Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

AYAT-AYAT TAKDIR

🇮🇩KarimaIfha
--
chs / week
--
NOT RATINGS
26.2k
Views
Synopsis
Kisah Perjuangan Ghazi Dalam Menghafal Al-Qur'an, Mengejar Cinta dan Cita-citanya.
VIEW MORE

Chapter 1 - KEBINGUNGAN

"Kehidupan tak selalu berjalan seperti yang kita inginkan."

"Kehidupan ini berjalan berputar seperti jarum jam yang akan melewati semua masa, terkadang di angka enam yang suram, kadang di angka dua belas yang berjaya dan terkadang pula berada pada angka tiga atau sembilan yang hambar. Kita hanya perlu menikmati semua proses ini."

_Ayat-ayat Takdir_

•••••

Dahulu kehidupanku berkutat dengan elektronik dan gadget, tentu saja Aku memiliki impian tinggi yang sifatnya duniawi. Tapi kemudian Aku di paksa keadaan harus duduk & bersikap santun menjadi seorang Hafidz Qur'an, drama besarpun terjadi.

"Pa, Ghazi mau nikah, calonnya namanya Syarifah" Ucapku berharap respon papa bagus.

"Nikah? Kenapa tiba-tiba sekali? Pamit naik gunung pulang-pulang langsung minta nikah?!.

•••••

Hari libur sekolah telah kembali menanti. Liburan kali ini tidak seperti biasanya, Aku tidak berlibur ke tempat kakakku di Malaysia, tapi pulang ke rumah di Gorontalo. Aku tak menyangka akan bertahan di pesantren selama tiga tahun ini dan melanjutkan sekolah SMA di pesantren Darunnajah tercinta. Aku sempat berpikir akan terus melewati masa-masa membosankan seperti yang kurasakan ketika di tahun pertama menjalani kehidupan di pesantren, tapi ternyata tidak. Aku menikmatinya.

Libur panjang membuatku sangat jenuh. Aku merasa ingin segera kembali ke pesantren seolah aku jatuh cinta dengan segala kegiatan dan suasana yang ada di pesantren.

"Oh.. Akhirnya... waktunya kembali ke pesantren!." Aku sangat bersemangat mengemasi barang-barangku. Besok Aku akan kembali ke pesantren dan aku sangat menantikannya.

~***~

Aku sudah tiba di Bandara Jalaluddin dengan Papa, menenteng satu tas ransel dan satu koper. Sambil menunggu keberangkatan, sesekali Aku merapikan rambutku dengan jari-jemariku lalu melihat ke layar handphone memastikan rambutku benar-benar rapi.

"Perhatian, para penumpang pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID 099 tujan Jakarta dipersilahkan naik ke pesawat melalui pintu udara 019." Suara khas pramugari itu menambah semangat.

Aku bergegas masuk ke pesawat dan memposisikan diri senyaman mungkin. Perjalanan ini memakan waktu kira-kira satu setengah jam, jadi Aku bisa istirahat atau tidur dulu berharap segera sampai ke tempat tujuan.

Aku sudah sampai di Makassar.

Seharusnya Makassar hanya tempat transit untuk berganti pesawat saja, tapi entah kenapa tiba-tiba tanpa sepengetahuanku, tempat ini menjadi tujuan akhirku dan Papa membawaku ke tempat yang terpencil dan meninggalkanku di sebuah pesantren begitu saja tanpa penjelasan. Apakah aku akan baik-baik saja?, tidak !.

Aku ditinggalkan di tempat yang asing tanpa penjelasan. Di Gowa, tempat tinggal baruku ini, Aku harus beradaptasi lagi dengan lingkungan sekitar. Oh... come on, sebelumnya aku tinggal di bekasi dengan karakter orang-orang sunda yang ramah, sedangkan disini mereka berbicara dengan logat mereka yang bisa dibiang kasar. Ya, meskipun bagi mereka itu bahasa sopan, Aku belum terbiasa dengan hal itu.

"Oh, tidak... Apa maksud Papa ninggalin aku disini tanpa penjelasan? Apa maunya Papa?" Aku hanya terus berguman seorang diri, mencoba memahami situasi yang nyaris sama seperti tiga tahun lalu sebelum masuk ke pesantren di Bogor.

Bersambung...