"Tak kenal maka tak sayang."
"Noah, anterin adek kamu kesekolah tuh. Tapi tunggu dulu, Rael sama Abby masih sarapan." Kata Bunda.
"Aahh bundaaa, suruh Roland aja nih yang nganterin!" Jawab Noah males-malesan.
"Yaampun Noah, kamu itu pake mobil sedangkan Roland pake motor. Masa nganterin Rael sama Abby sekalian sih? Udah kamu aja."
"Udahlah bang, terima kenyataan aja. Gak inget lo, gue juga masih mengenyam pendidikan dibangku SMA kelas 3?" Sambung Roland sok bijak.
"Bahasa lo, tinggal di kolong jembatan aja ngomong lo kayak gitu." Dengan muka cemberut, Noah menjawab.
"Dek, udah siap kan? Berangkat sekarang ya?" Tawar Rael pada Abby.
"Iya, kak ayo anterin kita. Nanti kita telat lagi! Buruan ayo." Jelas Abby.
"Tunggu gih di garasi, ntar lagi baru nunut. Mau cuci muka dulu!" Jawab Noah sekenanya.
"Yaudah, kita tunggu ya kak. Awas lama-lama!" Kata Rael sambil mengangguk.
"Meragukan lagi lo. Udah sana cepetan kalo gak mau telat!" Sambung Noah.
.
.
Setelah menunggu Noah, akhirnya mereka bertiga berangkat ke sekolah Rael, dan Abby yang searah tapi bukan satu sekolah. Soalnya Abby masih kelas 8 SMP.
"Makasih ya kak! Hati-hati anterin Abby. Awas kalo sampe kenapa-napa." Kata Rael setelah turun dari mobil.
"Gue gak lo khawatirin? Abby doang nih? Marah ahh gue." Jawab Noah sambil pura-pura buang muka.
"Ya gak gi--"
"Udah sana masuk, ntar keburu pagernya ditutup adek ku yang paling cantiiikk!"
"Yaudah, ntar kakak yang jemput kan?"
"Liat aja ntar. Gue harus kuliah juga, inget."
"Hmmm, da daaaaa!"
*
Pelajaran pertama diisi dengan Matematika. Yup, pelajaran mematikan bagi seluruh murid mungkin didunia ini. Harus hitung-hitungan, kali-bagi-kurang-tambah, persentase, phytagoras, dan semua jenis rumus yang gak ada abisnya kalo disebutin. Dan, sekarang kelasnya Rael lagi dapet sialnya, karena mereka disuruh ngerjain soal 30 nomor yang isinya gak tau deh apaan. Sampe bebel otak rasanya, tebel banget sampe gak bisa mikir. Soal nya emang pendek, tapi jawabannya itu loh, kayak jembatan Suramadu. Panjaaaang banget!
"Eh kalian udah belom?" Kila yang mukanya udah sedih banget kayaknya ngerjain soal.
"Pake nanya lagi, ya belom lah." Jawab Kezia sekena-kenanya.
"Albert Einstein gak bisa idup lagi ya? Bantuin kita gitu?" Sambung Hana yang sama sedih juga ngerjain soal.
"Yaudah lah, kita kerjain aja dulu. Salah mah soal belakangan, yang penting kumpul." Lanjut Rael pasrah.
Dan semuanya ngangguk setuju.
Kenapa mereka sampai segitunya? Karena selain emamg susah, materi yang diajarin guru itu dikit sedangkan kebanyakan ngasih soal, karena mengingat mereka yang akan naik ke kelas 12. Emang masih lama, tapi persiapannya udah jauh-jauh hari. Jadi jangan remehin betapa susahnya Matematika anak SMA.
"Dikit lagi mau istirahat, kerjain aja udahlah. Kata guru kan gak boleh takut salah. Jadi, meskipun ragu, isi aja udah!" Kata Kila mantap.
Dan lagi, mereka yang denger hanya bisa ngangguk mengerti.
🌼🌼🌼
Bel isirahat sudah berbunyi dan, Hana, Kila, dan Kezia nggak pergi kantin karena katanya mereka males. Si Briell gak masuk hari ini, jadi yang ke kantin hanya Rael. Yup, Sendirian! Karena Rael lapar, makanya dia berani ke kantin tanpa teman-temannya. Kalo dia juga lagi gak lapar, berarti dia ada kelas juga sekarang.
Akhirnya, Rael sampe di kantin dan langsung berdiri mengantri, untuk memesan bubur ayam yang katanya paling enak seantero sekolah. Jadi, dia berniat untuk mencobanya untuk pertama kalinya, karena selama ini dia cuma memesan bakso, dan mie ayam aja.
"Bubur ayam, sama es teh nya satu ya bu!" Kata Rael.
"Ditunggu ya dek, nanti saya anterin pesenannya." Jawab bu Ningsih sebagai pemilik lapak bubur ayam. Jawaban tersebut, hanya mendapat anggukan manis dari Rael.
Setelah itu, Rael langsung mencari tempat duduk yang masih kosong. Dan dia mendapatkannya, di agak pojok kantin sebelah kanan pas. Rael duduk sambil memainkan ponselnya, menunggu pesanannya datang.
10 menit kemudian, pesenan Rael sampai di meja makan diantar oleh bu Ningsih. Tak berlama-lama, Rael langsung makan bubur ayam tersebut, mumpung masih hangat. Kalo udah dingin kan gak enak jadinya.
Baru beberapa sendok Rael menikmati bubur tersebut, ada seseorang yang duduk didepannya. Seorang cowok ternyata yang duduk. Rael biasa aja nanggepinnya, karena dia juga masih makan. Cowok tersebut juga kelihatannya membawa semangkuk bubur ayam, sama seperti Rael.
"Gue boleh duduk disini?" Tanya cowok tersebut yang bernametag Danell Adhyaksa.
Rael mengernyitkan dahinya, sambil berkata dalam hatinya sebelum menjawab pertanyaannya, "loh ini kan kakak kelas yang kemaren diomongin Kila!" -batin Rael.
"Oh, boleh kak. Silahkan!" Jawab Rael.
"Hehe makasih ya, baik banget."
Rael hanya menanggapinya dengan senyum kecut. Acara makan-makan Rael jadi agak gak nyaman karena didepannya ada kakak kelas.
"Lo tau gak? Ini bubur ayam yang paling enak seantero sekolah loh." Kata Danell yang memecah keheningan.
"Euum iya kak, udah tau dari temen." Kata Rael sekenanya.
"Ohh udah tau toh, kirain belom. Tapi enakkan? Buburnya?"
"Enak kok, gak ngecewain ternyata." Jawab Rael sambil tersenyum.
"Aduuuh!"
Rael yang medengar Danell barusan menjerit aduh, langsung menatapnya bingung.
"Aduh, jangan senyum kayak gitu! Manis banget." Goda Danell.
Rael hanya membalas dengan senyum yang terpaksa dan kecut.
"Ini gombal bukan sih?" -batin Rael.
"Lo Rael kan? Keala Azrael Wiranata. Bener kan?" Tanya Danell.
"Loh? Kok tau nama aku kak?" Jawab Rael yang juga bingung kenapa dia bisa tau namanya.
"Tau lah, masa orang cantik kayak lo gak ada yang tau namanya sih." Jawab Danell.
"Jadi kesimpulannya?"
"Ya kesimpulannya, lo cantik dan mana ada orang yang gak tau nama lo."
Kriiiing...
"Eh kak, aku masuk kelas dulu!" Kata Rael singkat.
Danell belom jawab, tapi Raelnya udah lari ke kelas duluan. Jadi, ya sudah acara kenalan yang masih ngegantung harus diakhiri sekarang.
"Bakalan susah nih kayaknya!" -batin Danell
*
Waktunya untuk pulang sekolah sudah tiba, dan semua siswa siswi langsung berhamburan. Ada yang ke parkiran, depan gerbang sekolah dan lainnya. Rael salah satu yang nunggu didepan gerbang sekolah. Dengan maksud untuk menunggu Noah, atau Roland untuk menjemputnya. Rael sendirian lagi, karena yang lain udah pada pulang. Jadi yaudah, dia nunggu sendirian lagi.
Setelah menunggu sekitar 20 menit, Noah tak kunjung menunjukkan tampangnya didepan Rael. Karena gerah, Rael males nunggu karena ngantuk. Bisa-bisanya kakak pertamanya itu, melupakan Rael. Ckck.
Tapi, tiba-tiba ada yang berhenti didepannya menggunakan motor ninja berwarna merah. Karena gak kenal, Rael cuek aja. Tapi, orang tersebut membuka helm-nya, dan menanyakan sesuatu pada Rael.
"Belom pulang?" Tanya cowok tersebut.
"Loh kok? Kakak yang tadi dikantin kan?"
"Iya gue yang tadi dikantin. Oh iya, nama gue Danell. Danell Adhyaksa, kelas 12 IPS 2, paling ganteng seantero sekolah. Panggil aja Danell, tapi kalo mau ditambahin embel-embel sayang juga gak papa." Jawab Danell dengan bangga.
Rael hanya mengangguk, sambil senyum kearah Danell.
"Aku panggil kak Danell aja!" Jawab Rael.
"Terserah lo aja. Ada yang jemput gak?"
"Euum iya, ada yang jemput."
"Beneran ada yang jemput?"
Rael mengangguk.
"Mau gue anterin pulang gak? Tulus loh ini."
"Gak usah kak, makasih. Nanti kakak aku nyariin!"
"Gue tungguin deh, sampe kakak lo jemput! Gak baik anak perempuan sendirian sore gini soalnya."
"Gak papa kok kak, aku bisa nungguin sendiri. Kak Danell pulang aja, ntar dicariin mamanya lagi."
"Gak mungkin. Udah ijin duluan soalnya sama nyokap."
"Maksudnya udah ijin?" Tanya Rael.
"Ya gue udah ijin, soalnya kayaknya bakal ada yang gak dijemput sama kakaknya." Jawab Danell santai.
Rael masih bingung dengan jawaban Danell barusan. Dan tidak lama kemudian, ada chat baru masuk ke ponsel milik Rael. Dengan segera Rael pun langsung mengeceknya.
Dan ternyata dari Noah.
abang
Lo udah pulang dek?
Udah kak.
Yaah maap bat nih, gue lagi ada kuliah tambahan nih!
Jadi? Gak bisa jemput?
Nah adik yang pintar👍
Yang bener ah!
Yeu dikata gue boong kali, ya kagak lah!
Lo naik grab aja, ato ojek, ato jalan kaki.
Ihh yaudah gpp
Read
...
"Gimana? Udah dijalan kakak lo?" Danell bertanya lagi.
Rael menggeleng.
"Tuhkan bener apa gue bilang. Tawaran gue masih berlaku sih!"
"Gak usah kak, aku naik grab aja. Ngerepotin ntar!"
"Siapa yang bilang ngerepotin? Udah sore ini."
Rael menimbang-nimbang, naik untuk diantar Danell atau naik grab aja.
"Keburu malem ini, Ra! Gimana, mau gak?"
"Euuumm, yaudah deh. Tapi gak ngerepotin kan?"
"Enggak lah. Ayo naik!"
Rael pun segera naik motornya Danell, dan mendapat satu perintah dari Danell sebelum dia melajukan motornya.
"Pegangan yang kuat," Kata Danell dan segera Rael lakukan, tapi Rael malah memegang tas milik Danell.
Sambil tertawa kecil Danell menerangkan, "Maksud gue pegangan itu, tangan lo disini!" Kata Danell sambil menarik tangan Rael, dan melingkarkannya pada pinggang miliknya.
Rael yang agak kaget, hanya bisa diam.
"Nanti kalo gue ngebut terus lo jatoh, kasian. Soalnya kita belom jadian!" Kata Danell. Tapi karena tertutup helm, suaranya jadi kecil dan gak kedengeran. Rael jadi bingung Danell ngomong apa barusan.
"Kakak ngomong apa barusan?"
"Udahlah gak penting. Udah siap kan? Kita jalan ya!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sesampainya dirumah Rael...
"Makasih ya kak udah mau nganterin. Maaf ngerepotin juga jadinya!" Kata Rael setelah turun dari motor.
"Sama-sama, lagian gak ngerepotin sama sekali kok."
"Sekali lagi makasih ya kak!" Jawab Rael dengan senyuman manisnya.
"Apasih yang nggak buat orang cantik? Udah sana masuk, ntar gue dikira penculik lagi." Gombal Danell.
Rael tertawa, dan menjawab "Yaudah, aku masuk ya kak. Hati-hati dijalan!"
"Iya. Sampe ketemu disekolah!"
Rael pun masuk kedalam rumah dengan senyum yang terulas diwajahnya, lagi dan lagi.