Chereads / Terjerat Pesona Duda Tampan / Chapter 40 - Menyelamatkan Dino ( 2 )

Chapter 40 - Menyelamatkan Dino ( 2 )

"Apa hubungan Dino dan Ananya?" Rere yang bertanya.

"Dino suami Ananya," ucap Bara pelan. Ia tahu reaksi Rere bagaimana nantinya.

"Apa?" Suara Rere terdengar keras.

Bara hanya tertawa terkekeh melihat reaksi sang adik. "Tahukan dunia ini sempit?"

"Bang sejak kapan kamu tahu?" Rere mencengkram kerah baju Bara.

Bara hanya terkekeh melihat reaksi Rere yang marah dan kecewa.

"Kamu tahu aku menyelamatkan Gesa dan Dino demi siapa? Demi kalian. Aku ingin Leon bertemu dengan Dino. Sudah saatnya Dino tahu siapa anak laki-lakinya."

"Bang kamu jahat." Rere memukul dada Bara kuat-kuat. Kesal karena dibohongi. Bara selama ini tahu siapa ayah biologis Leon tapi memilih diam.

"Apa maksud semua ini?" Dila malah kebingungan melihat situasi ini.

"Ayah kandung Leon adalah Dino bukan aku," jawab Bara enteng. Ia memasukkan pistol dalam pinggangnya.

Dila mendekati Bara lalu mencengkram kerah baju suaminya seperti yang Rere lakukan

"Tidak mungkin Dino ayah kandung Leon. Dino pria yang setia. Tidak mungkin mengkhianati Ananya." Dila memekik di telinga Bara.

Sementara itu Rere tiba-tiba pusing dan gugup. Bisa jadi Dino memudahkan aksesnya bertemu triplets di sekolah karena pria itu sudah tahu siapa dia. Tubuh Rere gemetar dan menggigil.

"Kamu tanya saja pada Dino nanti setelah aku berhasil menyelamatkannya." Bara mengambil ponsel lalu menghubungi teman baiknya pangeran Syehzade, putra mahkota Brunei Darussalam.

"Hai Bar," sapa pangeran Syehzade.

"Help me bro," lirih Bara.

"What happen?"

Bara menceritakan semuanya pada pangeran Syehzade tentang Gesa, Dino dan Ananya. Putra mahkota Brunei pun bersedia membantunya. Benar ucapan Bara, putra mahkota hanya pantas dilawan dengan putra mahkota juga. Bagaimana pangeran Syehzade tidak mau membantu. Ia berhutang budi pada Bara karena telah menyelamatkan Eci, istrinya yang telah disekap di rumah sakit jiwa di Jakarta.

Gesa dan Dino berlari tertatih-tatih menghindari kejaran anak buah pangeran Ahmed. Dino dan Gesa bersembunyi di balik drum kosong. Mereka diculik anak buah pangeran Ahmed ketika bertemu. Mereka bisa kabur setelah Dino mengecoh para penculik itu. Napas Dino dan Gesa saling bersahutan.

"Abang apa kita akan selamat?" Gesa ketakutan dan menangis.

"Kita akan selamat Gesa." Dino sebenarnya tidak yakin akan selamat namun ia tak mau mengungkapkannya karena tak ingin Gesa semakin khawatir dan takut.

"Sulit kita bisa lari dari mereka, tapi kita harus berusaha. Selagi ada usaha pasti akan ada hasil."

"Kenapa kamu baru datang Gesa?" Tanya Dino pada akhirnya.

"Aku menyelamatkan diri bang. Mereka terus memburuku. Sampai sekarang mereka masih memburuku. Terakhir orang-orang mereka membuntutiku di mall."

"Mall? Mall mana?" Dino penasaran.

"Mall Kokas."

"Bisa jadi itu detektif bayaran yang aku sewa untuk mencarimu."

"Apa?" Mata Gesa terbelalak. Ia ingin berteriak namun mulutnya dibekap Dino, takut kedengaran anak buah pangeran Ahmed.

"Selama di Jakarta kamu dimana?"

"Aku pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Malam saat kematian Ananya, aku berada disana. Aku selamat karena Rere datang saat itu."

"Apa Rere?" Dino malah shock. "Cepat katakan!" Dino histeris.

"Kenapa reaksi kamu seperti itu bang? Kamu kenal dengan Rere, adik bang Bara? Jujur padaku." Gesa ingin mendengar pengakuan Dino.

"Aku telah menodai Rere seminggu setelah Ananya meninggal. Aku ayah biologis Leon."

"Apa?" Gesa menangis tergugu. Kaget dan tak percaya jika ayah kandung Leon adalah Dino. Hancur sudah hati Gesa. Sepertinya ia tak bisa menjalankan amanat Ananya untuk menjaga Dino dan Hanin. Tangan Gesa mengepal kuat. Tia berkata jujur. Gesa tahu diri, berarti ia harus mundur.

"Mau kemana kalian?" Orang suruhan pangeran Ahmed mengacungkan senjata ke punggung Dino dan Gesa. Keduanya tiarap dan pasrah. Tidak mungkin mereka melawan pasukan yang telah terlatih. Mereka ada dua puluh orang sementara mereka hanya berdua. Wajah keduanya ditutup karung lalu tangannya diikat. Keduanya dimasukkan ke dalam mobil.

Mobil itu terus melaju membelah jalanan kota Kuala Lumpur. Jika orang tengah terlelap, tidak dengan Gesa dan Dino yang tengah berjuang antara hidup dan mati.

Mereka diturunkan di sebuah gedung tua yang tak berpenghuni. Para penjahat menyeret Dino dan Gesa. Penutup wajah keduanya di tutup. Mereka di dudukan di sebuah kursi dengan kondisi kaki terikat. Tangan mereka diikat di belakang kursi. Gesa marah lalu meludahi salah satu penjahat. Pria itu tak terima sikap Gesa. Ia menampar gadis itu hingga bibirnya berdarah.

"Jangan macam-macam kau betina. Sebentar lagi kau mati tetap saja kau sombong."