Chereads / Love RANBIN / Chapter 2 - PERMATA CANTIK

Chapter 2 - PERMATA CANTIK

Unik dan menarik. Indah, dan semoga saja bisa ku miliki.

(Bani)

...

-plsbk-

Pagi ini kicauan burung menemani seorang Bani yang tengah berjalan santai menuju sekolah. Padahal, hari ini adalah hari senin. Hari dimana semua siswa dan siswi terburu-buru berangkat ke sekolah. Tapi Bani, justru sebaliknya.

"Pagi Mang Mujidin!" Sapa Bani setibanya di gerbang belakang sekolah. Sedangkan seseorang yang melihat kemunculan Bani hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Bani.., Bani, terlambat ko seneng. Heran saya sama kamu." Sambil membukakan gerbang, Bani terkekeh dan melangkah masuk.

"Mang Mujidin kek gak tau saya aja. Kalo gak terlambat hari senin.."

Sambil mendramatiskan. "Hidup saya, hampa.." lanjutnya.  Dan kelakuan Bani hanya membuat satpam di sekolahnya tertawa.

"Wes sana jalani hukuman-mu!" Usir mang Mujidin. Bani yang di itrupsi seperti itu langsung bersiap hormat,

"SIAP, DELAPAN ENAM MANG MUJIDIN!!"

Dan setelah itu berlari pergi menuju tempat biasa yang dikunjunginya setiap hari senin.

(Setengah jam kemudian)

"Weh, Weh, Rana tuh Rana! Panggilin gih, gue ada perlu. Cepetan panggil!"

Pukul setengah delapan, upacara Sma Mentari selesai. Tiap siswa langsung berkerumunan dan masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Tapi tidak dengan sekumpulan siswa yang terkena hukum.

"Rana dipanggil Bian, katanya ada yang mau diomongin. Sebentar!"

Tak jauh dari posisi seorang Bani. Riuh dan siulan pun terdengar membuat tatapan seorang Bani beralih pada satu orang. Kalian mungkin tahu siapa dia.

"Hi bin, lagi apa tuh" katanya sambil terkekeh.

Deg.

Tepat disampingnya seseorang yang menarik perhatiannya menyapanya. Ralat, menyapa seseorang yang di sebelah kanannya. Bian.

"Hi Ra,"

"Biasa terlambat lagi hehe" kekehan yang dikeluarkan Bian membuat seseorang yang disampingnya merutuk kesal dalam hati.

"Hilih bangsat, kapan sih bisa disapa kayak gitu sama dia?!"

Mata Bani saat Rana muncul membuatnya tidak fokus. Padahal, Bian dan Rana tidak menghiraukan siapa pun. Berasa keadaannya lagi sepi, cuma ada mereka berdua.

"Oh yaudah, kalau gitu nanti bareng aja. Oke."

Senyum itu muncul, tapi bukan untuk Bani melainkan Bian.

"Anjrit, cembokur tuh pasti wkwk" tiba-tiba bisik seorang berambut cepak berhasil mengalihkan perhatian Bani. Dia adalah Roli, sahabat Bani sejak TK.

"Bacot,"

Tampa sadar, seorang Rana telah pergi. Membuat Bani mendelik kepada sahabatnya itu, alhasil Roli kembali mengejek Bani.

"Mampos emang enak jadi penonton keuwuan orang trus, hahahaha''

( Tapi itu kejadian satu bulan yang lalu. Sekarang, beda lagi)

-plsbk op-

"Jadi, si Bian sama Rana gak deket lagi? Lah bisa ya, gue kira bakalan lama"

Pukul sembilan pagi bel Sma Mentari berbunyi, semua orang keluar dan menikmati waktu istirahat. Tapi, itu sepuluh menit yang lalu. Dan sekarang, Bani sedang bersama Roli di kantin. Lebih tepatnya, Bani memakan jajanan di kantin sambil menyimak cerita sahabatnya itu. Sedangkan Roli bercerita tentang informasi yang tidak tentu sambil sesekali menyeruput es Milo miliknya.

"Eh, tapi bukannya lo suka sama dia? Ko gak ngejar sih bangke? Takut ditolak?" Pertanyaan yang dilontarkan Roli membuat Bani memberhentikan makannya.

"Bacot banget si mulutnya. Liat tuh sekitar, banyak yang liatin kita berdua. Berisik banget lo punya mulut!" Cengiran khas seorang Roli muncul.

"Ya mangap, eh salah maaf. Habis kalo ngomong sama lo harus panjang kali lebar. Biar jelas."

"Hilih. Gak tau aja apa yang gue lakuin biar bisa deket sama Rana."

Seketika, tatapan menyelidik Roli terlihat, "Wah anjrit parah banget sih lo sama gue. FUCEK!"

Bani terkekeh. Benar ya, membuat seseorang menjadi penasaran itu memang menyenangkan. Dan benar, dalam satu bulan setelah kejadian itu, dirinya telah melakukan beberapa hal agar bisa dekat dengan Rana.

"Ibaratnya tuh, Rana kayak permata cantik. Sedangkan lo orang utan. Jadi gak mungkin bersama."

"Bangsat."

Eh tapi benar, (bukan soal Bani mirip orang utan) tapi menurut Bani, Rana itu memang seperti permata.

Cantik, unik, dan menarik perhatian.

...