°
°
°
°
°
Srak
Kedua kaki yang terlapisi sepatu Converse hitam itu berhasil menapaki tanah, setelah diketahui memanjat pagar dengan susah payah. Badan si pemilik kaki itu langsung tegap begitu dirasanya ia mendarat tanpa cedera.
Matanya langsung menyortir segala penjuru untuk memastikan bahwa tidak ada sama sekali orang yang mengetahui keberadaannya. "Huh, aman!" Katanya dengan lega.
Kemudian selanjutnya ia berjalan sambil membungkuk untuk meminimalisir ketahuan oleh orang yang berkeliaran. Lalu dia mengambil arah jalan melewati gudang belakang, karena menurutnya jalan itulah yang paling sepi.
Untuk beberapa saat, ia bersembunyi dibalik tembok sambil sesekali mengintip keadaan sekitar. Saat dirinya merasa sudah benar-benar sepi, ia kembali melangkahkan kakinya. Namun aksinya terhenti begitu suara seseorang terdengar. Ia langsung merutuki dirinya sendiri, dan memejamkan matanya pertanda kalau ia merasa sudah tertangkap basah terlambat.
"Kamu ngapain?"
Danell. Si 'ia' yang tadi memanjat pagar. Ia berbalik badan dan mendapati seorang gadis yang menatapnya dengan wajah bingung. Danell sempat terdiam menatapnya. Rael. Gadis yang ada di depannya adalah Rael. Tapi dia langsung meloloskan suaranya.
"Lo.... nanya ke gue?"
Rael mengangguk dengan polosnya, dan berkata. "Bel udah bunyi daritadi, kamu gak masuk kelas?"
Danell menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Apa Rael tidak mengenal kalau dirinya adalah Danell? Ya, mungkin teori itu bisa saja terjadi. Karena Danell sendiri mengenakan topi, serta masker untuk menyembunyikan identitasnya. Tapi apakah Rael tak mengenal suaranya? Entahlah.
"Eh, jadi gini... Gue itu terlambat, terus manjat pager belakang. Niatnya sih pengen cabut ke kantin, tapi udah ketahuan duluan sama lo. Mau ngelaporin ke guru BP ya?" Jawab danell yang agak kikuk disertai dengan nada bicara yang dibuat-buat agar tak terdengar seperti dirinya.
"Enggak," Rael menggelengkan kepalanya tiga kali. "Aku mau langsung ke kelas, ada ulangan kimia bentar lagi. Aku gak mau telat masuk hanya karena mau ngelaporin kamu."
Tanpa menunggu jawaban Danell, Rael langsung melenggang pergi menjauhinya. Tanpa tau kalau yang sedari tadi berbicara dengannya itu adalah Danell, yang ditinggalkan melongo dengan jawaban dari Rael barusan.
Tidak berlama-lama dan tak mau ambil pusing, Danell langsung melanjutkan perjalanannya menuju kantin. Toh hal ini sudah dilakukannya selama tiga tahun, jadi terserah saja kalau ada yang mau melapor.
• • •
"Ra, ngantin yuk!" Tawar Kezia dengan antusiasnya saat mendengar bel istirahat dikumandangkan.
"Iya iya sabar, tenang aja kali." Jawab Rael saat mengetahui Kezia menarik-narik lengannya.
"Santai mbak, kantin gak lari. Girang amat denger bel bunyi, ckckck!" Kali ini Hana bersuara dengan muka judging you so hard babe.
"Bodo bodo gue gak denger, gue pake kacamata!"
"Yeuu kasian emang otaknya gak sinkron sama mulut. Udah ahh yuk pergi. " Sambung Kila.
"Jahat banget ihh mulutnya, La!"
Siang ini mereka habiskan dengan berbincang-bincang ringan di kantin. Entah membicarakan tentang keseharian mereka, kegiatan stalking mereka, membicarakan kakak kelas yang cakepnya sampai mengalihkan dunia, dan lain-lain. Segala cara, seperti mendaki gunung menyeberangi lautan macam ninja hattori pun, mereka lakukan demi mendapatkan nomor deretan para cogan, yang menurut Rael biasa aja.
Ya, silahkan salahkan Rael bila ia mengatakan para lelaki yang digemari teman-temannya itu biasa saja. Tapi ada satu hal yang perlu kalian tau. Rael itu belum pernah memiliki pacar, selalu menunjukkan antara care atau tidak pada cowok itu jarang sekali dilakukannya. Rael juga hanya memiliki sedikit teman cowok, yang paling dekat hanya pacar dari ketiga temannya itu. Tapi kalau masalah sayang, Rael itu juara satu. Rael itu menyayangi semua jenis makhluk di bumi ini. Sampai-sampai ia pernah kehilangan seekor kucing yang dinamainya Mimi, dan Rael sampai menangis 7 hari 7 malam hanya karena seekor kucing. Prinsip Rael hanya satu. Kalau dia sudah bilang sayang sama seseorang, dia akan selalu sayang sama orang itu sampai kapanpun.
"Ehh kita kan masih ada tugas buat makalah. Kalian inget gak?" Tanya Hana
"Walah iya bener, gue lupa sist." Jawab Kila sambil menepuk jidatnya.
"Lah gausah curhat, gue juga belom. Tadi baru aja diterpa ulangan kimia, malah inget ada tugas."
"Iya ben--" Perkataan Kila dipotong secara tiba-tiba oleh Kezia.
"Ra, lo liat kakel disana kan?" Kezia dengan spontannya langsung menunjuk ke arah tempat duduk di belakang Rael.
"Iya, kenapa?" Jawab Rael sambil menengok ke belakang.
"Dia itu namanya Danell. Ganteng sih, tapi dia itu berbahaya. Jadi jangan deket-deket dia ok?" Sambung Kezia dengan nada suara yang dibikin mistis.
"Emangnya kenapa? Dia gigit?"
"Polosnya bisa gak sih dikurangin dikit? Pokoknya dia berbahaya, kita cuma ngingetin aja." Lanjut Hana.
Rael pun hanya mengangguk pertanda mengerti.
"Yaelah, motong kalimat gue cuman gara-gara kak Danell? Gak asik sumpah." Kila pun kembali ngebacot, tapi sayangnya tidak ada yang menanggapinya.
"Dari kemaren mereka ngomongin kak Danell terus. Sebenernya ada apa sih?" -batin Rael
• • •
Sore hari ini, Rael baru menginjakkan kakinya di lantai sebuah Cafe dekat rumahnya. Dia datang kesana karena ingin mengerjakan tugas makalah yang mereka perbincangan tadi siang di sekolah. Karena harus diketik, Rael bosan di rumah. Jadi dia pergi ke Cafe ini sekalian refreshing mata.
Setelah memesan minuman dan sebuah dessert, Rael memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela. Dia suka berada ditempat yang memiliki pencahayaan yang bagus. Rael membuka laptopnya dan mulai mengetik tugasnya. Sesekali ia membuka ponselnya sambil membalas grupchat miliknya dan ketiga temannya itu. Setelah terhitung satu jam lebih ia berkutat dengan laptopnya, akhirnya tugas tersebut selesai dikerjakan.
Rael pun menyenderkan punggung nya ke kursi, sambil meregangkan tangan serta lehernya. Saat ia ingin melihat kembali ponselnya, wajah yang tidak asing muncul dari pintu masuk dan berjalan ke arah nya, tapi matanya tidak memperhatikan keberadaan Rael. Langsung saja Rael menyapa nya.
"Eh Kak Danell? Kok ada disini?" Sapa Rael.
Yang ditegur pun langsung melihat kearah Rael. "Eh Rael, yaampun Tuhan emang baik banget ya. Daritadi gue mikirin lo, eh malah ketemu beneran." Jawabnya yang kedatangannya terasa seperti disengaja.
"Yaa apaan sih kak, Tuhan kan emang selalu baik."
"Iya tau kok. Lo sendiri aja nih?" Tanya Danell pada Rael.
"Iya aku sendiri aja. Kak Danell juga?" Rael bertanya balik.
"Iya datengnya sendiri. Soalnya kan pacar gue ada didepan mata, dan anehnya dia pake nanya gue dateng sendiri atau nggak." Jawab Danell dengan santainya.
"Hah, pacar kak Danell dimana? Kok datengnya gak barengan?" Kata Rael dengan polosnya.
"Yaampun polos banget nih anak!" -batin Danell
"Udahlah gausah dipikirin. Gue dateng sendiri, gak sama siapa-siapa."
"Ohh."
"Gitu doang jawabannya? Gak bisa lebih panjang dikit apa?" Cerca Danell.
"Terus maunya kak Danell apa?" Masih dengan nada polosnya, Rael menjawab.
"Mau gue? Mau nya gue itu, ngemilikin lo seutuhnya." Kata Danell sambil menunjukkan smirk andalannya.
"Ckckck basi banget sih kak!"
"Yahh gak mempan lagi, padahal jurus jitu tuh." -batin Danell lagi
"Kak Danell gak mau pesen minuman gitu?"
"Oh iya ya, sampe lupa pesen. Soalnya lagi ngobrol sama bidadari sih, jadi lupa daratan. Yaudah gue pesen dulu ya, jangan kabur." Jawab Danell dengan jahilnya.
"Ngapain juga aku kabur?"
"Heheh yaudah tungguin." Dan perkataanya hanya mendapat anggukkan singkat dari Rael.
.
.
.
.
.
Sudah kurang lebih sepuluh menit, Danell baru datang membawa pesanannya. Yaitu secangkir Frappe, dan Rael yang melihatnya pun sempat kaget dan akhirnya bertanya pada Danell.
"Kak Danell suka Frappe ya?"
"Iya, emang kenapa?"
"Enggak, kakak aku juga suka banget sama Frappe. Jadi aku kaget aja karena kak Danell juga suka."
"Ohh kirain apa."
"Oh iya selain suka Frappe, kak Danell suka apalagi? " Tanya Rael.
"Selain suka Frappe?" Danell nampak berpikir untuk jawaban selanjutnya, "Gue juga suka sama lo. " Jawab Danell tanpa dosa.
Rael sempat kaget dengan jawaban Danell, tapi dia langsung mengalihkan pembicaraan.
"Aku itu tanya serius kak."
"Lah, gak percaya? Gue itu suka ngelamun. Seumur hidup gue dan setelah kenal sama lo, ngelamun gak pernah seindah ini." Danell pun mengeluarkan kesekian jurus gombalnya.
Sambil menggelengkan kepalanya, Rael pun tertawa. "Kak Danell ternyata lucu ya, aku baru tau."
"Daritadi kayaknya gak percaya mulu ya. Yaudah gue kasih tau lagi deh hal yang gue suka."
"Apa?"
"Gue itu gampang sayang sama orang. Contohnya lo yang didepan gue ini."
"Siapa? Aku maksudnya?" Rael yang tak percaya pun menunjuk dirinya sendiri, dan mendapat anggukkan dari Danell.
"Iya. Liat lo senyum aja, gue sayang. Apalagi nanti kalo udah jadi pacar gue." Jawaban Danell sukses membuat pipi Rael memerah.
Baru pertama gombalan Danell sukses. Itu menjadi poin tambah untuk Danell karena sudah berhasil membuat Rael merasa malu. Untuk pertama kalinya juga, Danell baru menyadari kalau ternyata Rael itu sangatlah polos, dan manis. Sampai terbesit sebuah pikiran kalau ia sendiri tidak tega menjadikannya sebagai bahan taruhan. Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Ia sudah terlebih dahulu mengiyakan dan setuju dengan permainan. Jadi tidak ada kata mundur untuk sekarang ini.
Rael yang dibuat bersemu pun hanya bisa melihat Danell yang masih menyeruput minumannya tanpa dosa sama sekali. Kalau boleh jujur, dari tadi jantung Rael itu berdegup kencang saat Danell melontarkan jawaban-jawaban jahilnya. Tapi Rael tidak mau menunjukkannya. Alhasil, perkataan Danell barusan pun yang sukses membuat pipinya bersemu merah.
Tercipta hening diantara mereka berdua. Selama lima menit mereka hanya berdiam diri saja, dan belum ada yang membuka kembali pembicaraan. Tapi tak lama setelah itu, Rael baru mengingat sesuatu. Ya, untuk mengembalikan uang Danell di minimarket waktu lalu. Mumpung keduannya sedang berada pada tempat yang sama, dan daripada nanti Danell kabur lagi, makanya Rael langsung kembali membuka pembicaraannya.
"Oh iya kak Danell, aku mau ngembaliin uang yang tempo hari." Kata Rael sambil diikuti gerakan mencari dompetnya di dalam tas.
Danell pun sedikit bingung dengan perkataan Rael. "Hah, ngembaliin uang yang mana?"
Sambil mengangkat kepalanya, Rael menjawab. "Yang waktu itu kak Danell ngebayarin belanjaan aku, pas aku lupa bawa dompet."
"Mumpung kita ketemu disini dan daripada kak Danell kabur lagi, aku mau ngembaliinnya sekarang. Makasih banyak juga, karena udah nolongin aku waktu itu." Sambung Rael sambil menyodorkan selembar uang seratus ribu.
Senyum tipis muncul diwajah Danell. Dia pun menjawab perkataan Rael tadi.
"Udah, gausah dikembaliin. Uangnya lo simpen aja." Jawab Danell sambil mendorong kembali tangan Rael yang memberinya uang.
Kerutan di dahi Rael pun muncul, "Loh kenapa gitu kak? Kak Danell kan udah bantuin aku, gak papa kak ambil aja."
"Lo barusan nanya kenapa?" Jawaban Danell masih menggantung sebelum dirinya melanjutkan kalimatnya. "Karena gue ikhlas dunia akhirat kalo ngelakuin hal, yang di dalemnya ada nama Keala Azrael Wiranata."
Rael dibuatnya terdiam.
"Tapi kan--"
"Udah ah, gue balik duluan. Inget besok sekolah! Gue tungguin loh ya. Awas kalo sampe gak dateng." Kata Danell tanpa mempersilahkan Rael melanjutkan kalimatnya, dan langsung berdiri dari tempatnya duduk.
"Emang kenapa kalo aku gak masuk?" Dengan polosnya Rael bertanya.
"Karena nanti gue bakalan kangen. Mau nanggung kalo gue kangen?" Danell berbalik tanya.
"Beneran? Aku gak percaya tuh."
"Liat aja nanti malem. Kalo lo mimpi gue, berarti gue rindu sama lo hari ini, pake banget."
"Besok harus masuk! Jangan bikin gue sakit karena kangen sama lo. Yaudah gue balik duluan, lo jangan pulang kemaleman. Sebenernya gue mau anterin pulang, cuma kayaknya lo lagi sibuk sama tugas." Sambung Danell dan langsung beranjak dari tempat itu, menuju pintu keluar.
Tapi sebelum kakinya benar-benar melangkah pergi, Ia menyuarakan sesuatu.
"Merindu itu menyenangkan, kalau yang dirindu juga rindu. Jadi kalo gue kangen, gue harap lo juga kangen sama gue." Danell kembali menggantung kalimatnya sebelum kembali melanjutkan.
"Mimpi yang Indah Rael, rindu nya gue udah dititipin sama angin malam. Semoga tidur lo nyenyak!"
Dan setelah itu, Danell benar-benar pergi dari Cafe dan meninggalkan Rael yang masih bingung harus menjawab nanti. Rael juga bingung apa reaksi yang akan ditunjukkannya bila bertemu Danell besok?