Chereads / Love RANBIN / Chapter 4 - SATU HAL YANG PENTING

Chapter 4 - SATU HAL YANG PENTING

Senyum tulus.

...

-plsbk-

"Weh, gue denger denger, ada yang baru putus ya?"

"Terus kayaknya gue kenal orangnya deh"

"Kalo gak salah si yang ada di samping gue, iya gak sih wkwk.."

Sindiran itu berhasil membuat seseorang yang sedang mencari buku menjadi terhenti. Matanya kini beralih menatap seseorang yang disampingnya, alias yang menyindirnya tadi. Kalian bisa tebak itu siapa?

"Maksud lo apa hmm?" Sambil melipat kedua tangannya di depan dada, raut wajahnya kini berubah menjadi tidak menyenangkan. Auranya berubah jadi dingin.

Dalam hati Bani "hahaha, berhasil!"

Sambil membenarkan ekspresinya, "Ehm, bener kan apa yang gue bilang tadi?" Terkesan mengejek, Bani mengeluarkan smirknya.

"Emang iya sih, tapi gue biasa aja."

Bani tersenyum tipis, "Ko biasa aja, tapi caption di IG lo ngenes gitu?"

"Kacian... sini Abang peluk biar gak sedih sedih lagi" sambung Bani sambil merentangkan kedua tangannya. Seolah pertanda ia terbuka untuknya.

"Lo gilak? Atau gimana?" Sambil mengerutkan alis, kini ekspresinya berubah menjadi cuek. "Udah ah minggir, gue pengen cari buku yang lain"

Sebenarnya, Bani sedikit heran. Tapi melihat seseorang yang disukainya terkesan untuk tidak mau membahas permasalahannya, ia senang.

-plsbk op-

Ting

Ting

Ting

Ting

Ting

Ting

Ting

Ponsel Roli bergetar saat ia baru saja membunyikan suara notif di ponsel miliknya. Membuat Roli yang sedang asyik meminum es bobanya tersedak karena membaca pesan dari Bani.

"Anjrit emang ini anak,  nyaris bikin gue mati berdiri aja karena boba!"

Semua yang ada disekitar Roli terheran. "Lo ngape anjrit? Kalah main judi? Atau gimana?"

Pertanyaan itu langsung membuat Roli tersedak kembali. "Anjrit, lo kalo ngomong dipikir dulu pake otak Weh. Keselek dua kali ini gue syialan!"

Semua orang tertawa. Ketiga teman eskul Roli hanya bisa menggelengkan kepalanya karena pernyataan Roli tadi. "Udah ah kuy lanjut lagi, gue ada tugas negara nanti dari ibu negara!" Seru salah satu dari teman eskul Roli.

"Hilih bacot, bentar gue bales pesan dulu"

(Di lain sisi)

"Mang, kenapa ya bikin luluh cewek itu susah banget, apalagi kalo ceweknya masih suka sama orang lain"

"Kamu ini lagi curhat sama saya?" Sambil terkekeh, ia kembali menyeruput kopi hitamnya. Dia adalah Mang Mujidin. Cs Bani setelah Roli.

"Gak mang, saya pidato di depan mamang, yaiyalah curhat mamang Mujidin yang gantengnya NAUZUBILAH"

Mang Mujidin tertawa, "Bi, si Bani ini beleguk banget, ada air cucian piring gak? Mau saya siram ke mukanya" ujar Mang Mujidin berhasil membuat bibi kantin terkekeh. Sedangkan Bani hanya bisa menatap mang Mujidin dengan kesal.

"Parah, gak azek nih Mang Mujidin"

"Udah ah saya ke lapangan aja ngeliat Roli lagi main basket" sambung Bani terkesan seperti orang ngambek.

"Yoh wes sana pergi" kata Mang Mujidin dengan santai, Bani semakin kesal "MAMANG KENAPA GAK NAHAN SAYA SIH MANG?!"

"Loh katanya mau pergi, ya tinggal pergi aja Bani, kok kamu malah bikin ribet" sahut bi kantin, membuat Mang Mujidin tertawa.

"GAK JADI," Bani dengan cemberut kembali duduk disamping Mang Mujidin.

"Bi kantin mah ngeselin, malah bikin saya tambah kesel, ngambek lah aku sama bibi" Mang Mujidin menoyor kepala Bani.

"Udah udah dramanya, kamu datengin saya karena mau tips kan?"

"Yoh wes, saya kasih tipsnya tapi kamu yang bayarin kopi saya, Ok?"

Bani mendelik "ckckck, dasar satpam yang senengnya gratisan!"

"Yaudah kalo gak mau, sana pergi!" Usir Mang Mujidin.

"Iye iye, saya mau bayarin kopinya, tapi sebutin dulu tips nya Mang"

Mang Mujidin mengangguk. "Cara bikin perempuan luluh..., mudah itu mah Bani, tinggal kamu kasih perhatian setiap hari, lama lama juga luluh,"

Bani terdiam sejenak, "ehm.. perhatian yang kayak gimana dulu Mang? Kalo sekedar ngasih sapaan, nanyain kabar, plus ngasih hal-hal yang dia sukai mah udah biasa Mang" jawab Bani.

"Saya mau nya yang beda gitu," sambung Bani. Membuat Mang Mujidin kembali berfikir.

"Memangnya, siapa sih yang disukai sama Bani?" Kata Bi kantin dengan penasaran, membuat Mang Mujidin beralih menatap Bani dengan serius.

"Gak usah serius serius Mang ngeliat saya nya. Pokoknya yang saya suka tuh beda dari cewek cewek yang kayak biasanya." Jawab Bani dengan sungguh-sungguh.

"Berarti, banyakin prestasi dulu sana, terus lulus, cari kerja, kalo udah sukses baru kejar lagi orang yang kamu suka." Bani cemberut.

"Emang sih perkataan mamang ada benarnya, tapi kalo gitu caranya, bisa bisa dia diambil orang lain."

Mang Mujidin terkekeh, "Udah sana balik kamu ke kelas. Ngobrol sama kamu bikin mumet kepala saya aja"

Ditengah perbincangan antara Mang Mujidin dan Bani, seseorang dengan beberapa temannya datang dan masuk ke ruang kantin. Membuat Bani beberapa detik tercengang.

"Wah Mang, bahaya, bahaya"

"Bahaya apa?"

"suutttt"

"...."

"Eh, lo pada mau beli apa? Biar gue yang pesenin"

"Samain aja semuanya, woke!"

"Woke"

"Bu, saya pesan mie ayamnya empat, sama teh manis dinginnya empat juga,"

"Oke siap neng"

Mata Bani seketika fokus dengan makhluk yang satu itu, membuat Mang Mujidin seketika diam.

"Mang, yang saya suka itu, dia yang barusan tadi pesen makanan" bisik Bani setelah seseorang itu pergi.

"Yampun Bani, ternyata tipe kamu itu idaman semua orang ya. Pantas kamu minta tips sama saya"

"Kalo begitu, dengarin baik-baik satu hal"

"Cara paling ampuh meluluhkan hati perempuan adalah sebuah senyum yang tulus. Baik itu diposisi sedih ataupun bahagia. Senyum yang tulus mampu melumpuhkan hati seorang perempuan."

Deg.

Pernyataan Mang Mujidin seketika menyadarkan Bani satu hal, cara mengejar Rana di hari-hari sebelumnya ternyata salah.

"Ajib banget Mang"

"Kalo begitu, makasih atas tips nya Mang, masalah kopi hari ini, biar Bani yang bayarin"

Mang Mujidin tersenyum. Bukan karena traktiran yang diberikan Bani, tapi karena sifat Bani yang sangat baik.

Dalam hati Mang Mujidin "Semoga aja si Bani selalu bahagia terus. Baik banget emang anak satu ini hehehe"

...