Malam ini, bintang agaknya bersinar sangat terang. Bulan tampak menunjukkan kekuasaannya. Dinda berdiri di balkon kamarnya, sambil memeluk dirinya sendirinya. Sepertinya, sweter rajut berawarna biru yang ia kenakan itu tak mampu untuk sekadar menghangatkan tubuhnya. Rambut panjangnya digerai, wajahnya mendongak tinggi-tinggi. Dipandangnya bintan-bintang dan bulan, seolah berada dalam jangkauannya. Pasti, Dinda akan sangat bahagia.
Dinda langsung menoleh, saat dua tangan besar itu melingkari perutnya dengan posesif. Dia langsung tersenyum saat tahu jika Nathanlah yang mendekapnya. Untuk kemudian, Nathan menarik ujung jaketnya untuk menyelimuti Dinda.
"Dingin ya?" bisik Nathan. Dinda menggeleng. Kemudian dia kembali melihat bintang-bintang di langit itu lagi.
"Enggak, aku lagi nggak kedinginan. Hanya saja kalau lihat bulan bintang seperti ini, paling enak sambil memeluk diri sendiri seperti ini," jawab Dinda. Nathan tersenyum mendengar itu.