Chereads / The Day You Blew / Chapter 3 - #THREE

Chapter 3 - #THREE

Siang ini, kelas Danell sangat ribut dikarenakan tidak ada guru yang mengajar dalam kelas. Pagi tadi kelas sudah diisi dengan pelajaran IPA, dengan segala macam materi yang dibahas panjang kali lebar. Jadi, sekarang adalah salah satu waktu dimana semua murid terbebas dari ocehan panjang guru, yang masuk mengajar. Ketika semuanya sedang asik dengan waktu mereka masing-masing, Danell hanya duduk diam sambil mendengarkan playlist song kesukaannya menggunakan earphone biru donker nya.

Rafa yang lagi maba Mobile Legend bareng Gideon dan beberapa teman lainnya, menatap sekilas Danell dengan raut wajah penuh pertanyaan. Karena Rafa adalah tipe cowok yang penasaran atau istilahnya kepo, jadilah dia menanyakan suatu hal pada Danell.

"Nell? Lo napa siang-siang bengong gitu?" Tanya Rafa sambil masih memainkan ML nya.

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 detik

Tidak ada jawaban apa-apa dari Danell.

Gideon yang juga mendengar pertanyaan Rafa pada Danell tadi, langsung menoleh kearah tempat duduk Danell dan tertawa.

"Kok gue kacang sih?" Kata Rafa.

"Heh! Pantes aja lo ngebacot barusan kagak didenger sama doi. Orangnya lagi dengerin lagu noh!" Jawab Gideon sambil nunjuk kearah Danell yang keliatannya lagi nikmatin banget lagu yang lagi didenger. Soalnya sambil nutup mata gitu!

"Yaelah.. pantes aja gue kacang! Woy Danell!" Begitulah Rafa adanya kalo omongannya gak didengerin.

"Toa banget mulut lo! Kecilin dikit napa, ntar guru denger gimana?" Sahut Gideon karena suara Rafa gede sumpah.

"Diem lo. Lah lah lah, manusia satu ini budeg ternyata. Rasakan nih jurus mematikan gue!" Setelah Rafa berkata seperti itu, dia langsung menghampiri Danell dan secepat kilat menarik salah satu bagian earphone Danell lalu berteriak.

"MAASSS DANELL LAGI NGAPAIN?"

Danell yang kaget, sontak membalas, "Anjirin telinga gue woy!"

Wajah Danell udah merah banget, abisnya kan pengeng diteriakkin pas ditelinga. PAS BANGET! Hit the spot pokoknya.

"Lo napa sih bengong? Masih siang juga." Sekarang Gideon yang bertanya.

"Lagi mikirin Pak Su'eb. Puas lo pada? Telinga gue sampe sakit diteriakkin nih dugong." Jawab Danell sekananya.

"Nell lo masih waras kan? Lo gak lagi sakit gitu? Gue gak nyangka ternyata lo maho njir. Ckckck!" Balas Rafa dengan wajah tak percaya.

"Mikir dah sesuka lo. Ganggu banget jadi manusia!" Danell kesel sekesel-kesel nya.

"Weh nge-rem dong masbro, jangan ngegas!"

"Tau nih sensi amat lo har---" Perkataan Gideon terputus karena ada yang mengetuk pintu kelas.

Tok tok tok

"Permisi.." Kata seorang gadis dan beberapa temannya.

"Oh iya, ada perlu apa ya?" Si ketua kelas, Nanda menghampirinya dengan senyum.

"Ini kak mau naro bukunya Bu Airin. Katanya nanti baru masuk kelas.."

"Oohh, taro aja dek dimeja!  masuk aja, gakusah malu." Balas Nanda.

Dengan agak ragu, gadis tersebut masuk.

Rafa yang omongannya terputus, langsung menujukan arah pandangnya ke gadis tersebut. Begitu juga dengan Danell dan Gideon.

"Eh eh Nell? Itu bukannya adek kelas yang kita jadiin taruhan TOD lo kemaren ya?" Tanya Rafa pada Danell.

"Eh bener tuh kayaknya Raf! Itu bukan sih?" Lanjut Gideon.

Danell yang memperhatikan gadis itu, dan memang tidak asing baginya karena kemarin baru saja ia memulai pendekatan dengan gadis itu. Yup, gadis itu siapa lagi kalo bukan Rael.

"Iya, bener itu dia!" Jawab Danell singkat.

"Sapa dong bruhh!"

"Gakusah lah apaansih!" Balas Danell.

"Alah, gue aja dah kalo gitu." Lanjut Rafa.

"Dek? Namanya Rael kan. Kenal Danell gak?" Tanya Rafa setelah menghampiri Rael.

Rael yang ditanya tiba-tiba langsung menghentikan langkahnya menuju pintu dan menjawab, "Iya nama saya Rael kak. Ada apa ya?"

"Kenal Danell Adhyaksa gak?"

"Danell Adhyaksa?" Jawab Rael ragu sambil mengerutkan dahinya. Tapi nama itu gak asing di telinganya.

"Iya Danell Adhyaksa. Tuh yang itu tuh orangnya! Kenal gak?" Kata Rafa sambil nunjuk Danell.

"Oh iya! Kak Danell yang kemarin kan?" -batin Rael

Dalam posisi saat ini, Danell hanya bisa diam ditempat dan tak tahu harus berbuat apa. Dia belum bisa memberi tahu temannya, sampai ia benar-benar lepas dari Nadine. Setelah itu baru dia bisa cerita, kalo udah mulai PDKT abal-abal.

Rael yang melihat Danell, hanya tersenyum manis dan ternyata gak dibales sama Danell. Rael bukan tipe cewek yang mudah bergaul sama cowok, jadi dia tau diri lah sama cowok yang baru dikenal, makanya cuman disenyumin aja. Dan satu lagi, Rael gak ngarep senyumannya dibales sama Danell kok!

"Gue tau kok Danell ganteng, tapi gakusah diliatin gitu juga kali. Pake senyum lagi!" Rafa emang mulutnya gak bisa dikotrol.

Rael yang mendengar hal tersebut, langsung menatap Rafa dengan kedua alis yang terangkat, dan muka yang datar.

"Raf! Apa-apaan sih lo?" Teriak Danell dari belakang.

"Terus maksudnya apa kak?" Kata Rael dengan tatapan gak suka ke Rafa.

"Gitu aj---"

"Permisi kak!" Lanjut Rael karena udah gak mood ngomong lagi. Dan keluar kelas secepat mungkin.

"Senyum nya, polos banget."  -batin Danell

°•○

"Lo tadi ngapain aja sih El? Lama sumpah." Kata Kezia.

"Ya naro buku!" Jawab Rael singkat aja.

"Tapi tadi gue denger ada suara cowok gitu, ngomong sama lo. Siapa?" Lanjut Hana penasaran.

"Enggak, bukan siapa-siapa kok!"

"Yaelah udah main rahasia-rahasiaan nih." Balas Briell dan Kila.

"Ihh emang bukan siapa-siapa kok. Lagian gue gak kenal namanya!"

"Yodah, kita gak maksa qaqa!" Kila ngomongnya sok imut.

"Ewh. Jijik tingkat internasional!" Balas Kezia yang pasang muka mau muntah.

"Mpus di ewh-in sama Kezia lo. Hahhahah!"

"Eh kalian ke kelas aja duluan. Gue mau ke toilet bentar, ok?" Suruh Rael.

Setelah dapat anggukkan dari mereka, Rael langsung berlari menuju toilet.

.

.

.

.

.

.

.

.

Rael yang udah selesai dari toilet, berniat langsung ke kelas. Tapi, tiba-tiba ada yang manggil namanya dari belakang. Sontak Rael langsung menoleh ke sumber suara barusan. Dan mendapatkan Danell sedang berlari menghampirinya, sambil memanggil namanya.

"RAEL!"

Sebenarnya Rael lagi males ngomong, dan pengen cepet ke kelas. Tapi dia udah keburu dipanggil jadi, yaudah ladenin aja lah.

"Iya kak, ada apa?"

"Abis dari mana?"

"Dari toilet. Emang kenapa kak?"

"Ohh, euum gue pengen..." Danell memberi jeda perkataannya.

Sambil mengerutkan dahinya Rael melanjutkan, "Pengen apa kak?"

"Pengen minta maaf soal temen gue tadi yang dikelas."

"Ouhh.. gakpapa kak, lagian bukan salahnya kak Danell juga kan?"

"Tapi tetep aja, gue juga merasa bersalah sama lo!"

"Iya iya kak, aku udah maafin kok. Gak usah segitunya kali kak!" Jawab Rael sambil memberi senyum pada Danell.

"Lagi, lagi, dan lagi!" -batin Danell.

"Harus banget ya pake senyum gitu?" Tanya Danell.

"Terus harus gimana aku nya?"

"Manis banget soalnya, gak kuat gue liatnya! Hehe." Kata Danell sambil smirk.

"Nanti pulang, gue anterin lagi ya?"

"Maaf ya kak, tapi gakusah."

"Gue tulus nan ikhlas loh ini!"

"Gak usah kak, makasih!"

"Hmmm.. yaudaah deh gak papa."

Sambil mengagguk Rael membalas, "Kak aku ke kelas dulu ya!"

"Mau gue anterin sampe depan kelas gak?" Tawar Danell. Emang kesempatan!

Tawaran tersebut mendapatkan gelengan dari Rael.

°•○

Malam ini, dirumah Rael sepi karena orangtuanya lagi pergi ke Bogor. Katanya sih karena urusan kerja Ayah nya. Jadi dirumah cuma ada Rael, Noah, Roland sama Abby. Mereka ber-4 lagi gabut, soalnya gak tau harus makan apa. Di kulkas gak ada apa-apa, mau masak tapi gak ada bahan. Mau beli makanan juga, males jalan.

"Adik-adikku tercyntah, kita arep mangan opo iki?" Kata Noah yang udah males.

"Au nih! Rael beliin makanan di depan jalan gih." Suruh Roland

"Aku gak pegang uang kak!"

"Bang, kasih Rael uang tuh buat beli cemilan gitu!" Kata Roland memelas.

"Yaudah nih nih, beliin cemilan yang enak ya dek. Di Seven Eleven ya!"

"Apa aja kan? By, mau apa?" Rael bertanya pada Abby.

"Apa ajalah kak."

"Yaudah kalo gitu tunggu bentar ya, mau pake jaket dulu." Balas Rael, dan menaruh uang diatas meja lalu beranjak ke kamar.

.

.

.

.

.

"Aku pergi dulu ya!" Rael berteriak saat didepan pintu rumah.

Ketika Rael udah jalan, dan udah gak keliatan lagi, Abby baru sadar kalo uangnya gak dibawa sama Rael. Abby pun langsung berteriak memanggil Rael, tapi jelas gak nyaut karena udah jauh Rael-nya.

°•○

Di 7 Eleven....

Keranjang yang di tenteng Rael, udah penuh sama cemilan pesenan kakak dan adiknya. Dia masih berpikir apakah cemilan segitu cukup untuk 4 orang?

Rael baru inget satu hal, yaitu makanan kesukaannya yaitu es krim. Rael segera ke bagian es krim dijual, dia milih 4 es krim. 1 untuknya, dan 3 lainnya untuk Noah, Roland serta Abby.

Tiba saatnya dia mengantri di kasir. Setelah beberapa saat menunggu customer lain yang ingin membayar, sekarang saatnya giliran Rael. Dia mulai menaruh belanjaannya di meja kasir, dan menunggu.

"Semuanya Rp.69,560 kak! Ada member card nya?" Tanya si mbak kasirnya.

"Nggak gak ada mbak. Tunggu sebentar ya!" Rael mulai merogoh saku jaketnya untuk mencari uang nya. Tapi uang tersebut gak ada di sakunya. Rael mulai panik, dia berpikir kalo uang nya jatoh dijalan.

"Aduuh maaf banget mbak, kayaknya uang saya ketinggalan deh. Belanjaannya disimpen aja dulu mbak, saya mau balik ke rumah untuk ngambil uangnya."

"Maaf tapi gak bisa!"

"Adduh mbak seb---" Perkataan Rael terpotong oleh seseorang.

"Udah mbak saya aja yang bayarin. Berapa totalnya tadi?"

Rael langsung menoleh ke samping kirinya, dan lagi dia mendapatkan Danell telah berdiri disampingnya.

"Totalnya Rp.69,560"

"Tambah sama ini ya mbak!" Kata Danell sambil menyodorkan satu buah minuman kaleng.

"Gak usah kak, biar aku balik aja kerumah!" Kata Rael.

"Lo gak denger tadi mbak nya bilang gak bisa? Udah gue yang bayarin. Ikhlas kok!"

Rael cuma bisa diam dibuatnya.

"Semuanya jadi Rp.73,560" Kata mbaknya setelah Danelk menyodorkan selembar uang seratus ribu.

"Ini kembaliannya! Terima kasih atas kunjungannya."

.

.

.

.

.

.

"Makasih ya kak udah nolongin tadi. Besok uangnya aku ganti ya kak!"

"Gak usah Rael, gue tulus bantuinnya."

"Ya tapi tetep aja kak, aku gak enak.!"

"Udah ah, lo mau langsung pulang?" Tanya Danell.

"Iya kak. Ngomong-ngomong, rumah kak Danell deket sini juga?" Rael bertanya balik.

"Enggak, tadi kebetulan lewat sini aja. Eh malah ketemu sama lo!" Jawab Danell.

Rael mengangguk tanda mengerti.

"Gue anterin sampe rumah ya. Udah malem, gak baik anak perempuan sendirian malem-malem." Tawar Danell lagi.

"Kalo gak ngerepotin, boleh kak." Jawab Rael.

"Sama sekali enggak ngerepotin."

'

'

'

'

'

'

'

'

Rumah Rael...

"Makasih ya kak, udah berapa kali kak Danell aku repotin. Maaf ya kak!" Kata Rael.

Sambil terkekeh Danell menjawab, "Gak usah minta maaf, toh guenya juga ikhlas bantu kok!" Tangan Danell mengacak pelan rambut Rael.

"Oh iya kak. Tunggu disini sebentar ya, sebentar aja! Aku mau ambil uang buat ngembaliin uangnya kak Danell." Pinta Rael dan segera berlari masuk rumah.

"Gak us---"

"Tuh anak emang bener-bener ya.. kabur aja lah!"  -batin Danell

5 menit kemudian...

"Ini kak u--- loh kak Danell? Kak Danell?" Rael mencari keberadaan Danell.

"Kok ilang sih? Kan mau ngembaliin uangnya.. ck besok aja deh disekolah!"

Sebelum Rael masuk lagi ke dalam rumah, dia memegang puncuk kepalanya dan tersenyum...