"Kaki kita tak dapat melangkah sedikitpun tanpa sebuah titah. Dan titah itu turun dari Allah."
_Ayat-ayat Takdir_
•••••
"Minggir-minggir, numpang lewat." Aku berjalan menuju pusat keramaian itu dan kulihat anak-anak geng motor itu terus berteriak.
"Weh, ada apa ini ramai-ramai disini?" Tanyaku pura-pura tidak tahu permasalahannya.
"Temen Kita ada masalah sama anak sini, mana cepet panggilin yang namanya Ghazi, suruh kesini!" Jawab salah satu dari mereka. Sepertinya dia bosnya, memakai jaket jeans dengan robekan di lengannya dan tatto di lehernya. Terlihat paling sangar dari pada yang lain.
"Nggak tau, nggak ada Ghazi, nggak ada. Udah pulang sana, ini pesantren tempat buat belajar ngaji bukan tempat tawuran!" Balasku mengusir mereka.
"Belagu Lu anak ingusan awas aja..." Umpatannya terhenti oleh kedatangan Ustadz.
"Ada apa ini ribut-ribut di Pesantren? Sudah! Bubar semuanya bubar!" Perintah Ustadz Rahman dengan kharismanya yang nampak bijaksana.
Sayangnya, ini bukan akhir dari masalah ini. Aku dan Hilmi di panggil ke kantor untuk menemui Ustadz Rahman, tapi Hilmi tidak datang. Ustadz Rahman meminta penjelasan dariku tentang peristiwa geng motor itu.
"Jadi, sebenarnya ini hanya salah faham Ustadz. Kemarin..." Aku menjelaskan kejadian kemarin di kamar dengan detail. Aku tidak takut karena memang Aku tak bersalah. Cukuplah dengan memaafkan, semoga urusan ini benar-benar selesai sampai disini.
•••••
Kejadian tempo hari itu benar-benar telah berlalu. Tidak ada lagi isu yang beredar tentang Anak-anak geng motor. Syukurlah...
"Ghazi!, Ayo makan!" Seseorang mengagetkanku yang sedang berjalan keluar pesantren.
"Kak Izal, mau makan siang juga? Ayolah bareng!"
Kami makan di warung dekat pesantren. Tempatnya lumayan sederhana dan harga makanannya sesuai kantong santri, jadi warung ini selalu ramai santri-santri makan siang disini. Saat kami sedang menikmati makan siang, tiba-tiba segerombolan Anak geng motor datang menghampiri kami.
"Woy! Jadi Elu yang namanya Ghazi? Berlagak bego pula kemarin kita tanya!" Tangan penuh tato itu mendorongku hingga terjatuh dari tempat dudukku.
Aku bisa saja membalas, tapi ada banyak santri disini. Jika terjadi perkelahian akan banyak korban yang tak bersalah. Akhirnya aku hanya bisa bertahan dan Kak izal masih santai menyantap makan siangnya sampai habis. Barulah Kak izal menoleh ke arah Anak-anak geng motor itu.
"Ei, siapa yang suruh kalian macam-macam diwilayah ini? Berani masok kandang singa ko rupanya. Pergi kalian sekarang atau patah tulang kalian?!".
Aku tak menyangka hanya dengan gertakan Kak izal, mereka semu kabur.
"Kenapa? Santai aja Ghazi!. Mereka nggak akan berani kesini lagi." Ucap Kak izal menepuk bahuku
"Kok bisa?" Tanyaku penasaran
"Dulu aku ketua Geng motor di wilayah ini dan nggak ada yang berani sama aku. Nah, nanti kalau kamu diganggu mereka lagi, bilang ke Aku oke!. Nih Kamu lihat!. Ini bekas panah yang menancap waktu tawuran dulu, dan aku sempat koma. Kamu tau? Aku bisa sampai disini seperti sekarang ini berkat Al-Qur'an. Sejak saat itu Aku tobat!" Jawab Kak izal panjang lebar sambil menunjukan bekas luka di kepalanya.
Aku ngeri dan ngilu melihatnya jadi kualihkan dengan hal lain sambil menghabiskam suapan terakhir. Aku kagum dengan kisahnya yang mendapat hidayah lewat Al-Qur'an dan sebenarnya Aku senang bisa mengenalnya.
"Ghazi di kantor ada dua orang yang nyariin kamu tuh!" Ucap Dani agak berteriak dari luar warung.
Ahh siapa lagi yang nyariin aku? Baru selesai masalah satu datang lagi yang lain!...
•••••