Beberapa hari terakhir Gesa tidak bisa tidur. Matanya sulit dipejamkan. Tubuhnya masih tergolek diatas kasur empuk dengan mata terpejam seakan tak ingin mengakhiri sisa-sisa malam yang perlahan habis. Ingatannya dengan segar memflashback kejadian menakjubkan di malam kematian Ananya. Begitu mencekam dan menakutkan.
"Jaga suami dan anakku!" Kata Ananya dengan suara tersengal-sengal.
Tatapan penuh pengharapan dari Ananya selalu berputar di memori Gesa. Kejadian itu menjadi kenangan yang tak pernah dilupakannya. Selalu berputar di memorinya. Gesa merasakan dengan pasti sinar matahari telah mengintip, memaksa menerobos masuk melalui celah-celah jendela seakan ingin mengingatkan kalau hari tak lagi malam lagi. Dengkuran halus terdengar dari orang yang tertidur di sampingnya. Gesa memutuskan kembali ke kota Kuching menemui orang tuanya. Ibunya Gesa sangat rindu dan memintanya tidur bersama. Ibu mana yang tak rindu setelah tiga tahun lebih berpisah dengan anaknya tersayang.