Chereads / Terjerat Pesona Duda Tampan / Chapter 31 - Menekan Dila ( 1 )

Chapter 31 - Menekan Dila ( 1 )

"Cowok-cowok ganteng ini siapa namanya?" Tanya Rere ketika Shaka dan Shakel bersalaman denganya.

"Shakel."

"Shaka."

"Duh ganteng sekali kalian. Gantengnya kebangetan." Rere merunduk, menyentuh dagu Shaka dan Shakel. "Jika sudah besar banyak cewek yang klepek-klepek ini."

"Adik-adik mari pergi sekolah," ajak Hanin pada triplets.

"Ama ada tamu ya nak. Pergi sama uni Hanin ke depan ya. Baba sudah menunggu kalian." Dila menyentuh kepala ketiga anaknya bergantian.

"Baik Ama," kata ketiganya kompak.

Hanin dan triplets pergi meninggalkan Dila dan Rere.

"Love you Ama," ucap mereka menunjukkan jempol dan telunjuk mereka (emot cinta ala orang Korea ).

"Love you to." Dila membalas ucapan cinta dari anak-anak, lalu ia melambaikan tangan.

"Ada apa ya Rere datang kesini?" Tanya Dila dengan perasaan cemburu. Bagaimana tidak cemburu jika Bara sudah menikah lagi, istrinya sangat cantik dan lebih muda darinya. Dila menebak usia Rere masih 25 tahun. Usia Bara sekarang menginjak 39 tahun. Rentang usia mereka 14 tahun. Usia Dila saat ini menginjak 34 tahun.

"Ada sesuatu penting yang akan aku bicarakan dengan kak Dila."

"Penting?" Dila mengenyitkan kening. "Ada apa ya?"

"Jangan terburu-buru kak. Kita baru saja berkenalan. Maaf aku mengganggu pagi-pagi. Kakak sudah tahu jika aku istri bang Bara."

"Tentu saja," jawab Dila kesal.

Dila menyajikan minuman untuk Rere. Wanita itu segera minum, kebetulan sedang haus.

"Terima kasih atas sambutan baiknya kak Dila. Aku ingin mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan suamiku. Terima kasih telah menjaga dia dari kegenitan Kinanti."

"Kamu kenal Kinan?"

"Tentu saja aku kenal dengan dia. Berulang kali dia berusaha menggoda suamiku," ucap Rere menekankan kalimat 'suamiku'. Melihat reaksi Dila. Dugaannya benar, ada kilatan emosi di mata Dila. Perempuan itu masih mencintai Bara. Cinta itu masih bersemi sampai sekarang.

"Aku tahu kakak selama sepuluh hari terdampar di pulau entah berantah dengan suamiku. Terima kasih telah menjaga dia ketika aku tidak ada."

"Bara telah menyelamatkan aku dari tsunami wajar aku membalas budi."

"Tentu saja. Wajar membalas budi orang yang telah menolong kita."

"Rere datang kesini hanya untuk mengatakan itu?"

"Bukan itu saja. Ada hal yang lain ingin aku bahas dengan kakak."

"Apa itu?" Dila penasaran. Ia membuka tutup cemilan dan memakannya. "Makan Re." Dila menawarkan cemilan.

Rere mengambil cemilan dan memasukkan dalam mulutnya. Ia ambil sedikit saja karena akan bicara dengan Dila.

"Aku tahu jika aku bukan yang pertama bagi Bara. Aku menikah dengan dia ketika Bara hilang ingatan. Aku tidak tahu bagaimana sikap ke kami ketika ingatannya telah kembali. Apakah dia ingat padaku atau melupakanku." Rere tersenyum ironi.

Akting Rere benar-benar alami sehingga Dila percaya dengannya.

"Kenapa Rere bicara seperti itu?" Dila diliputi rasa penasaran.

"Ya aku harus mewanti-wanti. Aku menikah dengan Bara dengan kondisi dia masih sakit. Aku harus menyiapkan mental ketika dia ingat semuanya. Kami akan dilupakan."

"Kami? Maksudnya?"

"Anakku dengan Bara. Leon namanya."

Sesak dada Dila mendengar nama anak Bara dan Rere. Meski tahu Bara sudah menikah dan punya anak.

"Kesalahan besar telah kakak buat karena meninggalkan suamiku."

"Apa maksudmu? Bicara yang jelas." Dila mengernyitkan kening. Pagi-pagi Rere datang memberi kejutan padanya.

"Rasanya aku tidak perlu menjelaskannya kak. Kakak tahu maksudku." Rere bermain kata-kata menunggu reaksi Dila.

"Ka-kamu....."

"Ya seperti itu." Potong Rere cepat melengkungkan senyum.

"Kamu tahu jika aku istrinya Bara di masa lalu?" Dila tak bisa memungkiri. Mengelak pun Rere sudah tahu.

"Tidak hanya itu kak. Aku tahu semuanya. Termasuk kelahiran triplets. Dia anak kalian dari program bayi tabung bukan?" Rere membuka tas lalu memberikan salinan akte kelahiran triplets pada Dila.

Wajah Dila berubah masam. Ia tak suka karena Rere telah menyelidikinya hingga mendapat salinan akte kelahiran anak-anak. Koneksi Rere sangat bagus hingga mendapatkan salinan akte kelahiran ketiga anaknya.

"Sepertinya aku tidak bisa mengelak lagi. Kamu mempunyai semua bukti-buktinya. Aku bilang tidak pun kamu pasti tidak percaya."

Rere tersenyum menatap Dila. Ia mendekat lalu menggenggam tangan Dila. Hangat dan menerima.

Dila mengernyitkan kening. Sikap Rere sangat aneh dan berbeda. Timbul rasa curiga pada Rere. Apa maksud kedatangan perempuan itu ke rumahnya?

"Kakak tahu betapa menderitanya Bara hampir empat tahun belakangan ini?" Rere mondar-mandir menatap foto keluarga Dila dan Dino. Ada rasa nyeri dan ngilu melihat potret disana. Seharusnya tempat itu milik Bara bukan Dino.

"Seharusnya Bara yang foto disana bukan sepupu kakak yang menyebalkan itu."

"Kamu tahu jika Dino sepupuku?"

"Aku menyelidikinya sedetail mungkin. Kalian bersama hanya demi anak-anak bukan?"