Matahari telah condong ke ufuk barat ketika Vivadhi Ranata, Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane telah beranjak dari tempat tidur dan saat ini sedang bersantap makan siang ( atau sore? ;) ) di meja dapur Vivadhi yang cukup luas untuk mereka bertiga.
Vivadhi Ranata memang tipe orang yang menyukai area pribadi yang luas, karena itu lah walaupun dia berniat untuk tinggal menyepi sendirian setelah dia dicerai istrinya dan mengambil uang pensiun, namun dia membeli rumah yang cukup luas untuk menampung satu keluarga di wilayah pedesaan yang terpencil yang ditawarkan oleh salah satu teman baiknya.
Rumah itu lebih dari cukup untuk menampung empat orang, apalagi kalau hanya untuk mereka bertiga.
Namun karena Vivadhi Ranata hanya tinggal sendiri, hanya ada satu ranjang berukuran besar yang tersedia di rumah tersebut.
Untungnya dua orang gadis pendatang baru, Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane sama sekali tidak keberatan dan malah sangat setuju untuk tidur seranjang dengan Vivadhi Ranata di atas kasur yang cukup luas untuk menampung tubuh mereka bertiga di atasnya dengan nyaman.
"Tapi, Master, di masa depan anda harus membeli rumah yang lebih luas lagi dengan furniture yang lebih lengkap." Celetuk Faladhina Kiseki sambil menikmati makan siang mereka yang berupa Babi Guling khas Bali yang rasanya begitu gurih, sedap dan nikmat.
Dengan kulit berwarna coklat tembaga berkilauan berlapis minyak dengan tekstur yang crispy, dipadu dengan daging berwarna putih yang lembut dan kenyal di baliknya, hidangan ini adalah salah satu makanan favorit kesukaan Vivadhi Ranata.
Dan kini Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane pun juga ikut turut menambahkan menu makanan ini ke dalam daftar makanan kesukaan mereka.
Tidak heran kalau makanan ini sering dijadikan pelengkap sesajen untuk para Dewata di Pulau Seribu Pura! Rasanya begitu lezat dan nikmat!
"Tidak usah terlalu formal begitu bahasanya, Kis. Lagipula aku lebih suka memiliki dirimu sebagai seorang kekasih daripada seorang pelayan." Sahut Vivadhi Ranata sambil tak lupa menggoda gadis yang baru saja ditemuinya pagi ini.
Wajah cantik Faladhina Kiseki merona merah dan bibirnya menyunggingkan senyum bahagia ketika dirinya mendengar kata – kata manis yang keluar dari mulut Vivadhi Ranata.
"Tapi, kurasa rumah ini sudah cukup bagus untuk kita tinggali. Untuk apa lagi beli yang lebih besar?" Tanya Vivadhi Ranata, penarasan.
Berdasarkan perbincangan mereka saat masih di ranjang sebelumnya, dia sedikit banyak sudah mengetahui sedikit karakter masing – masing gadis yang telah dibawanya meraih klimaks di hari pertama pertemuan mereka ini.
Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane bukanlah tipe gadis materialis yang suka hidup bergelimang kemewahan, bagi mereka yang namanya harta itu hanya lah barang fana yang tidak begitu berharga.
Jadi, untuk apa lagi mereka menginginkan rumah yang lebih besar untuk mereka tinggali?
Kali ini, giliran Myradhia Chikane lah yang menjawab pertanyaan dari Vivadhi Ranata, "Itu untuk kebaikanmu sendiri. Sebagai seorang praktisi Teknik Dewa yang pasti akan mencapai tempat yang sangat tinggi masa depan, pasti lah akan ada banyak orang yang ingin bergabung di bawah naunganmu, terutama para wanita yang akan berebut untuk menjadi istri dan selir – selirmu."
"Ya, di saat itu tiba, rumah ini akan menjadi terlalu sempit untuk kita tinggali bersama." Kata Faladhina Kiseki, melanjutkan perkataan Myradhia Chikane.
"Ah? Istri dan Selir? Aku rasa aku sudah cukup hanya dengan kalian berdua?" Vivadhi Ranata terdiam melongo sambil menatap Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane yang balas memandangi sang lelaki sambil tersenyum.
"Oh...,Vivadhi Ranata ku sayang..., kamu naif sekali." Kata Faladhina Kiseki sambil tertawa kecil.
"Yep, dia manis sekali.... Saya suka." Tambah Myradhia Chikane sambil menopang dagu di atas kedua tangannya.
"Eh... kok respon kalian kayak begitu..." tanya Vivadhi Ranata, heran melihat dirinya yang sudah berusia 69 tahun ini merasa seperti diperlakukan bagaikan seorang anak kecil yang masih polos oleh kedua gadis cantik yang sedang duduk di meja makan bersama dengan dirinya.
"Vivadhi Ranata, kalau aku tidak salah, waktu tadi kita sedang bercumbu dan bahkan saat bertarung, kamu menggunakan teknik Sutra Hati atau semacamnya kan?" Tanya Myradhia Chikane dengan tatapan yang tajam.
"Eh..., iya, aku punya ilmu yang namanya Sutra Hati Royal. Kenapa memangnya?" Vivadhi Ranata mengiyakan saja dugaan dari Myradhia Chikane dan balik memberikan pertanyaan padanya.
Namun kali ini, yang menjawab pertanyaannya adalah Faladhina Kiseki, "Ranata, apa anda tahu? Semakin banyak wanita yang anda miliki, semakin besar kesempatan dan manfaat yang akan anda dapatkan dengan berlatih menggunakan ilmu itu. Idealnya, anda perlu paling tidak sepuluh orang wanita untuk melakukan kultivasi ganda dengan menggunakan teknik yang ada di dalam sutra itu setiap malamnya untuk hasil yang maksimal."
"Hahhh!!!!???? Sepuluh!?" Vivadhi Ranata tak pelak merasa kaget melihat jumlah slot calon istri yang ditawarkan oleh Faladhina Kiseki.
Bagaimana tidak, selama 69 tahun dia hidup, dia selalu setia hanya kepada satu orang wanita saja yaitu bekas istrinya yang telah dia nikahi selama 39 tahun sebelum akhirnya pernikahan mereka kandas akibat skandal perselingkuhan yang dilakukan oleh bekas istrinya tersebut.
Bagaimana dia tidak kaget ketika sekarang ada seorang gadis yang kecantikannya sanggup menandingi para Dewi dan Bidadari dari kahyangan mengatakan kepadanya (dan sekaligus juga secara implisit menyetujui) dirinya untuk berhubungan dengan sepuluh orang wanita sekaligus?
"Ranata, anda sekarang sudah bukan seorang mortal lagi. Sebaiknya segera tinggalkan pola pikir anda yang lama dan sudah usang itu. Ubahlah pikiran anda sebagaimana tubuh fisik anda juga sekarang telah berubah menuju tahap evolusi yang lebih tinggi." Kata Myradhia Chikane menegaskan kepada Vivadhi Ranata dan sekaligus juga secara implisit ikut menyetujui hal yang disampaikan oleh Faladhina Kiseki sebelumnya.
"Oh..., oke.... Hmmm, jadi ini kah yang dimaksud dengan Jalan Raja Harem yang tersirat di dalam Sutra Hati Royal..?" Gumam Vivadhi Ranata sambil kembali merenungkan apa saja yang telah dipelajarinya saat dia mendapatkan Ilmu Ajian Sutra Hati Royal....
"Tapi..., Sebelum aku mulai memikirkan soal wanita lain, lebih baik kalau aku fokus saja dulu dengan yang sekarang ada disini...." Pikir Ranata sambil menghabiskan makan siangnya bersama dengan dua orang gadis cantik yang menemani dirinya di meja makan.
Setelah mereka bertiga menghabiskan makanan mereka dan membereskan semuanya, secara bergantian mereka pun menggunakan kamar mandi untuk membersihkan diri mereka masing - masing.
Lalu kemudian mereka bertiga pun menghabiskan waktu mereka bersama hingga matahari terbenam dengan menonton berbagai siaran di televisi yang isinya kebanyakan lebih seperti kumpulan lelucon daripada isu - isu serius.
Dan akhirnya setelah hari berganti menjadi malam dan bulan yang masih terang benderang sehabis purnama terbit menggantikan matahari yang telah pergi ke peraduannya di ufuk barat, Vivadhi Ranata pun beranjak kembali ke kamar tidurnya sambil mengajak Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane.