Chereads / Misteri Gedung Kantor / Chapter 5 - Bab 5

Chapter 5 - Bab 5

Esoknya, Aku bertemu Pak Rusdi di parkiran kantor dan aku mulai bertanya perihal kejadian semalam.

"Pak, maaf, yang semalem kita lihat sebenernya itu apa?" Tanya ku. Pak Rusdi memandangku, dan tersenyum tipis.

"Itu adalah sosok Bu Risma yang waktu itu pernah saya ceritakan. Sudah kesekian kalinya saya berhadapan dengan sosok itu, tapi tetap saja saya merasa takut saat hantu Bu Risma muncul." Jelasnya. Aku merasa seluruh kejadian yang menimpaku terjadi begitu cepat. Baru beberapa bulan aku mulai bekerja, dan aku sudah mengalami ini semua.

Meski begitu, ada satu misteri lagi yang aku sangat ingin tau, misteri ruangan kosong yang berada di lantai dasar gedung perkantoran ini. Aku pernah mencoba bertanya ke Pak Rusdi selaku karyawan paling senior, namun beliau masih tetap kukuh menutup mulut, bahkan saat aku yakin bahwa tidak akan ada seorang pun yang mendengarkan, beliau tetap tidak bersedia menceritakannya.

Aku juga pernah bertanya kepada salah seorang security yang katanya termasuk yang senior, namun dia mengaku tidak tahu, meski begitu aku tidak yakin dengan pengakuannya.

Sebenarnya bukan tanpa alasan aku merasa ada misteri di balik ruangan kosong tersebut, selain adanya kertas yang ditempel seadanya di pintu ruangan yang bertuliskan "DILARANG MASUK!!!" juga karena aku melihat adanya debu-debu aneh di kaki pintu tersebut. Debu seperti bekas pembakaran atau semacamnya. Ya walaupun sebenarnya bisa saja itu terjadi karena ruangan tersebut lama tidak dibersihkan. Tapi, tetap saja hal tersebut menggugah rasa penasaranku.

Rasa penasaran ku yang tinggi justru menjadi pengganggu dalam bekerja. Pak Jefri sebagai leader ternyata cukup peka melihat tingkah laku karyawannya. Beliau memanggilku ke ruangannya, dan bertanya apakah ada sesuatu yang menganggu akhir-akhir ini? Hingga menyebabkan pekerjaanku banyak yang tidak selesai dengan rapih.

Aku lalu menceritakan pengalaman saat lembur waktu itu, aku masih berusaha menutupi tentang pikiranku yang tengah penasaran pada ruangan kosong, kotor dan menyeramkan tersebut. Pak Jefri mengaku sudah mendengar kejadian yang aku alami saat lembur bersama rekan-rekan kerjaku, tapi tampaknya intuisinya sebagai pemimpin cukup kuat untuk mendeteksi hal yang aku sembunyikan, dia masih belum percaya dan yakin ada suatu hal lain yang mengusik diriku. Merasa sudah tidak bisa menyembunyikan apapun lagi, aku meminta Pak Jefri untuk berbicara mengenai hal ini saat jam pulang kerja nanti, dengan alasan aku merasa tidak enak meninggalkan pekerjaanku jika terlalu bercerita, walaupun sebenarnya aku perlu memilah kata-kata yang pas untuk bercerita nanti.

Pak Jefri menyetujuinya dan paham maksudku, dia berkata akan menungguku di kantin gedung ini pada jam lima sore, karena beranggapan berbahaya untuk kami tetap tinggal di kantor sampai melewati jam kerja usai kejadian mengerikan yang dialami olehku dan rekan lainnya. Dia langsung menyuruhku untuk ke toilet dan mencuci muka untuk memulihkan konsentrasi dan kembali bekerja dengan fokus dan cermat menyelesaikan dokumen-dokumen klien.

Waktu berlalu begitu cepat, Pak Jefri seperti biasa mengucapkan terima kasih atas kerja keras kami hari ini, dan dia berpamitan lebih dulu. Aku yakin Pak Jefri tidak lupa soal janji kita untuk mengobrol, dan dia juga membawa majalah yang bersampul gedung kantor ini, aku tidak tahu itu majalah apa, dan aku tidak terlalu memikirkan soal majalah itu, aku hanya mau bercerita tentang pikiranku yang terganggu oleh ruangan kosong tersebut, dan berharap Pak Jefri mungkin bisa memberiku saran agar aku tidak terlalu memikirkannya.

Kami segera merapihkan semua peralatan kami, dan berjalan pulang bersama-sama. Saat keluar dari ruangan kantor, aku merasakan hawa tidak enak dari arah pantry, aku memutuskan untuk melihat secara sekilas ke arah pantry. Sosok arwah mengerikan Bu Risma tengah melihat ke arah kami, dengan kepalanya yang tergantung lemas ke sebelah kiri bahunya, dan saat dia mengangkat kepalanya terdengar bunyi seperti tulang yang patah, lalu terlihatlah ekspresi senyum mengerikan yang menghiasi wajahnya.

Aku kembali ketakutan, dan merasa merinding di sekujur tubuhku. Karena rasa takut, aku hampir saja melupakan janjiku dengan Pak Jefri, kalau saja Pak Jefri tidak mengirimkan aku pesan singkat, mungkin aku sudah di jalan pulang saat ini. Aku langsung bergegas jalan menuju kantin tempat Pak Jefri sudah menunggu. Kulihat dia tengah duduk sambil membaca-baca majalah yang tadi dia bawa dari ruangannya.

"Maaf pak, agak lama." Kataku saat sudah menghampirinya.

"Udah gak masalah, kamu duduk situ, mau beli minum? Kayanya muka kamu pucat banget." Kata Pak Jefri.

"Gak usah, pak. Saya masih ada minum." Kataku sembari mengeluarkan botol minuman berisi air putih yang kubawa dari rumah.

"Ada apa sebenarnya? Dari kejadian hari ini deh, yang bikin muka kamu pucat tadi." Tanya Pak Jefri penasaran, ia mengambil posisi siap untuk mendengarkan.

Aku lalu menjelaskan penampakan yang kulihat di Pantry tadi saat berjalan ke luar ruangan kantor. Pak jefri menggelengkan kepala, dari ekspresinya aku bisa tahu kalau dia khawatir dan prihatin atas kejadian yang menimpaku terus menerus, dan lalu dia kembali bertanya seputar hal yang ingin kubicarakan saat jam pulang kantor dan juga mengenai penyebab mengapa pekerjaanku menjadi berantakan. Aku mengambil nafas panjang, dan meminum kembali minumanku.

"Jadi, waktu saya ke gedung ini pertama kali buat interview, saya berkeliling gedung ini pak, cuma biar lebih tau tempat aja gitu, pak." Aku mulai menjelaskan. "Lalu, saya lihat ada ruangan di lantai dasar sebelah kiri gedung ini, ruangan itu kosong dan kayanya kotor banget, saya juga lihat ada kertas dilarang masuk yang ditempel di pintu ruangannya. Saya merasa ada sesuatu di sana, dan saya penasaran. Saya udah tanya Pak Rusdi dan security yang kelihatan paling senior, tapi gak ada yang mau cerita, pak."

"ooh, jadi begitu." Balas Pak Jefri setelah aku selesai menjelaskan. "Ruangan itu emang dibiarkan kosong, dan saya yakin ruangan yang kamu maksud ada di buku ini." Dia menyerahkan buku majalah yang tadi dibacanya kepadaku, ternyata buku itu adalah buku majalah gedung perkantoran ini. Aku melihat isi halaman buku tersebut, dan melihat ruangan kosong tersebut di salah satu foto yang ada.

"Nah, ruangan ini pak." Kataku sembari menunjuk foto tersebut.

"Hmm, seperti dugaan saya, anak muda memang penuh rasa penasaran. Saya juga sempat penasaran dengan ruangan itu saat saya baru masuk, sama seperti kamu. Saya mencari artikel yang mungkin berkaitan dengan ruangan itu, dan berhasil menemukannya." Kata Pak Jefri sambil melihat ke ponsel miliknya.

"Ruangan itu dulu adalah ruangan depan gedung ini, segala kegiatan perkantoran di mulai dari ruangan tersebut, masuk ke resepsionis, mendapatkan kartu akses masuk, dan masuk ke dalam lift menuju ke ruangan perusahaan masing-masing. Begitu bunyi dari paragraf satu artikel ini." Kata Pak Jefri yang membacakan artikel di website mengenai ruangan tersebut.

"Namun, nahas pada 9 tahun yang lalu, sebuah musibah kebakaran menimpa ruangan tersebut dan beberapa lantai atasnya. Kejadian itu terjadi pada hari Jumat siang, saat itu hampir semua karyawan pergi keluar kantor untuk melakukan ibadah atau makan siang, namun diyakini bahwa 2 orang resepsionis yang kala itu sedang bertugas masih berada di dalam. Kebakaran yang terjadi akibat korsleting listrik tersebut merambat dengan cepat. Anehnya, petugas yang menginvestigasi saat itu tidak menemukan satu pun mayat, petugas resepsionis tersebut juga tidak pernah terlihat lagi sejak saat itu. Khawatir akan adanya kejadian tidak mengenakkan, pengelola gedung memutuskan untuk menutup total ruangan depan gedung dan memindahkan aktifitas yang sebelumnya dilakukan di tempat nahas tersebut." Pak Jefri menatapku saat ia sudah selesai menjelaskan kejadiannya.

"Saya rasa, itu sudah cukup membayar rasa penasaranmu." Lanjut Pak Jefri sembari mengantungi ponselnya. "dan karena hari sudah mulai gelap, saya sarankan kamu untuk segera beristirahat, besok harus sudah fokus kerja."

Pak Jefri langsung berjalan lebih dulu meninggalkanku yang masih berusaha mencerna kisah yang terjadi, sekarang jawaban mengenai ruangan itu sudah jelas, dan aku rasa aku bisa memahami kenapa pengelola gedung sampai khawatir terjadi hal tidak mengenakkan, ditambah dengan adanya sosok Bu Risma yang mendiami ruangan kantorku, rasanya gedung perkantoran mewah ini menyimpan sejuta misteri menyeramkan.