Nathan langsung membuka mata, tapi ruangan itu tampak hening. Tidak ada siapa pun, kecuali mamanya yang tengah tertidur di atas sofa, sembari memeluk sebuah majalah yang masih terbuka. Suasana kamar pun agaknya temaram, membuat Nathan menghela napas panjang. Bagaimana bisa dia merasa kalau Dinda ada di sini tadi? Seharusnya, dia tak berharap sebanyak itu. Dinda marah dengannya, Dinda kecewa dengannya, dan yang pasti dari itu semua adalah, Dinda tidak akan mungkin datang menemuinya. Tapi, dahi Nathan berkerut saat dia tak sengaja meraba pada selimut yang ada di dadanya.
Basah....
Kenapa selimutnya bisa basah? Padahal, sebelum dia benar-benar tertidur, dia yakin kalau selimut itu kering.