"Jangan macam-macam kau betina. Sebentar lagi kau mati tetap saja kau sombong."
"Bukan kau yang tentukan aku mati atau tidak, tapi Tuhan. Jangan membual." Gesa menantang si penjahat.
"Garang juga kau rupanya." Penjahat malah tertawa melihat Gesa. Ia mengelus pipi Gesa.
"Stop. Jika tak mahu tangan kau patah." Gesa menebarkan ancaman. Tak sudi tubuhnya dielus penjahat itu. "Tangan kotor jangan berani sentuh I."
"Mau mati masih saja membual. Kau seharusnya mati empat tahun yang lalu. Kau terlalu berbahaya betina. Pantas saja bos kami ingin memburumu, termasuk temanmu itu."
"Jika aku mati disini, jangan harap pangeranmu naik tahta." Gesa tertawa jahat. Penjahat itu pun gemetar mendengar ucapan Gesa, meski tak mau menunjukkan sikap gusar mereka.
"Sialan kau. Korang tahu siapa kami?"
"Aku bukan orang bodoh tidak tahu jika kau suruhan pangeran Ahmed. Aku tahu pangeran itu tergila-gila pada Ananya. Malam itu yang ingin dia bunuh itu Dino, suami Ananya. Sayangnya malam itu Dino dan Ananya bertukar kereta sehingga yang tewas malam itu Ananya. Aku ada dalam kereta itu. Aku berhasil kabur. Aku juga tahu kalian meminumkan wine pada mayat Ananya agar polis mengira dia meninggal karena mabuk." Gesa dengan berani buka suara. Toh pada akhirnya ia akan mati juga di tangan anak buah pangeran Ahmed.
Tanpa mereka sadari jika sedari tadi Gesa sedang melakukan siaran LIVE di sebuah media sosial. Semua peserta yang ikut LIVE Gesa menjerit histeris. Peserta live hanya melihat gambar hitam, tapi mendengar suara Gesa dengan jelas. Sebagai asisten artis ternama di KL tentu Gesa memiliki koneksi yang cukup banyak. LIVE Gesa di share para selebriti ke media sosial. Hanya dalam hitungan menit LIVE itu viral bahkan sampai ke Indonesia.
"Kau jangan membual perempuan." Tiba-tiba pangeran Ahmed muncul di depan Gesa dan Dino.
Dino berontak, ingin melepaskan diri. Pria itu ingin membunuh pangeran Ahmed dengan tangannya sendiri. Bajingan itu telah membunuh dan memfitnah istrinya dengan keji.
"Mau apa kau?" Pangeran Ahmed membentak Dino lalu memukul dan menendangnya. Dino muntah darah karena pangeran itu menendangnya dengan tenaga dalam. "Harusnya kau yang mati bukan Ananya. Aku terpaksa memfitnah wanita yang aku cintai karena tidak mau ketahuan."
Pangeran Ahmed mengode salah satu anak buahnya. Salah satu anak buah memberikan pangeran Ahmed senjata api. Pangeran gila itu mengarahkan pistol ke kepala Gesa. Perempuan itu memejamkan mata, pasrah dengan apa yang terjadi.
Pangeran Ahmed melepaskan tembakan. Anehnya bukan Gesa yang berteriak pilu, tapi pangeran Ahmed sendiri. Pria gila itu stress melihat darahnya sendiri. Pria itu takut darah.
Ternyata Bara datang tepat waktu dengan pasukan rahasia pangeran Syehzade. Bara menembak tangan pangeran Ahmed hingga pistol itu lepas. Terjadi baku tembak antara tim Bara dan tim pangeran Ahmed. Jumlah tim pangeran Ahmed kalah dengan tim Bara. Setidaknya pangeran Syehzade mengirim lima puluh orang pasukan khusus untuk membantu Bara.
Salah satu pasukan melepaskan ikatan Gesa dan Dino. Setidaknya Gesa menyiarkan secara LIVE pertempuran pangeran Syehzade dan Bara. Pertumpahan darah tak dapat di elakkan. Pasukan pangeran Ahmed banyak yang tewas di tangan pasukan pangeran Syehzade. Gesa cukup pintar tak menyorot Bara dan tim pangeran Syehzade. Ia terus menyorot pangeran Ahmed. Gesa bahkan memancing pangeran gila itu sehingga bicara lepas kontrol dan tanpa sengaja mengakui perbuatannya di masa lalu membunuh Ananya dan memfitnahnya.
Pangeran Ahmed menembak Bara. Pria itu terhuyung dan merasakan dadanya sakit. Untung saja Bara mengenakan rompi anti peluru sehingga ia tak terluka sama sekali. Hanya sakit sebentar.
"Bang Bara..." Pekik Gesa histeris mengejar Bara. Ia menahan tubuh Bara agar tak jatuh ke lantai.
"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja."
"Kenapa melakukan semua ini padaku bang?"
"Aku melakukannya bukan demi kamu tapi demi Rere. Dino harus tetap hidup demi Rere dan Leon."
"Jadi abang tahu hubungan Dino dan Rere." Gesa semakin terpukul. Semua orang merahasiakannya. Ia bak orang bodoh tak tahu apa-apa. Kecewa….tentu saja kecewa, tapi tetap saja sakit disini. Kenapa harus Dino yang menghamili Rere bukan pria lain? Sebenarnya Gesa menyimpan perasaan untuk Dino. Awalnya mengagumi lama kelamaan rasa itu tumbuh, apalagi Ananya memberikan amanat untuk menjaga Dino dan Hanin. Pupus sudah cinta Gesa. Dino tidak ditakdirkan untuknya. Meski Ananya sudah tiada, tapi pria itu tak pernah ia miliki.