Siska tampak diam, melihat anak gadisnya yang diam-diam menangis di sampingnya. Sedari kedatangannya tadi di villa, dia bahkan tak melihat Nathan. Yang dia lihat adalah, Dinda, yang sedang bicara serius dengan Panji. Bersama Nadya, Sasa, juga Selly.
Lagi, Siska kembali menghela napas panjang. Dia ingin memeluk Dinda, tapi dia juga sungkan. Dia tak mau menganggu Dinda. Sebab bagaimana pun, Siska juga perempuan. Dia paling tahu apa yang dibutuhkan seorang perempuan di saat sedih-sedihnya seperti ini. Yaitu sendiri, dan waktu. Untuk meluapkan semua kekesalan yang ada di hatinya.
"Sayang...," kata Siska pada akhirnya, Dinda kemudian menoleh. Sembari mengusap kasar air mata yang menetes di pipinya. "Beneran mau balik apa kita mampir makan dulu?" tanyanya kemudian.
Dinda langsung menyerbu tubuh Siska, memeluknya. Menumpahkan semua tangisannya dalam pelukan Siska.