Haya sedang bermimpi. Di dalam mimpinya ia naik sebuah perahu masuk ke dalam sebuah gua gelap yang panjangnya tak berujung.
Haya panik. Rupanya ia bermimpi hal yang sama seperti tempo hari. Neraka.
Semakin masuk ke dalam gua, Haya bisa melihat adegan-adegan yang tidak akan pernah ada di dunia. Penyiksaan orang mati.
Di dalam gua Haya bisa melihat orang mati yang siksa prajurit bertopeng. Ada yang dipotong lidahnya, ada yang dicambuk, ada yang digantung dan lain-lain. Sangat mengerikan.
"Bisakah kita kembali? Kumohon. Aku gak mau masuk neraka. Aku belum mati," Haya berusaha memohon.
Pendayung perahunya diam. Ia terus mendayung.
Haya berniat melompat dari perahu, sayangnya ia mengurungkan niatnya. Sungai yang dilewati perahu berwarna hitam pekat.
Saat Haya melihat ke dalam air lebih dekat, ia menemukan jutaan jiwa berenang-renang di dalam air yang hitam.
Aku pasti akan mati, batin Haya.
Haya terbangun. Dia melihat ke sekelilingnya. Dia sedang ada di atas kasur di dalam kamarnya!
"Astaga," nafas Haya berderu. "Syukurlah aku masih hidup."
….
Sesampainya di kantor polisi, Haya mampir ke kantin. Ia lapar sekali. Hari ini ibu sedang pergi keluar kota bersama teman-teman arisannya. Itulah sebabnya Haya datang ke kantor polisi dengan perut kosong.
Di dalam kantin, Haya melihat Ethan sedang duduk sendirian sambil menikmati bubur.
"Hai, Ethan," sapa Haya.
Ethan tersenyum. "Hai. Tumben banget datang pagi-pagi."
"Aku mau sarapan di kantor makanya datang lebih pagi," jawab Haya jujur.
"Kalau gitu kamu sarapan aja bareng aku, Haya," Ethan menawarkan. Pria itu selalu bersikap hangat pada Haya.
Tanpa diminta dua kali, Haya mengiyakan. Buru-buru ia memesan makanan dan duduk bersama Ethan. Senang rasanya bisa sarapan berdua dengan pria itu.
"Apa pekerjaanmu banyak akhir-akhir ini?" Haya memulai obrolan.
Ethan begitu pendiam hingga Haya berusaha menemukan topik pembicaraan.
"Aku dapat pekerjaan baru. Dan nanti akan menjadi misi baru di Divisi Inteligen," Ethan bercerita.
Pekerjaan baru ini membuat Ethan begitu sibuk. Ia sampai sering pulang larut malam untuk menyelidiki sesuatu.
"Pekerjaan apa?"
Ethan berpikir sejenak menimbang apakah harus menceritakan ini pada Haya atau tidak.
"Pernah dengan 13 gangster?"
Haya memiringkan kepalanya. "Apa itu?"
"Ada rumor yang mengatakan Asia itu dikuasai oleh 13 gangster besar. Mereka tersembunyi dan menguasai bisnis-bisnis gelap," cerita Ethan. Haya antusias mendengarkan. "Sayangnya tidak ada bukti pasti siapa pemimpin 13 gangster, siapa anggotanya dan bisnis apa saja yang mereka jalankan."
Pembicaraan tentang gangster lagi? Rasanya merinding sekali mendengar tentang gangster.
"Wah kelihatannya misterius sekali ya. Kayak gangster yang ada di film-film," komentar Haya.
Ethan mengangguk.
"Rencananya divisi kita akan menyelidiki 13 gangster itu. Sayangnya sampai sekarang aku belum menemukan petunjuk yang berarti tentang keberadaan gangster tersebut," Ethan sedih.
Mendengar Ethan bercerita tentang gangster membuatnya ingat dengan Aaron. Astaga kenapa dirinya memikirkan pria itu di tempat kerja lagi?
Tidak, tidak. Kamu harus fokus Haya. Anggap saja Aaron tidak ada hubungannya dengan gangster. Anggap saja ini hanya sebuah misi yang sama sekali tidak berkaitan dengan pria itu, batin Haya menasehati dirinya.
"Info lebih lengkapnya akan kamu dapatkan di rapat siang ini," Ethan memberi tahu lalu menyuapkan bubur ke mulutnya.
Haya mengangguk. Akhirnya ia memiliki misi baru.
….
Seperti yang dikatakan Ethan, Kapten Irwan mengumpulkan semua anggota Divisi Inteligen untuk menghadiri rapat internal. Haya tidak ketinggalan. Di antara semua orang dialah yang paling bersemangat. Misi tentang 13 gangster sepertinya menarik sekali.
Divisi Inteligen merupakan divisi dengan jumlah anggota terbanyak kedua setelah Divisi Kriminal. Total ada 30 orang anggota termasuk Haya. Oleh karena itu, ruangan Divisi Inteligen sangat besar.
Sayangnya Haya bertemu Vivian di ruang rapat. Gadis itu terlihat tidak menyukainya. Tatapan mata Vivian seolah mengisyaratkan 'jangan dekat-dekat dengan Ethan.'
Dan benar saja. Vivian duduk di sebelah Ethan seolah dia tidak ingin Haya berada dekat dengan pria pujaan hatinya itu. Mau tidak mau Haya duduk di kursi paling belakang.
Kapten Irwan, kepala Divisi Inteligen memulai rapat. Pria tua itu menjelaskan tentang 13 gangster. Kapten Irwan adalah junior Kapten Ji sewaktu di akademi dulu. Pria itu berumur 40an akhir, rambutnya lurus dan dipotong sangat rapi.
Yang unik dari atasannya yang baru ini adalah Kapten Irwan sangat suka makanan manis. Haya sering sekali melihat Kapten Irwan mengunyah permen. Keunikan kedua ialah atasannya tidak merokok. Dari semua kapten dan kepala divisi yang dikenal Haya, hanya Kapten Irwan yang tidak merokok.
"Rencananya saya ingin membentuk tim khusus untuk menyelidiki 13 gangster. Sekalipun ini bukan misi yang harus dikerjakan dengan cepat, saya harap tim yang menyelidiki gangster-gangster ini dapat bekerja keras," kata Kapten Irwan sambil mengunyah permen karet.
"Baik, Kapten," kata seluruh anggota divisi serempak.
Kapten Irwan membagikan file-file yang berisi informasi mengenai 13 gangster pada seluruh anggota tim. Haya membacanya dengan seksama. Di dalam file ini, sama sekali tidak menunjukkan bukti konkret tentang keberadaan gangster-gangster itu. File ini hanya berisi rumor.
"Kapten, saya ingin bertanya tentang file ini. File ini hanya berisi rumor," kata salah satu anggota tim bernama Rolena yang biasa di sapa Ro. Ro adalah salah satu anggota tim Divisi Inteligen yang cerdas dan sangat pendiam. Mirip Ethan tapi versi perempuan dan jauh lebih pendiam.
Kapten Irwan mengangguk.
"Benar sekali, Ro. File itu memang tidak berisi bukti yang menunjukkan eksistensi 13 gangster. Oleh karena itu kita harus membuktikan keberadaan gangster-gangster itu agar file laporan kita tidak berisi rumor belaka," Kapten Irwan menjelaskan.
Mendengar itu Haya mulai berpikir dari mana mendapatkan informasi 13 gangster kalau bukti-bukti keberadaan mereka saja tidak ada. Bahkan Haya tidak bisa mencari ide mulai penyelidikan dari mana, mau mengintrogasi siapa dan lain-lain.
"Tim yang akan dibentuk untuk menyelidiki 13 gangster adalah Ethan, Haya, Ro dan … Samudra," Kapten Ji mengumumkan.
Haya mendelik saat tahu namanya masuk ke daftar tim yang ditugaskan untuk menyelidiki 13 gangster.
Ini misi besar, batin Haya senang sekaligus panik.
"Saya minta setiap minggu harus ada progres mengenai gangster-gangster ini. Paham?"
'Baik, Kapten," kata Haya, Ethan, Ro dan Samudra serempak.
"Baik. Kalau begitu rapat dibubarkan," kata Kapten Irwan.
Sebelum Kapten Irwan dan seluruh anggota Divisi Inteligen bubar, seorang pria tua dengan wajah galak masuk ke ruangan rapat. Pria itu adalah Kapten Amir.
"Hentikan," kata Kapten Amir pada Kapten Irwan.
Kapten Irwan kaget. "Apa maksudmu?"
"Hentikan rencana menyelidiki 13 gangster yang kalian rencanakan," kata pria itu tajam.
Suasana ruang rapat mendadak berubah tegang. Pertama kali dalam hidupnya Haya melihat ada 2 kapten 'bertengkar' di hadapan seluruh bawahan.