Chereads / Misteri Gedung Kantor / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Dua hari telah berlalu sejak pelaksanaan interview kerja yang aku lakukan di suatu perusahaan. Ah, aku lupa menjelaskan perusahaan yang aku lamar. Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan. Memiliki sejarah yang tidak terlalu bagus, tapi aku tidak mau ambil pusing mengenai hal itu karena aku butuh pekerjaan. Aku menemukan lowongan pekerjaan itu saat aku tengah berselancar di sosial media. Ada satu akun di sosial media tersebut yang memposting adanya Job Fair Online di salah satu aplikasi platform pencarian kerja. Aku pun segera mendownload aplikasi tersebut dan segera melihat daftar perusahaan yang ikut serta untuk Job Fair Online tersebut.

Dua hari lalu aku dipanggil oleh perusahaan tersebut untuk melakukan interview dan HRD perusahaan tersebut mengatakan akan mengabarkan kepadaku satu atau dua hari setelahnya, karena kemarin aku tidak mendapat kabar apapun, jadi aku berharap hari ini aku akan menerima kabar tersebut. Aku menyalakan laptopku, bersiap menerima email mengenai kabar tersebut, dan juga menyiapkan ponselku untuk berjaga kalau perusahaan tersebut menghubungiku lewat telepon. Sembari menunggu aku menyiapkan sarapan untuk diriku sendiri dan menyeduh secangkir kopi untuk menemaniku menikmati cuaca mendung di pagi hari ini.

"Hari rabu yang kelabu." Kataku berbicara sendiri. Hal ini berdasarkan pada cuaca yang seolah enggan tersenyum untukku, padahal hari ini bisa saja ada kabar baik untukku, akan lebih baik kalau cuaca sedikit lebih cerah. Disamping itu, aku juga masih terganggu pada mimpi buruk yang kualami belakangan ini. Mimpi buruk itu hampir serupa, yaitu aku berada di tempat yang gelap, berdebu dan sangat tidak nyaman, lalu muncullah sesosok wanita berpakaian serba hitam yang wajahnya tak jelas. Perbedaannya hanya pada perkataan yang sosok itu ucapkan. Yang pertama dia berkata "PERGI!" lalu esoknya dia hanya menangis tersedu-sedu di pojok sebuah ruangan yang gelap dan tampak kotor.

Saat aku masih memikirkan mimpi buruk itu, tiba-tiba saja handphone milikku berbunyi. Bunyi ringtone yang ku atur khusus untuk pesan whatsapp. Nomer tak dikenal tampak dari layar depan ponsel milikku, tapi tak sulit bagiku untuk mengenali nomer itu milik siapa karena adanya foto profil yang begitu jelas menampilkan sang pemilik nomer. Wajah yang sudah tak asing, berbentuk bulat dan berbadan gemuk, aku langsung mengenalinya sebagai HRD yang kemarin menginterview diriku.

HRD itu mengirimkan pesan untuk mengabarkan kalau aku telah diterima untuk bekerja sebagai karyawan di perusahaan tempat aku melamar kemarin, dan dia berkata aku sudah bisa mulai bekerja esok hari pada hari kamis, dan diharapkan kedatangannya jam delapan pagi. Aku senang bukan main, spontan aku membalas pesannya untuk mengucapkan terima kasih karena sudah menerimaku, akhirnya aku bisa terbebas dari rutinitas pengangguran yang membosankan. Tak lupa pula aku untuk mengabarkan kedua orang tuaku di desa, dan mereka sungguh sangat senang menerima kabar gembira tersebut. Sisa hari ku habiskan untuk mempersiapkan diri untuk datang ke kantor dan menjalani hari pertama kerja.

Esoknya aku memenuhi panggilan HRD, dan datang ke kantor lebih cepat dari jadwal. Aku datang pada jam tujuh lewat empat puluh lima menit, yang ternyata sudah ada orang yang lebih dulu datang ke kantor, orang tersebut memperkenalkan dirinya sebagai Rusdi. Dia adalah karyawan senior yang sudah menghabiskan kurang lebih 7 tahun mengabdi di perusahaan ini. Saat dia melihatku, dia langsung mengetahui bahwa aku adalah karyawan baru yang kemarin mengikuti interview.

Pak Rusdi membawaku mengitari ruangan kantor, dan memberi tahuku letak-letak ruangan yang ada di kantor ini. Ruangan ini berbentuk U dengan bagian tengahnya diisi ruang untuk meeting. Deretan komputer beserta dokumen pekerjaan sudah tersusun rapi di tiap meja kantor. Di sisi sebelah kiri dari ruang ini dibatasi dengan dinding yang dilapisi semacam wallpaper bermotif batik berwarna putih, sekilas dari jauh motif tersebut tak begitu terlihat, barulah setelah di dekati motif tersebut bisa terlihat.

Di sisi sebelah kiri dari ruangan berbentuk U ini adalah pintu akses untuk keluar masuk karyawan. Sementara sisi satunya lagi dibatasi dengan kaca, dan pekerja di meja sana bisa langsung melihat keadaan di luar gedung sembari bekerja. Di bagian dalam ruangan kantor ini selain ada ruang meeting, juga ada ruang boss yang terletak di salah satu pojok ruangan, menurut Pak Rusdi, boss kami ini jarang sekali kelihatan karena katanya dia selalu sibuk pergi dalam urusan bisnis ke berbagai tempat. Saat Pak Rusdi sedang asik menjelaskan, satu per satu rekan kerjaku mulai berdatangan, ada Pak Wisnu, Bu Lilis, Bu Dewi dan satu karyawan yang tampaknya memiliki usia yang tidak begitu jauh denganku, aku panggil Bang Andre.

Mereka berkata memang tim ini masih kecil, dan banyak komputer kerja yang tidak dipakai, sebelumnya dipakai oleh para Karyawan, namun perusahaan terpaksa memberhentikan beberapa, dan entah kenapa perusahaan memutuskan untuk mencari pekerja lagi kemarin dan aku lah yang diterima. Aku cukup mudah menghafal masing-masing dari rekanku, terutama Bang Andre dan Pak Wisnu yang aku ingat pernah aku lihat di lorong waktu aku interview kemarin.

Tak lama berselang, Pak Boss kami datang, dia berkata datang ke kantor karena ingin menyambut karyawan baru yang bergabung di timnya. Boss kami ini masih muda, atau setidaknya terlihat masih muda walaupun ada beberapa uban tipis yang terlihat, berbadan bagus dan mempunyai karisma yang sangat kentara. Tak heran kalau ia dipercaya untuk memimpin tim ini. Dia memperkenalkan diri sebagai Pak Jefri, dia berkata bahwa belum lama ini dia dipromosikan menjadi leader tim, sebelumnya dia hanyalah karyawan biasa dan Pak Rusdi sangat mengenalnya dengan baik.

Jauh dari dugaanku yang berpikir kalau sosok Boss itu galak dan sombong, Pak Jefri benar-benar humble dan sangat asik untuk diajak berbicara. Aku tak merasakan adanya pembatas antara pak Jefri dan rekan-rekanku yang lain. Aku semakin bersyukur telah diterima untuk bekerja di perusahaan ini dan menjadi bagian dari tim yang luar biasa.

Pak Jefri lanjut menjelaskan kalau semisal nanti banyak pekerjaan yang masuk, aku harus mau untuk bekerja lembur, tapi anehnya wajah Bang Andre tiba-tiba saja berubah pucat dan minta izin untuk segera ke meja kerjanya seolah dia menghindar dari pembicaraan mengenai lembur. Pak Jefri lanjut menjelaskan beberapa hal yang harus dihindari saat bekerja lembur, dia tidak menjelaskan kenapa, yang jelas menurut Pak Jefri kalau peraturan ini tidak dipatuhi maka perusahaan tidak mau tanggung akibatnya.

Aku mendengarkan dengan saksama larangan-larangan tersebut. Pak Jefri mengatakan kalau sebaiknya saat lembur, berhenti bekerja pada jam 10 malam, dan sebaiknya sudah pulang sebelum jam tersebut tak peduli seberapa banyak sisa kerjaan. Pak Jefri juga mengatakan kalau saat malam beberapa ruangan akan dimatikan lampunya untuk menghemat pembiayaan listrik, salah satunya adalah ruangan beliau jika ia sedang diluar, dan ruangan meeting, ditambah siapapun tidak boleh ke pantry saat lembur, jadi sebaiknya siapkan kopi atau minuman sedari sore hari atau lebih baik turun untuk membeli minuman daripada harus ke pantry. aturan yang terakhir sedikit membuatku bingung, tapi aku tak bisa membantah karena aku masih karyawan baru dan aku tak mau dicap sebagai karyawan bandel yang tidak mau menuruti aturan yang ada.