"Gue pamit dulu, deh. Gue mau ke toilet. Kalian langsung ke lapangan basket, ya, ntar gue nyusul. Kebelet banget nih!" Regar menepuk bahu Nathan, kemudian dia berlari menuju toilet.
Sementara setelah dia di toilet, dia agaknya mengintip dari sisi tembok yang setengah terbuka. Setelah dia yakin kalau teman-temannya sudah pergi, dia buru-buru menuju perpus. Dia ingin sekali bicara berdua dengan Niken. Bicara dari hati ke hati, bicara tentang apa yang bisa dia bantu agar setidaknya Niken berhenti mengganggu hubungan antara Dinda dan Nathan. Sebab bagaimanapun, Regar berpikir jika, Nathan telah menemukan cewek yang benar-benar tepat. Dia tak mau hanya karena Niken, hubungan mereka akan berantakan. Terlebih, keduanya sebentar lagi akan menikah. Ini bukanlah hal yang lucu untuk dijadikan tontonan. Setidaknya dia sebagai sahabat mampu untuk melakukan sesuatu. Agar dia tidak diam diri begitu saja seperti orang bodoh.