.

Hei, Amane, bolehkah aku menyentuhmu? Hahaha, tentu saja boleh. Hei Amane, apakah aku boleh menciummu? Tentu saja dia memang siapa. Ah semerbak wangi indahnya tiba-tiba memenuhi semua hidungku, ini semua dipenuhi oleh cinta. Aku menggengam tangannya, setiap kali tangan ini mengerat entah kenapa aku merasa ada yang mendorongku agar langsung menciumnya. Setiap tubuhnya mengatakan kalau Amane sedang menginginkanku, dia ingin aku menyentuhnya, dia ingin aku membelai rambutnya, dia ingin menyatu dengan diriku. Aku meyakinkan diriku untuk menyentuh segala sisi dari dirinya.

Aku biasanya memulai hal ini melalui ciuman pertama di dahinya, ini aku maksudkan agar Amane mengerti betapa aku mencintai dirinya dan juga agar dirinya tahu bahwa aku tak ingin menyakiti dirinya dalam hal apapun. Setidaknya itu yang aku inginkan.

Saat aku membelai rambut depannya dan menyisirnya agar tak menutupi dahinya. Lalu dengan segala ketetapan jiwa yang aku miliki, aku mencium dahinya. Dan di saat itulah, aku merasakan sebuah perasaan yang tidak enak yang menolak diriku untuk melanjutkan hal ini. Saat aku menyadarinya, ternyata tubuh Amane bergetar dengan kuat dan dia juga mencoba untuk menahannya dengan menggenggam sangat erat bajuku.

"Hiroshi-kun... Aku sangat takut...!" sedikit air mata pun menetes keluar dari kelopak matanya.

°^°

"Baiklah Hiro, karena kau terlalu bersikeras seperti itu, aku akan menceritakannya padamu... "Kisah Cinta" antara aku dan Amane..."

Waktu itu, aku ingat sekali wajah merah yang ditutupi Amane dengan tangannya itu. Wajah yang penuh dengan kebahagiaan—yah, itu adalah hal yang seharusnya bukan aku yang mengatakannya, sih—mendengar pernyataanku padanya, tapi bingung dengan apa yang harus dilakukannya. Hm aku? Aku tentu juga sangat malu waktu itu, namun saat aku melihat reaksi Amane yang seperti itu semua rasa maluku langsung menghilang.

Dan inilah bagian utama kenapa aku sangat mencintai ibumu. Saat tepat setelah aku menembaknya, dia langsung merasa sering gugup saat di sampingku, sering sekali dia menghindari tatapan mataku, sering sekali dia menghindari untuk bertemu denganku. Waktu itu aku yang berumur 24 serasa masih berada di jenjang SMA yang kehidupannya penuh dengan adegan deg-degan seperti itu kalau sedang membicarakan percintaan. Saat aku mengajaknya bicara, dia langsung menutup wajahnya dan pergi menghindariku. Hehehe, tentu waktu itu yang baru pertama kalinya seorang Hiroshi jatuh cinta menganggap bahwa tindakan Amane itu adalah bukti bahwa Amane itu mencoba untuk menolakku tapi tak ingin menyakiti perasaanku.

Waktu itu, aku sempat sangat sedih dengan apa yang dilakukan oleh Amane kepadaku, akibatnya aku menjadi jarang pergi ke panti asuhan itu lagi sementara waktu untuk benar-benar menghindari Amane juga agar Amane tak kesusahan lagi dengan kehadiranku di dekatnya.

Kalau kau bertanya, bagian mana sih yang ngebuat Ibu sangat enggan untuk menceritakan kisah cintanya denganku. Dan inilah bagian itu.

`~`

"Eh, eh, eh?!! Apa yang dikatakan Hiroshi waktu itu ya? 'Aku mencintaimu!' Aku mencintaimu katanya!!! Uuuuuuuhhhh!!"

Mungkin kalian menganggapku lebay dan terlalu overreacting terhadap pernyataan cinta dari seorang Hiroshi kepadaku. Dengan merasa bahwa momen itu masih terjadi kemarin padahal itu sudah berlalu selama 1 minggu lebih, dengan mengatakan dan menyerukan hal yang sama selama lebih dari puluhan kali itu pasti adalah tindakan yang sangat lebay.

Namun, jujur saja aku sama sekali tak menyangka bahwa seseorang akan mengatakan cinta kepadaku. Aku ingat beberapa tahun yang lalu, aku sering sekali dikatakan kekanak-kanakan dan sama sekali tak dewasa oleh banyak orang. Tapi, aku juga tak bermaksud untuk menahan diriku untuk menjadi kanak-kanak dan selalu berdebar-debar merasa senang akan suatu hal yang baru namun sepele bagiku. Aku merasa bahwa itu... Ya itu memang bagian dari diriku. Yah, terkadang aku merasa bahwa aku membenci hal itu terkadang juga aku merasa senang dengan diriku yang seperti ini.

Aku selalu mengatakan pada diriku, "Yah, kalau seandainya tak ada orang yang mencintai diriku yang seperti ini, biarkan saja!". Tapi aku tak menyangka bahwa akan benar-benar ada seseorang yang akan mengatakan cinta kepadaku, terlebih lagi dia itu adalah Hiro-kun!

"Kkkuuuuuhhhh!!"

Aku selama ini selalu bermain berdua bersamanya, keluar berdua bersamanya. Aku menikmatinya dan Hiro-kun juga menikmatinya sepertinya. Jadi aku sama sekali tak terpikirkan bahwa Hiro-kun sebenarnya mencintaiku, karena selama ini aku tak mengira bahwa Hiro-kun menganggapku sebagai seorang wanita.

"Hiro-kun!!!"

Hmm!! Kalau sudah seperti ini, bagaimana aku harus melanjutkan hubungan ini, ya?! Aku juga belum pernah memiliki pengalaman dalam hubungan dalam percintaan... He?! Mengatakannya langsung?! Ngga ngga ngga, itu mustahil!

Tapi ngomong-ngomong... Apa yang dipikirkan Hiro-kun tentangku, ya?

"Ah, Hiroshi-chan? Hiroshi-chan kemarin dia bilang dia ngga bakal dateng lagi ke sini katanya..."

"He...?"

Maksudku, aku itu kekanak-kanakan, dungu, tidak peka, tidak bisa mengekspresikan dengan jelas apa yang aku mau...

"Katanya, dia sepertinya punya masalah denganmu dan dia juga ngga mau untuk ngerepotin kamu kata dia."

Aku selama ini menerima kalau memang seseorang membenci sifatku yang seperti ini. Karena selama ini sudah sewajarnya hal itu terjadi karena aku adalah orang 'aneh' kata mereka. Tapi kenapa, ada hal apa sebenarnya sampai Hiro-kun... Apa yang sebenarnya dia cari dari seseorang seperti diriku ini?

Tapi sekarang dia...

Ne, Hiro-kun. Katakan padaku, apa sebenarnya maumu? Kau mengatakan suatu hal yang bagiku itu adalah hal yang sangat spesial dan membuatku sangat bahagia. Namun, saat sudah siap untuk menjawab itu, kau malah pergi dengan alasan bahwa kau tak ingin membuatku repot. Tapi dengan kau mengatakan hal itu kepadaku kau sudah cukup untuk membuatku repot lho Hiro-kun...

Tiba-tiba muncul dikepalaku ingatan masa kecilku saat nenekku masih sakit-sakitan, sekarat dan genggaman tangannya seperti orang yang telah pasrah pada ajal yang akan menjemputnya. Dia mengatakan, "Ne, Ama-chan... Kehidupan dunia nyata itu berat lho.."

'Ah, memang benar seperti itu, ya...' kataku dalam hati yang telah pasrah memercayai hal yang selama ini aku anggap tidak benar telah benar-benar terjadi kepadaku.

Mungkin itu benar, aku memang tidak diciptakan untuk mencintai orang lain, karena aku adalah orang yang kekanak-kanakan, dungu dan sering dikatakan 'anak kecil yang berwujud dewasa'.

"Berkacalah pada dirimu sendiri!!"

Di sana jelas terpampang air mataku dan segala aura kegelapan yang datang menyelimuti diriku. Aku selalu berpikir seperti ini, "Akankah aku juga akan tumbuh dewasa seperti yang lainnya?" pertanyaan itu muncul saat aku masih seorang anak SMA. Dan sampai saat ini pun aku selalu berpikir "Akankah aku tumbuh dewasa?"

Yah inilah saatnya (mungkin)

Saat aku membuka telapak tanganku di kaca itu, diriku mengatakan kepadaku, "Memangnya sejak kapan kau bertekad untuk mengatakan apa yang kau rasakan, dasar lemah! Apa kau akan menyalahkan Hiroshi-kun atas apa yang tak dia maksud. Maksudku, kau selama ini selalu berlari dan menghindarinya saat bertemu dengannya. Saat matanya sedang terlihat serius menatapmu, kau malah menutuupnya dengan buku yang kau bawa dan kau lari. Saat akhir-akhir ini dia mencoba untuk mendekatimu jauh lebih dekat, yang kau lakukan malah berhenti untuk menemuinya dan selama beberapa hari kau malah mengurung dirimu di kamar!"

Apakah memang benar ini adalah kesalahan Hiro-kun? Apa memang benar ini adalah Hiro-kun yang tiba-tiba mengatakan hal yang tidak bisa aku bayangkan keluar dari mulut orang untuk disampaikan kepadaku lalu aku malah menjauhinya dan selalu menutupi wajahku karena malu, lalu karena merasa keberadaannya merepotkanku, dia kabu—lebih tepatnya, 'menghilangkan keberadaan'-nya dariku.

Aku sangat bodoh!

"an..."

Aku sangat bodoh!!

"-chan...!!"

Sungguh aku memang tak pantas untuk—

"Amane-chan!!"

"?! Kenapa kalian semua anak-anak, mengerubungi aku seperti ini?!"

Oh iya, aku sekarang sedang berada di panti asuhan untuk mengurus anak-anak ini, ya...

"Amane-chan, kau terlihat bengong soalnya..."

"Ohh... Ahahaha... Maafkan aku..."

Apa yang kau pikirkan Amane?! Sadarlah! Saat ini kau sedang bekerja untuk mengurus anak-anak ini! Kalau seandainya aku malah pecah fokus, aku nanti mau makan apa?!

"Ahh teman-teman!!" Saa-kun mengangguk sepertinya sedang memberikan isyarat kepada mereka semua, "Karena Amane-chan terlihat sedih akhir-akhir ini, kami membuat suprise untuk Amane-chan!!"

Eh, surprise?!

"Eh, surprise buatku?!"

"Ya!! Kami sudah bertanya dengan Kak Inoue tentang Amane-chan akhir-akhir ini jadi surprise kali ini adalah..."

Ah, Inoue, kah? Yah, dia memang orang yang tidak bisa berbohong. Tentang masalahku, kah? Kira-kira itu surprise-nya apa ya?

"Kita membuat boneka Hiroshi!!"

He?!

"Amane-chan akhir-akhir ini sepertinya jauh lebih tidak bersemangat karena kepergian Hiro-chan, jadi kami membuat bonekanya agar Amane-chan tidak kes—"

"Apa-apaan ini?! Apa-apaan itu?! Boneka Hiroshi-kun?! Jangan bercanda!! Kalian tidak tahu betapa aku mencintai Hiroshi, hanya dengan membuat bonekanya saja tak berarti itu membuat Hiroshi kembali lagi ke sisi ku. Tak membuat Hiroshi kembali lagi ke sini!! Lagian apa-apaan dengan boneka ini?! Hiro-kun itu tidak sependek ini!! Matanya juga tidak terbuat dari kancing, tubuhnya juga tidak berwarna abu-abu!! Kalau kalian ingin untuk aku tidak kesepian karena kepergian Hiroshi-kun, jadilah Tuhan dan buat Hiroshi-kun kembali kepadaku!!"

"A-Amane-chan...?"

"Diam kau!!"

Kuh, apa-apaan anak-anak itu?! Jelek-jelekin orang kerjaan mereka, apakah mereka tidak punya kerjaan lain apa?!

"Itu sih keterlaluan, Amane..."

°z°

Setelah 1 tahun semenjak aku beranjak dari panti asuhan tersebut. Banyak hal yang telah terjadi kepadaku, berbagai banyak kejadian yang aku ketahui. Waktu itu aku sudah semakin dewasa. Saat aku berpikir dan mengingat-ingat kembali apa yang aku lakukan waktu itu, saat aku merasa bahwa Amane itu membenciku makanya dia menghindariku, karena aku tak ingin mengganggu kehidupannya, makanya aku kabur dari sana.

Aku pada waktu itu sedang bekerja di sebuah minimarket. Dan tentu aku memiliki banyak teman di sana, aku bisa berteman dengan ayahnya Jun, Shu. Aku bisa berteman dengan Kou, intinya pergaulanku meluas semenjak aku meninggalkan panti asuhan itu.

Hm, aku ngga kesepian?

Kau salah. Kau tahu, saat aku mengingat kembali diriku yang dulu, diriku yang waktu itu masih bekum pernah jatuh cinta kepada Amane, dia selalu mengatakan, "Aku tak perlu berteman pada orang yang tak bisa menolongku saat aku susah!" Dan saat aku bertemu dengan Amane, aku menjadi sadar bahwa hal itu ternyata salah.

Kau tahulah Amane itu wanita yang seperti apa. Dia itu sebenarnya adalah anak lugu, anak yang lugu sekali. Belum pernah sekalipun dia mengalami kesedihan mendalam sampai mengubah dirinya sampai keakar-akar dari dirinya. Atau mungkin dia pernah, namun hanya akar yang dimilikinya saja yang terlalu kuat.

Jadi ketika dia mengalami masalah, dia pasti menghadapinya dengan kikuk. Dirinya saja dia tak bisa mengatasinya, apalagi kalau dia disuruh untuk mengurus orang lain?

Hal yang aku sadari ini, "Jangan egois dan menyuruh untuk seluruh manusia di dunia ini untuk menolongmu. Buang ego itu dan bukalah matamu, dan sadarlah kalau orang yang membutuhkan bantuan ada banyak di luar sana."

Temanku bercerita kepadaku kalau dia menembak seorang cewek dan sepertinya cewek itu tidak mengeluarkan jawaban untuknya. Yah, dia adalah anak yang penakut dan pemalu, jadi saat aku menyuruhnya untuk langsung bicara kepadanya, dia dengan takut dan dengan matanya yang berair mengatakan, "Ngga ngga ngga, mustahil gua ngelakuin itu!! Ne, Hiroshi, maukah kau mewakilkanku buat ngomong sama dia?!"

"He~?! Ngapain mesti aku? Kamu ajalah, kan kamu yang nembak?"

"Kamu tahu kan gua itu orangnya kayak gimana kan...?"

"Haa aah~. Bikin repot orang aja kau Jin..."

Aku bertemu dengan Cocola, cewek yang ditembak oleh Jin temanku. Aku sedikit berbicara padanya tentang apa yang dia pikirkan tentang Jin. Dia berkata kalau dia juga menyukainya. Tapi...

"Apakah Jin yang menyuruhmu ke sini?"

Ah... Aku mengingat kejadian ini... Seseorang yang mencintai seseorang. Dengan mengatakan "Aku mencintaimu" kepada orabg yang kau sukai, itu sudah sangat merepotkannya. Tapi, muncullah pertanyaan seperti ini, "Siapa kau?". Saat ditanya seperti itu, banyak dari mereka merasa bahwa pernyataan itu merepotkan dirinya, pertanyaan itu melambangkannya.

Pertanyaan itu bisa berwujud berbagai macam hal, bisa saja seseorang yang kau cintai itu tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ada yang membalas langsung pernyataan cintanya dan mengatakan "Aku juga mencintaimu," tapi kalau saatnya itu tiba, dia merasa bahwa orang tersebut tidak cocok untuknya, ada juga yang mempertanyakan keberadaannya karena orang yang menyatakan cinta kepadanya adalah sosok nyata dari mimpi yang selama ini ia mimpikan.

Tapi, itu bukan berarti bahwa kau juga bisa menyalahkan cinta yang kebingungan tersebut. Saat mereka menanyakan "Siapa kamu?", dalam satu sisi lain, mereka juga menanyakan tentang diri mereka sendiri. Janganlah merasa takut bahwa semua proses itu akan berjalan tidak lancar. Kalau seandainya kau merasa takut di tengah perjalanan itu, merasa bahwa tak ada satupun cahaya yang dalat menuntunmu, jangan menyerahkan dirimu pada siapapun atau apapun. Kalau seandainya kau ingin sebuah cahaya menuntunmu dalam kegelapan yang abadi, maka jadikanlah dirimu cahaya.

Eheheh, itu tak pantas aku katakan, kah...

"Katanya dia pengin ketemu kamu secara langsung..."

"Eh beneran?!"

"Yah, begitulah..."

"Oi, Hiroshi! Awas kalo kamu bohong lho ya..."

Ada lagi, ini cerita dari seseorang yang menyuruhku untuk menjadi dokter cinta adiknya yang sekarang mengalami masalah percintaan SMA.

"Oi Eimi, kenapa kau menyuruhku untuk jadi dokter cintanya? Kau tahu kan kalau aku tu belum pernah pacaran sebelumnya...?!"

"Udah pokoknya tinggal lakuin aja beres, kan...?!"

"Eh, tanpa dibayar...?!"

"Oke, kalo minta bayaran aku bakal bayar..! Berapa 100.000 yen, 1.000.000?!"

Oi oi, dia terlihat sangat serius soal ini lho...! Sudah diduga dari anak seorang manajer minimarket terkeras dalam sejarah Jepang...!

"A, Aku cuma bercanda soal uangnya..."

"Oh..."

Adik Eimi, Nori. Dia juga mengalami hal yang sama dengan Amane sepertinya. Dia ditembak oleh seseorang yang sejujurnya dia juga menyukainya. Tapi, dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk hal itu. Dia sungguh kikuk. Banyak temannya mengatakan bahwa dia harus menerimanya, terima saja, dan berbagai macam saran yang serasa tak bisa dipertanggung jawabkan.

Waktu itu, aku sama sekali tak bisa menjawabnya. Aku memang banyak dipintai untuk mengasih saran dalam banyak hal. Namun, hanya satu saja yang aku selalu genggam dadaku dan meremasnya untuk menguatkan diriku agar tidak melihat diriku yang ada di masa lalu dan jadi membenci diriku. Karena meskipun aku menyayangkan masa lalu itu, meskipun aku menyesali dan selalu menginginkan untuk kembali ke masa lalu, aku tak bisa untuk itu. Waktu akan terus berjalan. Bahkan mungkin saja saat ini Amane mendapatkan lelaki yang lebih baik dari diriku yang meninggalkannya waktu itu.

Dan, di saat inilah semua hal yang membawa kebaikan sampai saat ini itu adalah hari ini.

Saat aku sedang santai-santainya menjalankan pekerjaanku sebagai pegawai minimarket dan mengira bahwa tak ada sesuatu yang spesial yang akan terjadi.

Namun ternyata itu adalah hal yang tak bisa dihindari. Aku menemukan seseorang tepat di depan mini market ada seseorang yang telah menangkap orang yang memakai jaket dan banyak penutup wajah—sepertinya dia adalah maling.

Dengan sangat panik aku keluar minimarket dan menghentikan orang yang hendak memukul 'maling' tersebut. Aku membela-bela diri untuk menghentikan orang yang tercuri itu untuk memukuli si pelaku. Lalu setelah semua keadaan sudah menenang, aku mencoba untuk bertanya kepada si pelaku itu. Kenapa dan ada apa kok dia mencuri sesuatu? Kalau seandainya ada yang bisa dibantu akan aku bantu...

Saat aku membuka tudung jaket yang ia kenakan, dia semakin enggan untuk melihatkan wajahnya, dia semakin mengalihkan wajahnya berusaha untuk tidak diketahui identitasnya.

Aku membuka dehgan paksa penutup wajah yang juga ia gunakan. Dan saat aku melihat rambut panjangnya, telinga kecilnya, dan pipinya yang sedikit merah itu, aku sadar bahwa dia adalah Amane...

"Amane...-chan?"

Tepat setelah aku mengatkaan itu, Amane langsung kabur menjauhi diriku.

"Oi, dia membeli Taiyaki ku dan dia tak membayarnya, tangkap dia!!"

"Pak, maaf... Taiyaki-nya..." kataku sambil menunjuk Taiyaki yang terlihat sangat sedap itu jatuh ke tanah. "Apa perlu saya ganti, pak Taiyaki-nya..?"

"Ah tidak usah. Sepertinya anak itu memiliki banyak masalah..."

°~°

"Amane!!!! Tunggu aku!!!"

Aku tetap mengejarnya...

Aku akan tetap mengejarnya.

Karena Amane yang selama ini aku rindukan telah kutemukan. Aku tahu, aku tahu kalau aku tak sepantasnya bertemu dengannya ataupun mengejarnya. Mungkin juga alasan kenapa dia menjadi pencuri itu adalah salahku. Tapi tetap. Kaki ini seperti tak memiliki beban, tubuh ini seperti tak memiliki beban. Aku menemukannya, dan aku akan mengejarnya bahkan sampai ujung dunia sekalipun.

Karena kecapekan, Amane terlihat sedikit melambat.

Sekarang aku sudah berada di dekatnya. Dengan sekali lompatan saja aku bisa menggapainya. Tapi, aku tak bisa untuk melakukannya. Karena semua dosaku kepadanya mungkin saja telah membuatnya memakai penutup wajah dan mencuri dengan hal itu.

"Amane..." kataku dengan sedikit berat.

"Hiroshi-kun...?" kata Amane dengan punggungnya yang terlihat sangat sedih.

Ah, berakhirlah sudah. Padahal aku menemukannya. Sebuah keindahan dunia yang dinamakan cinta. Akhirnya aku menemukan belahan cintaku. Tapi berakhirlah sudah. Sekalaipun itu Amane, aku yakin dia pasti akan marah kepadaku. Dia pasti akan memukulku dan menyalahkanku atas apa yang menimpanya saat ini...

Namun, ternyata tidak. Saat dia memperlihatkan mukanya sedikit... Dia langsung menerjangku dengan sangat girang. Dia langsung memeluk erat diriku. Dan dia serasa teramat senang. Dan dia mengatakan dia sangat bersyukur. Dan dia mengatakan serasa sahgat hangat. Dan dia menangis.

"Eh, Amane?!"

"Maafkan aku Hiro-kun!! Maafkan diriku yang seperti ini!! Maafkan waktu itu aku tak pernah mengatakan balik kepadamu bahwa aku juga mencintaimu! Dan aku juga, aku juga telah menyakiti banyak orang karena ketidakdewasaanku..! Anak-anak, Inoue dan semua orang yang ada di panti asuhan itu aku sakiti karena ketidakbisaanku untuk mengatur diriku..!!!"

Hmm, ada apa... Apa yang dikatakan oleh Amane, ketidakdewasaan?! Menyakiti orang?! Apa yang terjadi pada Amane selama 1 tahun ini? Hmm?!

"Tunggu tunggu tenanglah, Amane-chan!! Nih, pakek ini keluarin ingusnya!!"

*Blluuurrrtt*!!!

"Oke, Amane-chan... Ceritakan semuanya padaku, apa yang terjadi!! Tapi, kita harus pulang dulu... Sudah malem soalny!!""

Dan setelah mendengar cerita dari Amane dalam kesunyian malam itu, hanya dua hal saja yang aku ingat. Yaitu, aku tertawa dengan halus dan sekali lagi aku menyadari bahwa betapa mudah tersakitinya seorang Amane ini.

*o*

"Dan yah, mungkin alasan kenapa ibumu tak ingin diceritakan kisah cinta antara aku dan dia mungkin karena hal itu. Ibumu membenci dirinya sendiri karena dia merasa bahwa dia waktu itu sangat menyedihkan, tidak dewasa dan kenaka-kanakan sekali. Yah, walaupun itu adalah hal yang paling aku suka dari Amane, sih..."

"A-Apa yang kau katakan sih, Hiro-kun...!! Itu bikin malu ah!!" katanya dengan pipi berwarna merah mawar dan sedikit cipratan kebahagiaan dari senyum kecilnya itu.

"Jadi Bu, apa yang terjadi sama Ibu selama satu tahun itu Bu?! Kan dari cerita Ibu tadi, Ibu hanya menyakiti anak-anak panti asuhan saja... Kenapa jadi Kak Inoue dan yang lainnya jadi kena?!" tanya Hiro pada sedikit plot hole yang tidak diceritakan oleh Amane tadi.

"Hmm..?? Entahlah, ibu juga lupa!! Ayo semuanya! Hari ini sudah malam! Ayo kita tidur!!"

[END]

Saat mendengar cerita Amane dulu, aku sempat sedikit tertawa mendengar ceritanya.

Kalau boleh untuk dikatakan, sebenarnya yang pernah disakiti oleh Amane itu hanyalah anak-anak panti asuhan.

Namun, saat aku sendiri pergi ke panti asuhan itu setelah sekian lamanya dan reuni juga dengan Inoue dan teman-teman. Aku sedikit bertanya tentang masalah yang di alami oleh Amane apakah itu benar atau tidak.

Dia mengatakan hal yang luar biasa kepadaku, "Sebenarnya setelah 3 hari setelah kejadian itu... Anak-anak semuanya pergi ke rumah Amane dan mengucapkan minta maaf kepadanya karena telah membuatnya marah. Namun, saat kami tiba di depab pintu kamarnya, dia langsung menutup pintu kamarnya dan terdengar bahwa dia menangis saat itu juga..."